BAB 10

1 1 0
                                    

'Selamat beristirahat'

Secarik kertas yang membuat kedua orangtua yang terlihat semangat menyimpan dalam tas kerja. Mereka kembali berangkat kerja dan Arqa tanpa sadar meneteskan air mata sejak ayah dan mama Asiah membuka secarik kertas tersebut.

Pagi ini Asiah memilih untuk membaca buku pemberian Kak Vitalasa. Kini memasuki bab terakhir sambil memakan coklat yang ada di kulkas. Ia juga terkejut karena isi kulkas lebih sering kosong.

Tok! Tok! suara ketukkan berbunyi. Begitu dibuka, ada sosok perempuan cantik berambut panjang. Ia memberi bungkusan makanan. Asiah mengucapkan terimakasih dan mengajak perempuan itu masuk.

"Nama Kakak Arda. Lucu ya nama Kakak. Kakak minta maaf tidak pernah keluar untuk menyapa tetangga!" Asiah mengerti. Kak Arda menatap Asiah penuh sayang. "Rumah Kak Arda dimana?" , "Enam rumah dari rumah kamu." hm... jangan bilang itu kakak yang menelepon dengan orang yang membuatnya cinta.

Asiah dan Kak Arda saling bertukar cerita. "Kak, maaf ya Asiah mendengar obrolan Kakak dengan orang di telepon waktu itu." , "Kakak sudah putus. Maaf buat telinga kamu panas!" Asiah tersenyum sabar. Mungkin ia harus tegar menghadapi semua sesuai dalam novel yang ia baca.

"Sekarang perasaan Kakak bagaimana?" tanya Asiah. "Lumayan normal, Dik." Asiah mengangguk. Diam menyelimuti di antara mereka. Kak Arda menepuk kening, "Di rumahmu ada tempat untuk menyalakan DVD?" Asiah mengangguk. Kak Arda mengajak Asiah menonton. Tak menyangka Kak Arda membawa cemilan. Ia menaruh plastik itu dimana?

Asiah menonton sambil mempelajari karena temanya belum diketahui. Lagi-lagi hubungan antara lawan jenis. Namun Asiah yakin ada pelajaran yang bisa diambil. Arqa seperti biasa, dengan misteriusnya berdiri di belakang untuk ikut menonton atau sekadar tak berjiwa.

Bagian demi bagian pergi, nyatanya kisah mereka dari kecil dan diceritakan tingkat kedekatan mereka. Ia teringat dengan dirinya dengan Arqa, ia dengan Kak Deni, ia dengan Rabert, dan ia dengan Kak Reza. Semua ia dalami untuk mengetahui semua itu dinamakan apa.

Hm... selanjutnya, Asiah akan memikirkan apalagi? Kak Arda telah pergi menemani paruh waktunya. Arqa duduk di sebelah Asiah. Hahaha, semua alur dia ingat untuk mengenal Kaila. Kaila, beri Arqa tanda. Hari pertamanya telah dilewati, mungkin kedua, ketiga, sampai seterusnya, Asiah tetap bertahan.

'Ayah, mama, baru pulang kerja?'

"As, kamu melakukan apa dalam dua hari ini?" tanya Arqa penasaran karena dua hari ini pada malam hari Asiah melakukan kegiatan baru. Asiah mendiamkan Arqa dan fokus pada tujuannya. Arqa memilih untuk memikirkan Kaila dan alam sekitarnya ketika Asiah teguh dengan diamnya.

'Yah, Ma, semangat!'

Kali ini Asiah kembali ke luar rumah untuk menelusuri komplek. Arqa akhirnya menemani perempuan tersebut. Asiah merasakan sepi seperti biasa. "Lebih sepi dari kuburan ya?" lucu Arqa membuat Asiah menahan tawa. "Hahaha lebih sepi kuburan." , "Setidaknya tak ada yang ingin pergi dari wilayah ini?" celetuk Asiah. Sepertinya Asiah sudah tak tahan.

Hm... ada sebuah rumah yang menanam tanaman hias dalam jumlah banyak. Yuhu, Asiah akhirnya bisa menghirup udara lebih segar. "Bawa saja ke kuburan untuk dikuburkan." celetuk Arqa. Tawa Asiah pecah, mana mungkin ia memetik untuk ditaburkan di kuburan. Ehm, mungkin Arqa yang harus menaburkan di nisan Kaila.

Asiah berjalan lagi, rintik hujan turun. Jauh sekali rasanya bila harus pulang. Ia tak peduli, langkahnya mantap untuk meneliti tiap sudut komplek sampai akhirnya ada yang berteriak memanggilnya. Seorang perempuan dewasa menariknya masuk ke rumah. Arqa harus menunggu di depan rumah bercat merah muda tersebut.

"Dik, Kakak baru lihat kamu!" kaget perempuan tersebut. Asiah fokus pada gestur pria yang memakai kemeja kantor. Asiah curiga. "Aku tinggal di komplek ini, Kak!" jawab Asiah tenang. Mata perempuan itu penuh cinta. Asiah berharap bisa berhati-hati mengawasi dua dewasa ini. "Kakak bikinkan susu ya!" , "Jangan merepotkan diri Kakak. Tadi aku mau pulang hanya sudah ditarik Kakak." , "Nanti ibu aku suruh kamu tinggal disini, mau." , "Tidak, Kak!" , "Ayo nonton lagi!" pria itu bersuara.

KATEGORITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang