Mood Song: No Scared by One Ok Rock
.
Zombies eat brains.
You're safe.
-Mark Lee-
.
"Lihat kelakuan mereka tadi? Ingin sekali kutendang bokong mereka satu persatu sampai ke Antartika..." bahkan sepiring souffle pancakes dengan banyak topping stroberi kesukaan, tidak mampu memadamkan rasa kesal Haechan yang sudah mencapai permukaan. "Leader mereka masih kuhormati, tapi untuk member lain~" dia membuat gestur bagai orang muntah dibarengi putaran malas bola mata.
Haechan memang masih menaruh hormat pada Seo Johnny, tapi tidak pada sisa enam berandal sial Ignite yang lain.
Adalah sebuah kebetulan jadwal mereka berbenturan dengan grup idola agensi tetangga yang tengah 'heboh-hebohnya' naik daun. Studio foto sebuah majalah fashion terkemuka menjadi tempat pertemuan yang paling tidak diinginkan abad ini. Alhasil, interaksi awkward-pun terjadi: saling lempar tatap membunuh, melontarkan jokes sadis, atau membuat gerakan-gerakan provokatif sebagai bentuk intimidasi terhadap tim lawan. Atmosfer penuh tekanan melayang di udara—beruntung, para staff dengan profesional dapat mengatasi segala problem yang ada.
Entah hal apa yang menyebabkan hubungan kedua kubu memanas, bahkan perselisihan mereka terbawa sampai ke kalangan fans juga. Para netizen sampai bosan karena setiap saat selalu disuguhi oleh seteru antara fandom besar keduanya: Sparks dan Rioters. Di mana ada mereka, sudah dipastikan tidak akan ada damai di sana...
Mark separuh-separuh mendengarkan komplain Haechan. Dia lebih memilih untuk mendiskusikan jadwal mereka selanjutnya bersama Moon Taeil, ketimbang ambil pusing dengan urusan orang lain. Karena, yaah... buat apa buang-buang energi hanya untuk membicarakan hal yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan dirinya?
Kekeh pelan Jaemin membuat gurat-gurat kekesalan semakin dalam di kening Haechan. Tangan penuh torehan tinta biru permanen meraih gelas karton berisi green tea latte dari atas meja. Decak puas lidah jadi indikasi kalau minuman paling populer di kafe hits yang baru mereka sambangi, ternyata memang perlu dapat acungan dua jempol. "Mereka boleh punya reputasi bak prince charming, namun kelakuan mereka memang setara bangs*t..."
"Demi Tuhan, tolong jaga mulutmu..." kalimat Jaemin barusan membuat Taeil (selaku manajer), nyaris saja menyumpal mulut si pemuda menggunakan cream puff utuh yang baru dihidangkan seorang pramusaji. Kalau sedang berkumpul di basecamp, dia tidak masalah mendengar berbagai umpatan meluncur keluar dari mulut member band asuhannya. Taeil sudah biasa mengurut dada menyaksikan kelakuan absurd mereka, namun dia tidak bisa diam saja karena ini adalah khalayak umum.
Seorang ibu—yang duduk tidak jauh dari meja mereka, bahkan (dengan tampang horror) sampai menutupi telinga anaknya akibat kalimat Jaemin barusan.
Oke, Sugar Pain memang identik dengan image anak band yang independent, sedikit rebel, unik, stylish, dan sangat mewakilkan manusia-manusia dengan jiwa penuh semangat membara di luar sana. Tapi, sebagai publik figur, tetap saja mereka harus taat aturan jika berada di keramaian. Satu contohnya; menjaga manner. Karir yang tengah cemerlang bisa-bisa hancur kalau stigma buruk keburu menempel pada nama belakang band mereka.
"Geeze, Jaeminie... kita tidak ada bedanya dengan mereka. Stop bicara seolah kita tidak lebih buruk dari orang-orang itu." Mark terlihat 'sudah sangat menyerah' saat mengatakan ini. "Oh, pengecualian untukmu, Jeno-ya." Latte hangat diseruput nikmat, obrolan bersama Taeil-pun kembali berlanjut dengan khidmat.
Mark sebenarnya sering bertanya dalam hati, mengapa manusia macam Jeno bisa terdampar dalam 'lembah neraka' bersama mereka. Apa dulu dia sudah salah ikut audisi ya? Eeh, tapi bisa jadi itu akibat influence sang ayah yang seorang drummer. Atau bisa juga karena sejak kecil dia memang punya hobi memukuli benda-benda di sekitarnya, yaa semacam natural talent istilahnya. Nah, kalau begitu bisa disimpulkan kalau posisi Jeno sebagai drummer dalam band mereka bukanlah sebuah kesalahan.
Sebenarnya, Jeno bisa saja menjadi model atau aktor film dewasa—err, maksudnya remaja, bermodalkan wajah tampan dan tubuh yang~umh, bagai adonis bintang film panas tahun delapan puluh-an itu.
Oke, tolong abaikan saja pemikiran Mark yang satu ini.
Walau tidak bisa dia pungkiri jika kemampuannya menguasai drumset hampir menyamai Lee Donghae saat berada di atas stage. Mungkin anak itu belum memiliki jam terbang dan prestasi setara sang ayah, namun Mark yakin, kemampuan Jeno akan semakin berkembang ke arah yang lebih baik. Dan bukan tidak mungkin jika suatu hari nanti, dia bakal melampaui nama besar drummer legendaris tersebut.
Yang baru diberi cap 'manusia tanpa dosa' hanya memberi senyum gugup, seraya lanjut melahap menu di atas piring. Dia bersikap seakan ocehan para member band hanyalah bising tonggeret musim panas di telinga.
Dengus jijik Haechan mengiringi kekeh geli Jaemin. Hidangan di atas piring diiris sadis, ditusuk sekuat tenaga, sebelum akhirnya dikunyah bar-bar ala orang yang berhari-hari tidak diberi makan. Pandangan menghakimi lalu berakhir jatuh pada sosok Jeno yang sedari tadi coba menghabiskan menu makan siangnya dengan tenang.
"Kau juga harusnya membantuku dalam menghadapi mereka Jeno-ya! Apa kau tidak khawatir jika suatu saat para berandal itu bakal merebut Renjunie darimu?!"
"Benar juga, kudengar tempo lalu Jaehyun-hyung bertemu diam-diam dengannya. Apa ada satu hubungan khusus di antara mereka, ya??"
Terima kasih banyak (ini diucapkan pakai nada sarkas), karena berkat kalimat Haechan dan Jaemin barusan, Jeno sukses tersedak gumpalan makanan yang belum sempat dia telan.
Tawa Haechan dan Jaemin menggelegar hebat ketika melihat Jeno yang mendadak tersedak. Taeil dengan cekatan menyodorkan gelas tinggi berisi air mineral sebagai penyelamat hidup, lalu segera menghardik duo paling absurd dalam kelompok mereka. Gumam 'kalau sampai ada yang mati, aku bersumpah bakal membuat kalian jadi teman satu sel di penjara!' milik Taeil bahkan tidak mampu menghentikan kelanjutan aksi keduanya.
Bukankah tadi mereka sedang membahas perihal 'grudge' Haechan untuk Ignite? Lalu kenapa pembicaraan mereka tiba-tiba melenceng sampai sejauh ini??
"Stop it, guys... Jaehyun dan Renjunie tidak punya hubungan apapun, trust me. Mereka hanya kebetulan bertemu di Melrose, lalu berbincang sebagai kolega untuk membahas project barunya dimana kita juga ikut serta."
Namun ucapan Mark sepertinya tidak mampu menembus kepala keduanya yang sudah terlanjur bebal tak terkira.
"Booo, Mark the party pooper..."
Mark menghela napas dalam, berharap kalau kepalanya tidak lekas ditumbuhi rambut putih alias uban. Sementara itu, Taeil masih sibuk menyelamatkan Jeno dari aksi tersedaknya barusan.
Ingatkan Mark dan sang manajer untuk minum aspirin setelah ini, karena sepertinya mereka akan menderita sakit kepala sepanjang hari.
.
Tbc~
.
.
Apdet Lovesick dulu yak... ahay, chapter depan baru ada Noren lagi, sama mungkin sedikit Renjun-harem, karena semua orang sayang sama dia, hehehe... maaf atas judul yang nggak nyambung en keabsurd-an fic saya ini :') thank you and ciaoo!!
YOU ARE READING
LOVESICK - NOREN
Fanfiction"Lee Jeno, man, kau itu sakit cinta alias lovesick..." "Ini bukan Love-sick, tapi Love-sucks!" Noren/ Jenren (Jeno x Renjun) -- Anak Band! AU bxb