6. gara-gara hujan

75 30 46
                                    

[Bagian enam]

"Karena dengan membenci. hati yang terluka pun lambat laun akan sembuh" –Tachibana Rui.

***

Gemuruh riuh nya suara hujan, dan rintikan nya yang mulai berjatuhan membuat seseorang menghentikan langkah nya sejenak. Dirinya tak membawa tameng untuk berlindung dari hujan, ditambah dia membawa adik kesayangannya membuat dia mengurungkan niat untuk melanjutkan langkahnya.

"Kak. Kakak gak bawa jas hujan?" Tanya Rafi pada Dira, mereka pun terjebak hujan saat ini dan sedang berteduh di halte bus.

"Gak.." jawab Dira sambil menggosokkan tangan nya karena dingin.

"Kak, Rafi mau pulang," rengek Rafi pada Dira, dia benar-benar sangat ingin pulang, begitupun juga dengan Dira.

Dira membelalakkan matanya, dia terkejut dan baru teringat akan sesuatu.

"Rafi! Jemuran gak ada yang angkat!" Ucap Dira lalu kembali menaiki sepedanya.

"Ayo buruan naik!" Ucap Dira seperti orang kesetanan.

Sebenarnya Dira tidak peduli mau baju nya kehujanan atau tidak, toh dia yang mencuci nya.

Tapi hari ini berbeda. Karena mesin cuci dirumah nya sedang dalam perbaikan, dia mencuci menggunakan tangan bukan mesin cuci.

Akan sangat melelahkan jika dia harus mencuci ulang semua nya. Ditambah dengan mengeringkan nya yang juga ribet.

Dira bukan Superman yang bisa mencuci semua baju itu dengan tangan lalu bisa mengeringkan nya dalam satu hari.

Apalagi ada baju seragam yang harus Dira dan Rafi pakai untuk besok. Kalau kehujanan bagaimana?

Dira seperti orang yang akan ketinggalan kereta atau pesawat. Dia benar-benar menambah kecepatan bersepeda nya. Walaupun hujan dia tetap menerobos nya.

Padahal jalanan sedang licin karena hujan deras, dan dia juga tidak bisa melihat dengan jelas karena hujan.

Ditambah kaki nya yang  sedang sakit. tapi dia terpaksa agar bisa cepat sampai.

Mungkin karena ini yang namanya naluri orang yang mencuci pakaian dia tidak akan rela jika baju nya benar-benar kehujanan.

Sesampainya dia dirumah, semua nya sia-sia.

Jemuran nya sudah basah kuyup oleh hujan. Tidak terselamatkan.

Dia juga tidak pernah menitipkan jemuran pada tetangga nya, karena dia tidak mengenal dengan baik orang-orang dikomplek nya.

Lebih tepatnya orang-orang disana gak kenal Dira.

Bukan nya mengangkat jemuran, Dira malah masuk kedalam rumah.

"Kak ini jemuran nya gak diangkat?" Tanya Rafi yang sedang melepas sepatu nya yang basah.

"Percuma. Udah basah."

***

Dira sedang memilih baju-baju yang akan dia bawa ke laundry mungkin dia akan memprioritaskan baju seragam nya dan Rafi terlebih dahulu baru baju-baju yang lain.

"Rafi susu nya udah kakak taruh di meja belajar," ucap Dira pada Rafi yang sedang asik menonton televisi.

"Kakak pergi ke laundry dulu ya bentar. Nanti juga kak diva pulang," ucap Dira lagi pada Rafi. Rafi hanya menanggapi nya dengan anggukan.

Brightest Star [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang