03 | Memang Pencinta Wanita

13 4 0
                                    

Ada banyak hal yang bikin Javier senang bersekolah di Archipelago. Selain fasilitas yang memuaskan, Archipelago ini jadi gudang cewek-cewek cantik. Selama satu bulan sekolah, Javier nggak pernah tuh lihat cewek yang biasa aja, entah dari kakak kelas sampai yang seangkatan. Yang manis ada, yang cantik banyak, yang imut kayaknya ngalahin penduduk di kompleknya. Dan berdasarkan omongan dari cewek-cewek pula, kata mereka hanya sedikit cowok yang biasa aja. Javier yang tak terima langsung menyebut jika dirinya yang paling ganteng, kemudian teman-teman kelasnya langsung nyorakin.

Di sekolah SMP nya dulu, Javier emang yang paling ganteng. Bukannya shombong atau geer semata, soalnya anak-anak cewek di sekolahnya yang nggak ada kerjaan tuh memeringkatkan cowok di sekolah berdasarkan tampangnya. Javier ada di nomor pertama. Nggak sedikit cewek yang deketin dia duluan. Javier pun nggak kayak cowok-cowok sok dingin macam di film-film. Kalau ada yang cantik, ya dia embat juga. Walaupun sepanjang karier nya diantara para wanita, Javier nggak pernah ngajak mereka pacaran.

Jika ditanya kenapa, Javier pikir buat apa pacaran sama satu cewek jika dia bisa jalan sama banyak cewek? Bukannya Javier fucekboy, tapi apa ya, dia tuh gampang bosen. Javier paling lama jalan sama cewek tuh sekitar sebulan. Itupun karena ceweknya yang agresif. Dia paling nggak bisa lihat cewek nangis. Selain karena petuah dari Papanya, dia juga tahu kalau perasaan cewek tuh sensitif. Dibentak dikit baper, dimanisin dikit baper, nggak dijawab pesannya baper, sampai dikasih senyum pun baper.

Emang ya, cewek tuh makhluk yang nggak bisa ditebak pikirannya. Kayak sekarang, Javier lagi mati kutu karena omongan Shasha.

"Javier, kita tuh apaan sih?"

Javier melongo sebentar, "Kita? Kita kan manusia, yang diberi kesempatan hidup di dunia untuk beribadah sebelum akhirnya kembali kepada-Nya." Jawabnya ngawur.

Shasha menghela nafas, "Bukan itu, maksudnya hubungan kita. Kita udah cukup lama kenal,"

Javier sontak melotot. Baru juga kenal dua minggu, ಠಿ_ಠ.

"Aku sayang kamu." Katanya memegang tangan Javier. "Aku nggak suka lihat kamu dekat-dekat cewek lain! Mana mereka pada kecentilan lagi, kamu tuh punyanya aku!"

Javier tersenyum tipis. Ini nih, salah satu yang paling Javier nggak suka dari hubungan rumit kayak gini. Kenapa para cewek selalu merasa dirinya istimewa jika diberi kesempatan bersama? Dia nggak suka dilarang ini-itu. Dan Javier paling senang kenalan dan bicara sama orang-orang. Kenapa cewek yang mungkin hanya mampir sebentar di dalam hidupnya punya hak untuk mengatur dirinya?

Javier melepaskan tangan Shasha, bikin cewek itu terkejut. "Gue suka sama lo sebagai teman, nggak lebih. Kalau lo merasa hubungan kita spesial gara-gara gue sering ngajak lo main berarti lo salah." katanya, makin membuat wajah Shasha merah padam. "Kalau lo mau hubungan kita lebih dari teman, sorry. Gue nggak bisa. Gue lebih senang lo jadi teman gue."

"Tapi aku nggak mau, aku maunya kita pacaran!"

Menghela nafas, Javier menarik senyumnya, "Gue nggak bisa, kalaupun kita pacaran nanti, kayaknya hubungan kita nggak bakalan awet." ucapnya tenang.

"Kenapa? Aku kurang apa?" Tanya Shasha menatap Javier dengan mata berkaca-kaca.

"Ini bukan tentang lo. Ini tentang gue, gue nggak suka diikat. Kalau kita pacaran nanti, lo nggak masalah kalau gue nggak balas chatt lo? Atau nolak kalau lo ngajak gue jalan? Atau mungkin nggak masalah kalau gue dekat sama cewek lain?"

Shasha terdiam. Cewek dengan rambut sebahu dan senyum cerah itu kini menunduk, melepaskan tangannya dari lengan Javier, "Ternyata kamu cuma mainin aku aja, ya?"

INEFFABLE | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang