4. Kita, Akankah Selamanya?

998 59 34
                                    

"Pagi membening dan siang yang menggersang; batas waktu antara afeksi dan ilusi, nyata dan maya, kita dan mereka.

Fase ini sungguh menyenangkan. Matamu yang menyipit, rinai tawa yang jenaka, juga bahagia yang kuharap tidaklah sementara. Tetaplah senantiasa menggenapi, agar kita kekal, agar aku tak mati."

*****

Aroma kopi, dan suasana pagi menjadi pembuka hari yang sempurna. Semangkuk lasagna, juga sepiring pasta yang tersaji di atas meja menguarkan aroma penggugah selera, membuat perut keroncongan. Yeon Seok yang memasaknya. Hari ini, ia sengaja menutup kafenya untuk keluar bersama Hyo Joo di akhir pekan.

Alih-alih keluar dan jalan-jalan, Hyo Joo malah mengajaknya ke apartemen Chae Won. Ia menebak jika sahabatnya itu pasti sendirian di hari liburnya. Jadi ia putuskan jadwal kencan mereka minggu ini adalah masak di apartemen Chae Won. Yeon Seok sama sekali tidak keberatan, dia dan Chae Won sudah lama saling mengenal. Bahkan Chae Wonlah yang mengenalkannya pada Hyo Joo.

Dulu, pria itu adalah senior satu jurusan dengan Chae Won di universitas. Mereka sama-sama mengambil jurusan arsitektur. Entah bagaimana ceritanya, alih-alih jadi seorang arsitek seperti Chae Won, Yeon Seok malah menjadi koki yang sangat handal dalam memasak masakan khas Italia, terlebih pasta. Ia bahkan sekarang mengelola kafenya sendiri yang diberi nama "La Pasta" yang terletak di kawasan Itaewon.

"Wahhh, Yoo Yeon Seok! Kau membuatkan pasta kesuakanku? Sungguh, kau teman terbaik." Sambil tangan kanannya mengeringkan rambutnya yang basah, tangan kiri Joon Gi mengacungkan jempolnya ke arah Yeon Seok. Pria itu baru keluar dari kamar mandi setelah melakukan aktivitasnya yang tak lain dan tak bukan adalah mandi junub.

Yeon Seok yang terlihat sedang memasukan peralatan dapur yang sudah dipakainya memasak ke bak cuci piring itu menoleh.

"Dih Geer! Aku membuatkannya untuk Hyo Joo. Ya kan sayang?" Yeon Seok membantah tebakan Joon Gi yang langsung disambut anggukan oleh kekasihnya. Pria itu berjalan ke arah Hyo Joo seraya melepas celemeknya yang kemudian dia sampirkan di kursi meja makan. Ia duduk di samping Hyo Joo dan bersiap menyantap semangkuk lasagna yang sudah ia hidangkan di sana.

"Heishh! Kalian hanya makan berdua? Pagi-pagi datang ke rumah orang, mengganggu ketenangan, hanya untuk numpang masak? Menyebalkan! Setidaknya kau harus memasakan masakan lezat untukku dan Chae Won sebagai tuan rumah kan?" Joon Gi mendumel tak terima. Pria itu melempar handuk yang ia pakai untuk mengeringkan rambutnya ke bak cucian di dekat mesin cuci.

"Hey Lee Joon Gi, kau masaklah sendiri! Buatkan masakan lezat untukmu juga Chae Won. Pelayanan untuk pacar itu dibutuhkan dalam sebuah hubungan. Kau ingin pacarmu malah menyukai masakanku nantinya? Walaupun jelas, masakanku akan jauh lebih enak daripada kau." Sambil menyantap lasagna buatannya, Yeon Seok membalas perkataan Joon Gi dengan nada meledek. Hyo Joo tertawa dibuatnya.

Pemandangan seperti ini sudah sering Hyo Joo lihat sejak tiga tahun ia dan Yeon Seok berkencan. Kekasihnya selalu saja menggoda Joon Gi dan membuat pria itu kesal. Tapi tetap saja, persahabatan dua pria jangkung berhidung mancung itu tetaplah karib. Mereka tetanggaan sejak sekolah menengah, teman sepermainan sejak remaja, sudah pasti sangatlah akrab.

"Joon Gi, Chae Won sangat suka Bulgogi. Kau bisa membuatkannya. Jangan khawatir, bahan-bahannya sudah kubeli, lengkap. Baik sekali kan?" Seraya mengunyah pasta di mulutnya, Hyo Joo ikut menimpali.

"Hmm, sungguh? Joon Gi, kau mau memasakanku Bulgogi?" Suara lain terdengar menginterupsi pembicaraan mereka bertiga.

Suara itu tak lain adalah suara Chae Won. Ia baru saja keluar dari kamarnya dengan masih menggunakan baju tidur. Rambutnya ia cepol ke atas dengan anak rambutnya yang menjatuhi keningnya. Menggemaskan.

SorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang