Bagian ENAM

40 6 3
                                    

"Kenapa mimpi disamakan dengan bintang di langit? 
Karena untuk menggapainya perlu strategi yang matang."

🌾🌾🌾

Ah shit!!!

Kill kill oi lah. Noob lu.”

“Sial, kalah gue.”

Reykal meletakkan joystick nya dan memilih untuk meminum jus mangganya.

“Oi bang, brisik banget sih lo!” Alan masuk ke kamar Reykal tanpa permisi dan langung mengumpati abangnya.

“Alah, kangen kan lo sama bacot gue. Jujur aja dah.”

“Iya, saking kangennya, liat nih kuping gue.” Alan melihatkan telinganya yang disumpal kapas karena saking berisiknya suara abangnya itu. Tentu saja berisik, kamar mereka bersebelahan, dan of course kamar mereka tidak kedap suara.

“Lah, sensi banget sih lo. Orang papah mamah aja ga marah.” Belanya.

“Gimana mau marah bang, orang mereka lagi  pergi kondangan. Halu lo!” Alan berjalan menuju kasur Reykal sambil melepas sumpalan kapas di telinganya.

“Oiya Lan, gimana tantangan dari gue? Berhasil?” Reykal teringat tantangan saat kemarin dia baru sampai rumah.

“Belum berhasil gue.” Ucap Alan lesu.

“Ahahaha, seriusan lo? Gue aja udah berhasil dapet 7 nomer adek kelas yang cantik dari tiap kelas 11 IPA. Nah lo, 1 nomer cewek yang lo suka aja ga berhasil. Payah.” Reykal berjalan mendekati Alan sambil menghardik adiknya tersebut.

“Bukan ga berhasil. Tapi BELUM.” Alan mengambil bola tenis di meja belajar Reykal, lalu melemparkan keatas dan menangkapnya kembali, dan kembali membuka suaranya. “Cewek ini tu susahnya minta ampun, ga kayak cewek lainnya, apalagi yang lo dapetin nomerrnya itu. Dia terlalu sukar bang.”

Reykal mememperhatikan Alan. Mencoba mengukur tingkat kebucinan adiknya ini.

“Sesusah apa sih? Apa perlu gue juga nyoba?” Rasa penasaran Reykal membuatnya tertantang.

Sekarang giliran Alan menatap Reykal penuh selidik.

“Ayo! Kita cepet-cepetan dapetin nomernya! Dengan satu syarat tapi bang.” Alan sangat antusias. Dia tidak boleh kalah dari kakaknya.

“Syarat apa?”

“Lo, ga boleh ikut-ikutan suka sama nih cewek, ga boleh penasaran sama nih cewek, ga boleh baper nantinya karena dia bakal sering ketemu lo.” Alan mengucapkannya pasti sambil memutar-mutar bola hijau tersebut.

“Gila, itu ga satu syarat. Tapi oke gue terima.”  Alan dan Reykal saling berjabat untuk menyepakati tantangan ini.

“Deal.”

“Emang siapa sih ceweknya?”

“Naza Aqila, alias tutor lo bang.”

🌾🌾🌾

Naza menaruh kembali buku yang baru dia baca ke dalam rak buku.

Ia keluar dari perpustakaan dan berjalan menuju kelasnya. Melihat sekeliling, penghuni-penghuni per kelas memang berbeda-beda.

Ada yang sedang menghapus papan tulis padahal tidak ada kotoran, ada yang bermain drama sambil menjelek-jelekkan muka mereka sendiri, ada yang mengganggu temannya tidur, hingga keadaan di kelas yang Naza lewati membuatnya berhenti.

Naza menatap heran 5  orang yang sedang bermain bola bekel (ini permainan jaman dulu yang menggunakan bola dan kecik nya), sedangkan teman –teman lainnya menyemangati, seakan mereka menyemangati di pertandingan sepakbola.

KORELASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang