LOVESICK 02: Honey Black Tea and Caffe Latte

1.6K 234 30
                                    


Mood Song: ONE by Aimer


.


'You attract what you fear.'


'Oh my God, I'm so scared of one gazillion won!'

-Zhong Chenle-


.



"Jadi benar, kau itu orang yang ada dalam foto di halaman gosip Disspatch bersama Jaehyun dari Ignite??"

Melihat angguk ogah-ogahan Renjun barusan, Chenle nyaris saja menyemburkan latte dalam mulutnya secara tidak sopan.

"Lalu, reaksi Irene-eomma dan Mark-hyung, bagaimana?"

Renjun membetulkan letak beanie demi menutupi helai-helai rambutnya yang sudah memanjang. "Biasa saja."

"Oke..." Chenle membalas sangsi.

"Ini untuk project baruku, Chenle-ya, bukan untuk hal lain." Mereka duduk di salah satu bangku panjang yang ada di sudut taman kota. Cuaca mulai menghangat di penghujung Februari, dan pada Senin sore orang-orang begitu ramai memenuhi area hijau ini.

Sembari menunggu Jisung yang akan menjemputnya untuk makan malam di sekitaran Garosugil, Chenle memenuhi ajakan Renjun yang baru saja pulang beraktivitas. Dia memprediksi kalau Renjun bakalan bercerita mengenai kejadian tempo hari, dan benar saja, dia di sini jadi pendengar setia curahan isi hati.

"Bukankah kau akan memakai member band Mark untuk project barumu? Lumayan 'kan bisa dapat harga saudara..."

Renjun mendengus, lalu meneguk honey black tea dari gelasnya sendiri. "Tidak mungkin. Agensi Mark cukup ketat soal kontrak dan berbagai perihal tentang bisnis, mana mau mereka rugi..." ditatapnya beberapa anak kecil yang sibuk bermain jungkat-jungkit tak jauh dari posisi mereka berada. "Ibu yang merekomendasikan Jaehyun-hyung sebagai model untuk project baruku ini. Kami lumayan sering bertukar sapa lewat sosial media. Well, dia teman Mark juga, dan kebetulan sekali malam itu kami bertemu di Melrose, jadi sekalian saja aku basa-basi menanyakan beberapa hal padanya..."

Dan unfortunately, satu kamera usil berhasil mengabadikan pertemuan mereka tanpa dia sadari. Renjun jadi tidak enak hati karena Jaehyun harus repot-repot memberi konfirmasi mengenai hal ini.

'Oh, ya ampun,' pikir Chenle tidak terlalu terkejut.

Irene dan ide-ide briliant-nya tentang Renjun yang dikelilingi oleh para lelaki alpha. Apalagi Ignite (grup idol dimana Jaehyun terdaftar jadi anggota) tidak memiliki hubungan baik dengan Sugar Pain (kecuali Mark, karena dia adalah social butterfly di dunia hiburan). Mereka selalu bersaing dalam segala hal, dan clash sekecil apapun pasti selalu jadi pemicu perang dunia ketiga. Sebenarnya Renjun sadar atau tidak sih, kalau dia tengah menciptakan arena gladiator untuk mereka?

'Kasihan sekali Jeno-hyung, aku turut berduka kalau begitu,' lanjut Chenle lagi masih dalam hati.

Renjun adalah jenis manusia (purba) konservatif, sementara drummer band alternative rock bernama Lee Jeno masuk ke dalam golongan kaum naif yang menyerempet masokis. Itu karena dia terus saja gigih menanam benih cinta di lahan unfertil milik adik tiri Mark tersebut.

Hasil tidak ada, lelah jiwa dan raga—iya.

Renjun benar-benar kurang peka kalau soal urusan asmara. Dia (terlihat) tidak terlalu tertarik pada hal-hal yang berbau romansa. Semisal kisah sekretaris yang jadi budak nafsu sang boss super kaya, cerita tentang surat-surat seorang gadis 'kentang' yang terkirim untuk para old crush-nya, atau kisah tentang cinta beda spesies, di mana vampir tidak hangus jadi abu saat terpapar cahaya matahari—mereka malah berkilauan bagai ketumpahan serbuk peri.

"Member Sugar Pain sudah masuk agenda, yang lain menyusul. Ibuku berpikir untuk merekrut Wong Lucas dan Lee Taeyong dari Ignite juga. Beliau bilang semakin melimpah model untuk produk barunya, maka akan semakin baik. The more the merrier..."

Setahun ini dia coba keluar dari zona nyaman (sebagai bintang iklan dan ambassador produk komersil) dengan merintis brand apparel untuk anak muda. Masih di bawah bimbingan dan bantuan finansial Irene. Masih kecil-kecilan, dan 'nama besar' Irene, juga publik figur macam orang-orang yang disebutkan tadi, dia akui sangat membantu dalam mempromosikan (meroketkan) produk dalam katalog brand-nya.

Biar saja kalau dia mendapat cibiran di sana-sini, Renjun tidak peduli. Toh, dia yang bekerja keras, kenapa juga mesti mengurusi orang-orang yang iri? Irene bilang, selektiflah ketika membaca komentar netizen. Ambil yang positif, dan yang negatif buang saja ke tempat sampah, karena mereka sama sekali tidak berguna.

Bunyi 'ting' pelan yang terdengar, menandakan jika satu notifikasi pesan berhasil masuk ponsel dalam kantung hoodie. Tak berapa lama, seruan panik Renjun langsung saja bergema.

"Ya, Tuhan!!"

Kali ini Chenle hampir tersedak minumannya. Dia menatap horror ke arah Renjun, lalu ikutan panik walau tidak tahu duduk perkara mengapa Renjun terlihat seperti orang yang baru saja ingat kalau dia lupa mematikan api kompor di rumah.

"Kenapa, kenapa??"

Dengan wajah sedih bercampur kesal, Renjun langsung saja mengeluh dengan tiba-tiba.

"Mark dan kumpulannya mau menginap di rumah. Geeze, kenapa harus mendadak begini sih? Kenapa juga mereka tidak menumpang di apartemen Mark saja? Kenapa harus ke rumah kami?!?"

Chenle langsung cemberut saat tahu kalau hal yang Renjun ributkan bukanlah suatu hal yang mengerikan. Ya, ampun, rumahnya mau kedatangan sekumpulan lelaki tampan, dan di sini dia malah sedang mendustakan nikmat Tuhan...

"Lho, bukankah itu bagus? Kau jadi bisa punya bonding time dengan mereka, bukannya tur mereka baru berakhir bulan lalu? Kau tidak kangen begitu pada kakakmu?"

Renjun menatap masam ke arah Chenle. "Mark iya, yang lain no."

'Oh, ya ampun.'

Empati Chenle untuk Jeno malah semakin menjadi-jadi. Dengar sendiri 'kan kalimat yang barusan? Apa Jeno benar-benar masih punya harapan?

"Sisa member Sugar pain itu memang benar-benar pain in the a**..."

"Astaga Renjun Lee, tolong jaga mulutmu, please!"

Biar saja mulut Renjun jadi sekotor teman-teman Mark yang memang hobi bicara tanpa filter. Irene sedang keluar kota, dan Mark mendadak datang seraya memboyong para berandal itu tanpa terlebih dulu menanyakan kesediaannya.

Duh, dia benar-benar murka!

"Lho? Sudah mau pulang?" Chenle bertanya sewaktu melihat Renjun berdiri dari bangku taman dengan tergesa.

Yang ditanya hanya melambaikan tangan ringan. "Mau bersiap sebelum apocalypse datang menyerang, see you later Chenle-ya..."

See? Setelah selesai jadi tempat curhat, Chenle sekarang malah ditinggalkan, dasar Renjun plin-plan!


.


Tbc~


.


.


Jadi, profesi Renjun itu model buat iklan produk gitu (?) en sekarang mau buat brand pakaian sendiri. Terus dia juga nggak begitu deket sama member Sugar Pain lain (iya, SP ini artinya sakit gula, nama band atas usulan Haechan) Saya memutuskan buat pakai Irene sebagai karakter ibu (single mother) mereka, hehehe... Di AU ini publik figur bebas pacaran, nggak ada tuh bekstrit-bekstritan : ) Maafkeun juga untuk bahasa yang campur-campur nggak karuan... terima kasih atas atensinya, see you again and ciaoo!!

LOVESICK - NORENWhere stories live. Discover now