▪ abang.

3.1K 478 49
                                    

Siang hari, di tengah terik nya matahari yang bersinar. Cahaya ilahi yang mengantarkan hawa panas kedalam rumah di tengah-tengah hawa dingin dari pendingin ruangan. Tak membuat hawa sekitar menjadi nyaman tentram.

Taeyong, walau pendingin ruangan benar-benar diatas rata-rata. Tetapi kalau di luar terik panasnya hingga mengantarkan hawa panas ke dalam rumah, memang seimbang jadinya.

Taeyong harus melepas kaos bajunya, menyalakan kipas kecil berbentuk kepala hello kitty di depan nya. Sembari tangan yang fokus memainkan stick game dan mata yang tertuju pada layar tv.

Karena hari libur, Taeyong tidak tahu harus apa. Selain memainkan game yang belum sempat diselesaikan nya.

Satu buah semangka dibelah dua sudah habis, tiga buah mangga yang dijadikan jus pereda dahaga sudah habis.

Namun, bukan dirinya saja yang menghabiskan, melainkan oknum tetangga yang sedang berebah cantik di sofa lebar rumahnya.

Sedang asik bermain ponsel dan sesekali bersenandung kecil.

Katanya, lagi ngetik cerita di wattpad.

Taeyong tidak perduli, yang ia perdulikan game nya saat ini.

Di saat tegang-tegangnya dengan tantangan game nya. Sebuah suara terdengar, dari oknum yang masih berebah cantik di sofa rumahnya.

"Abang."

"Hm?"

"Aku mau kawin."

"..."

Bentar.

Siapa tadi?

Kawin?

Si Lisa?

Mau kawin?





"HE!"

D
U
K

"IH ABANG, NGAGETIN!"

Pasalnya, Taeyong yang tersadar akan apa yang diucapkan Lisa, lantas berseru dan menoleh segera pada Lisa. Hal itu juga membuat Lisa kaget, sampai melepaskan ponsel di hadapan nya, dan membuat ponselnya jatuh tepat di depan wajahnya. Saat itu, kondisinya, Lisa lagi natap ponsel dan rebahan.

"Kalo ngomong yang bener!" seru Taeyong dengan kedua bola mata yang membulat sempurna.

"Ini emang bener gue ngomong nya, Bambank!"

"Kalo gitu otaknya dipake buat mikir. Yakali masih sekolah mau kawin. Gila ya!?"

Lisa cemberut, kesal seketika dengan Taeyong. Ini pertama kalinya juga Taeyong berseru begini padanya. Biasanya ngomong judes atau cuman nyinyir, sekarang paket lengkap dengan suara nyaring.

"He!"

"Apa!" Lisa semakin kesal, bangkit dan bersandar di sofa. Menatap sengit penuh amarah pada Taeyong.

Melihat itu, Taeyong jadi membuang napas. Mendinginkan otak dan hati kemudian. Lantas, berbalik penuh menatap pada Lisa.

"Coba sekali lagi bilang. Tadi mau apa?"

"Kawin," jawab Lisa cepat, masih dengan wajah kesalnya.

Taeyong hela napas lagi. "Lisa, kawin nggak semudah itu."

"Mudah. Yang susah itu nikah."

"Ha?"

Taeyong melongo, Lisa mencebikkan bibir.

Nggak ngerti, nggak paham. Kenapa bisa tetangga nya ini se gila ini.

"Lo sinting ya!?"

"Bisa nggak abang jangan ngomong kasar gitu?!"

"Gimana nggak kasar gue? Lo sendiri beneran nggak bisa mikir, ya?!" Taeyong berseru lagi, "gue tau elo bukan anak polos kebego-begoan. Elo pasti tau bedanya kawin sama nikah. Terus kenapa elo— Ah bodo amat!"

Taeyong bangkit, berjalan meninggalkan Lisa yang semakin cemberut kesal.

"He, abang mau kemana?!"

"Kamar. Nggak usah ngikutin gue!"

"Ih, kenapa!?"

"Entar malah gue kawinin lo sebelum lulus sekolah. Diem aja lo disitu kalo nggak mau nyesel!"

Taeyong terus berjalan menuju kamar, mengabaikan rengekan Lisa dan lekas menutup pintu kamar lalu menguncinya.

Bodo amat lah dengan teriakan dan rengekan Lisa diluar sana. Taeyong cuma mau ngambil hapenya, ingin cepat-cepat menghubungi dosen pembimbingnya.

Niatnya sekarang, mau cepet-cepet nyelesein skripsi.




Jadi kalo udah selese skripsi terus wisuda, ngapain yong??? Wkwkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jadi kalo udah selese skripsi terus wisuda, ngapain yong??? Wkwkwk

Another Us || YonglisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang