00

64 6 0
                                    

Begitu keluar dari ruang guru saat membicarakan tentang sekolahnya, Javier menghela napas. Beberapa orang meliriknya penuh rasa ingin tahu— atau tepatnya melihat kearah seragamnya yang tampak biasa saja. Para murid baru itu mempunyai seragam yang berbeda-beda, lain halnya dengan Javier yang hanya memakai seragam putih biru, warna seragam umum yang dipakai hampir di sekolah menengah pertama di Indonesia.

Javier menyempatkan masuk ke toilet laki-laki dan memutuskan untuk memakai jaket. Dia sudah sangat risih dengan tatapan orang lain yang terang-terangan melihat kearahnya. Ia memilih untuk pergi ke kantin yang ternyata jaraknya cukup dekat. Suasana kantin yang agak ramai lagi-lagi membuat Javier jadi pusat perhatian. Bahkan tak sedikit orang yang menatapnya dari atas ke bawah dengan tatapan menilai. Javier kembali menghela nafas, dia sudah tidak peduli sekarang.

Oke, Javier akan memperkenalkan sedikit mengenai dirinya dan alasan mengapa semua orang melihat Javier seolah dirinya Pitecanthropus Erectus yang ternyata masih hidup dibumi.

Namanya Javier Nazir Randhawa, biasa dipanggil Javier. Orang-orang yang mungkin mengenalnya sedari kecil memanggilnya Nana. Javier tinggal di Jakarta sedari kecil dari pasangan yang berbahagia dan dia tidak mempunyai saudara. Javier saat ini tengah melakukan daftar ulang untuk sekolah menengah atas. Dan sekolah yang dia tuju merupakan sekolah paling favorit di Jakarta.

Orang-orang bilang jika dia tidak mungkin diterima menjadi siswa di Archipelago High School— sekolah yang Javier tuju. Bukan karena Javier kurang pintar, hanya saja sekolah ini didominasi oleh anak-anak orang kaya. Tapi entah keberuntungan yang sedang berada di pihaknya, Javier berhasil masuk ke Archipelago dan mendapatkan beasiswa penuh untuk bersekolah disini.

Mungkin itulah penyebab semua orang melirik kearahnya, kearah seragamnya yang putih biru.

"Kampret lo gue tungguin di lobi malah nyasar kesini!"

Javier mendongakkan kepalanya, cengengesan melihat Januar— cowok itu sepertinya berlarian dari lobi ke kantin sambil ngos-ngosan. Januar  mendengus, duduk di sebelah Javier yang masih memasang wajah tak bersalah.

"Dah kelar lo reunian bareng temen lo?"

"Reunian apaan, kagak ketemu juga 2 minggu. " Katanya cuek.

Javier mencibir, "Halah, gini nih kalau nggak punya temen. Untung gue mau aja jadi temen manusia kayak lo, Nu"

Januar memasang wajah jijik, bikin Javier tertawa. Namanya Januar Raffly Alterio, teman Javier mungkin dari setahun yang lalu. Dia dan Januar beda sekolah, kalau Javier sekolah di SMP Negeri biasa, Januar itu sekolah di sekolah swasta dengan bayaran bulanan yang cukup buat beli mobil. Alasan pertemanan mereka bakalan Javier kasih tahu nanti, yang pasti sekarang dia dan Javier berteman dekat. Bukan hanya karena rumah mereka bertetangga, tapi juga karena hobi mereka yang serupa.

"Lo jadi masuk IPS?"

"Kayaknya iya,"

"Lah lo belum belum isi formulir?" Januar bertanya.

Javier menggaruk kepalanya yang tak gatal, sebenarnya dia bingung. Disatu sisi, cita-citanya ingin menjadi dokter dari kecil, di sisi lain, dia nggak terlalu senang pelajaran biologi. Dia senang belajar ekonomi dan sosiologi, jadi Javier masih bingung memilih jurusan. Apalagi di Archipelago, kelas sepuluh sudah langsung menentukan jurusan. Entah itu IPA, IPS, atau Bahasa.

INEFFABLE | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang