Bagian SATU

86 8 3
                                    

Naza pov.

🌾🌾🌾

Stasiun kereta pukul 10 pagi.

Disinilah aku. Berdiri menunggu seseorang.

Kalian tenang saja. Aku sedang tidak cabut sekolah, karena ini masa liburan sekolah, yaa walaupun besok senin sudah sekolah.

"Ibu!!!" Aku sedikit mengeraskan suaraku sambil melambaikan tangan, yang pasti bukan tangan orang lain.

Fatimah, dia Ibuku, yang biasa dikenal dengan sebutan 'Bu Amah', melihat kearahku. Dan, tentu saja menghampiriku.

Aku langsung mencium tangannya dan memeluknya. Aku sangat merindukannya.

2 minggu yang lalu, nenekku sakit dan ibuku harus merawatnya. Jadi, selama 2 minggu itu pula aku tinggal bersama Ayah saja, karena Ayah tidak bisa menemani Ibu karena harus mengisi dakwah.

Oiya, apa aku lupa mengenalkan keluargaku?

Ayahku seorang pendakwah yang selalu diincar politikus di kotaku karena kecerdasannya. Sementara ibuku adalah seorang ibu rumah tangga yang mengurusi panti asuhan. Iya, keluarga kami mempunyai panti asuhan.

"Gimana perjalanannya bu? Nenek bagaimana? Udah sehat belum?" tanyaku usai melepas pelukan dari ibu.

"Alhamdulillah." Jawab ibu, yang membuatku bingung.

"Untuk jawaban yang mana bu?"

"Semua. Kamu juga kalau tanya gabisa satu-satu La."

Aahh, ibuku terlalu singkat bicara, sama sepertiku sebenarnya. Hanya saja, ibuku ini begitu ramah pada siapa saja. Kalau aku, harus kenal dulu, baru bisa ramah.

"Ibu, Ila beli minum dulu deh, baru nanti kita pesen mobil online." Ucapku setelah menggandeng tangan ibu menuju tempat tunggu.

Dan of course, jawaban ibu hanya tersenyum, senyum yang menenangkan, pantas saja Ayah begitu mencintai Ibu.

🌾🌾🌾

Aku langsung mencari kantin stasiun untuk mencari minum, sangat haus rasanya.

Tapi sepertinya, sedang ada presiden di stasiun kotaku ini, atau artis?

Banyaknya segerombolan orang yang minta selfi, benar-benar membuatku susah melewati mereka, padahal kantin stasiun udah di depan mata.

"Maaf, permisi yaa..." ucapku santun, takut kalau itu nanti beneran presiden, dan takut pula bila harus menyenggol seseorang yang sensitive, bisa jadi masalah.

Aku berhasil melewati segerombolan orang ini, aku memandang orang yang dikerumuni segerombolan tersebut, sepertinya bukan presiden, amann.

"Kalau bukan presiden berarti dia artis, mungkin. Tapi kenapa ga pake pengawal coba, udah tau ini tempat umum, bukan tempat jumpa pers." Aku menutup mulutku sendiri.

'Kenapa aku jadi banyak bicara!!'

"Maaf, kalau membuat Anda tidak nyaman..." orang itu sempat berpikir hingga

"Naza!!"

🌾🌾🌾


Assalamualaikum....

Yeyyy bagiann satuuu publish!!!

Semoga kamu sukaaa, dan bersenang hati untuk kasih bintang biar bercahaya ceritaku ✨

Oiyaa jangan sungkan buat comment yaww...

Langsung yuk ke bagian dua.

Ig: nabilla_nna

KORELASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang