BAB 7

0 0 0
                                    

"As!" panggilan telepon tersambung. "Puisinya aku ambil ya!" , "Jangan Bert, aku bawa saja ke sekolah!" , "Masih banyak yang harus aku tulis. Kalau terpisah aku tak tahu menghitungnya." , "Kita hitung bersama!".

Di sekolah, Asiah bertemu Rabert yang sudah sembuh. Asiah ikut menghitung jumlah puisi yang sudah dibuat Rabert. Ini cukup untuk dibuat menjadi 1 buku. "Terima kasih Rabert!" , "Iya sama-sama. Terima kasih juga!" , "Iya sama-sama!".

Asiah mengobrol dengan Rabert tiap waktu kosong pada hari itu. Rabert sedikit menyesal karena belum bertemu orangtua Asiah. Asiah maklum karena Rabert sakit.

Satu tahun berlalu, Asiah naik ke kelas 2 SD dan kembali bergabung dengan teman-teman. Selama libur, mama memberitahu sesuatu pada Asiah.

"Asiah, nanti Asiah pakai baju yang ada di lemari. Nanti ada yang motret Asiah!" Arqa yang mendengar langsung senang sedangkan Asiah menurut. Ia melihat baju miliknya yang sudah dikatakan koleksi. Sepatunya juga banyak, ia harus bisa menyesuaikan.

"Arqa mau ikut?" tanya Asiah sambil memandang deretan pakaian Asiah. Arqa tentu menggeleng. Asiah mengambil beberapa pengalaman tentang dunia cinta yang sesungguhnya sampai menuju ilmu dan pengetahuan. Menelusuri mereka adalah sesuatu yang mengasyikkan dan Asiah mendapat anugerah tersebut untuk mengungkapkan dalam hati.

---

"Lubuk hati yang mendalam
Bunga ini tidak akan layu
Bila ku sampaikan pada orang yang tepat
Yaitu orang yang ku kenal

Angin tak lagi berseteru
Rumput tak lagi mengering
Air tak lagi berteriak untuk surut
Yang ku tahu
Semoga semua ini kau mengerti"

Di sisi lain, Rabert sibuk menulis puisi tentang cinta dan romantis untuk dibentuk menjadi buku. Ia berharap buku tersebut diterima. Bila Asiah tak sibuk, mungkin ia bisa mengajaknya untuk membuat buku pula.

Rabert selama libur menyempatkan diri untuk jalan-jalan mendalami arti cinta dari berbagai pengalaman. Mungkin ada peristiwa tak terduga, atau dirinya yang bisa mengungkap akan cinta dan romantis.

Potret, rekaman, hingga alat gambar sebagai jaga-jaga. Ia tahu bahwa banyak hal penting yang bisa dijadikan moral. Tak mungkin di setiap ilmu dan pengetahuan ada yang tertinggal. Seperti potret balon, rekaman ungkapan monolog seseorang, dan gambar kucing. Ya…

Kucing yang menurut Rabert seperti sedang jatuh cinta. Bahkan Rabert belum ada di tingkat selain mendalami. Rabert sebenarnya juga terkejut, mengapa banyak cinta dan romantis bertebaran di jalan? Banyak sekali potret yang ia tangkap.

Tang…

"Hm!!!" Rabert tak tahan dan gesturnya dibaca oleh dua orang sebaya Rabert. Apa seusianya juga ada hal ini? "Jangan!" mereka langsung pergi dari arah yang berbeda. Rabert melongo, hah?

Kamera sudah menangkap kejadian yang dikatakan hampir tersebut. Masih belia, mereka juga baru naik kelas, kenapa harus begini?

Rabert menulis puisi banyak hal ketika duduk di bangku panjang yang berhadapan dengan jalan raya. Jalan ini tentu saat libur dipakai untuk berolahraga. Rabert ingin sekali membayangkan bila berolahraga di hari tersebut.

---

Asiah kini memakai baju olahraga dan rambut sebahunya dibiarkan terurai. Ia mengambil potret pertamanya. Lalu berganti pakaian pergi, berganti pakaian anak sebaya, lalu pakaian pantai, pakaian rumah, dan seterusnya sampai di pakaian pesta. Latar belakang fotonya adalah hati berukuran besar.

Mama memeluk sosok kecil tersebut disusul ayah. Asiah sangat senang dan bahagia lebih mendominan ketika dipeluk oleh dua malaikat tak bersayap. Fotografer sudah memberitahu bahwa akan menjadi album seminggu kemudian. Waktu Asiah dihabiskan bersama keluarga di rumah. Tidur Asiah menjadi sangat pulas. Arqa, sampai kapan pun ia akan bertahan untuk dekatnya.

Asiah kini menonton televisi di tengah ayah dan ibunya yang mengungkap rasa yang terpendam. Asiah paham karena melihat dan mendengar namun ia lebih menikmati kesendirian yang seperti ini. Lagu yang diputar kedua orangtuanya juga tentang cinta.

Arqa, yang mengawasi Asiah dari jauh terus mengetahui cinta. A sampai abjad mana, ia hanya tahu belum sampai Z. Kaila kembali ada dalam pikirannya. Nyaman, itu yang Arqa rasakan. Berharap cinta yang ia ketahui adalah yang sebenarnya dan setiap suasana bukan suasana buruk seperti minuman keras yang merajalela.

"Ra!" Rabert menelepon Tiara. "Iya Bert!" , "Ada sesuatu di depan rumah!" Tiara menghampiri halaman rumah. "Wah, kardus cokelat?" , "Iya, ambil saja. Aku kirim untukmu!"

Asiah dalam lelahnya sudah mengetahui bahwa puisi yang ia gabung bersama Rabert sudah tersebar. Ia membaca buku tersebut dan lama-lama mengantuk. Ia memutuskan untuk kembali tidur.

KATEGORITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang