🍀🍀🍀🍀
Classified Caffe,
Elina mendudukan dirinya di sebuah meja yang terletak di samping jendela cafe tersebut, gadis itu sudah rapih dengan rambut kuncir satu dan pakaian sederhana ala anak muda.
Jam menunjukan pukul 9.30 AM, ini adalah jam normal untuk memulai daily activities, dari jendela cafe bisa Elina lihat, orang orang berlalu lalang memulai hari untuk memenuhi kehidupan, pengunjung cafe classified pun cukup ramai, hingga seseorang datang dengan penampan berisi pesananya, Elina tersenyum ramah,
"Thank you,"
Elina menatap dua porsi pancake, hot chocolate dan coffe ice di hadapanya, gadis itu menyodorkan coffee ice pada temanya Lily yang masih sibuk berkutat dengan gadget,
Memang jaman sekarang orang orang lebih sibuk dengan gadget mereka,
"Aku bertemu Jackson semalam di pesta pernikahan," ucap Elina lirih membuka suara, "dan aku belum bertemu denganya sejak kemarin malam," sambungnya.
Tak ada respon, Elina sudah seperti sebuah radio yang tidak dianggap sama sekali suaranya, Lily masih fokus dengan membalas chat dari teman temanya ketimbang mendengar keluh kesah Elina,
Elina mendengus kesal, tapi masih bersabar,
Lily menyeruput Ice coffee kesukaanya dan kembali menatap layar ponsel, gadis itu lebih tertarik membalas chat dari kekasihnya, hingga membuat Elina hanya bisa pasrah, Elina pun melakukan hal yang sama, mengecek pesan masuk pada ponselnya,
"Tidak,!"
Lily melirik sekilas melihat ekspresi Elina yang sedikit terkejut karena membaca sebuah pesan di ponselnya,
"Lily,! Pria itu mengajaku kencan hari ini,!"
Uhuk uhuk...
Lily buru buru menyudahi ice coffe kesukaanya, mata gadis itu melotot saking terkejut, dia menatap Elina tak percaya,
"Really,? Who is that"
"Kevin,!"
Elina mengendorkan bahunya, gadis itu kembali tak bersemangat, raut wajahnya begitu menyedihkan, apalagi setelah mengingat kejadian semalam, dia merasa kecewa entah kenapa, sikap Kevin begitu sombong menurut pandangan Elina,
Jika diingat ingat, sebenarnya Elina sedikit tidak suka jika harus bertemu dengan Kevin, tapi mau bagaimana lagi dia juga bekerja untuk Steffen yang tidak pernah jauh dari Kevin, tapi hari ini sesuai jadwal, Steffen mengajaknya pergi bermain golf, oh my,! Elina mendesah lelah, bahkan Elina tidak pernah sedetikpun memegang stick golf, apalagi memainkan permainan tersebut, benar benar akan semakin sulit, dan memalukan tentunya.
Lily mencebikan bibirnya, gadis itu kini tertarik dengan pembahasan tentang kencan buta antara Elina dan boss barunya, Lily mendekatkan dirinya pada tubuh Elina dengan sedikit kesusahan karena tubuhnya yang lebih mungil dari Elina, gadis itu berbisik.
"Apa kau tahu apa maksud terselubung Mr. Steffen memintamu untuk menjadi teman mainya,?"
"Aku tidak tahu, aku fikir dia itu pria bodoh,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Calling A Love
Teen FictionHidup sebagai gadis miskin memang bukan impian siapapun, jauh dari pesta dan pora pora. Apalagi jika hidup di Amerika semua itu benar benar akan membuatmu menderita. Kisah cinta tentang kaum sosialita yang kerap kali berujung dengan luka, wanita can...