Tidak ada sesuatu yang bisa mengganggu Kevin jika sedang konsentrasi seperti saat ini. Bahkan senja yang indah sekalipun tidak membuatnya mengalihkan perhatian dari kanvas putih yang sedang dia beri warna. Salah satu yang menjadi keistimewaan Kevin dalam melukis adalah tidak lebih dahulu di gambar melainkan langsung bermain dengan cat minyak.
Jika kebanyakkan orang akan kesusahan, namun tidak untuk anak secerdas Kevin. Dia bahkan tidak membutuhkan media gambar sebagai contoh melainkan menggunakan otak pintarnya yang membayangkan keindahan kota London lengkap dengan London Brigde dan London Eye. Semua terlukis dengan indah apalagi suasana yang Kevin ciptakan pada saat langit cerah, sangat indah.
Kecintaan Kevin pada melukis begitu luar biasa. Dia mengapresiasikan apa yang terjadi pada hatinya dalam bentuk lukisan. Sebenarnya Kevin ingin menuangkan dalam bait lagu, namun dia masih belum diberi ilmu oleh Tuhan. Jadilah dia mensyukuri dengan talenta melukisnya.
"Kevin." Sebuah panggilan dari ambang pintu balkon menyadarkan Kevin. Kevin meletakkan kuasnya dan menatap siapa yang datang dan tengah mengganggunya. Senyum Kevin terukir saat melihat dokter Luna dan Krystal. Segera saja dia beranjak dan menghampiri dua wanita itu. Dokter Luna sejenak terkagum dengan lukisan Kevin yang begitu indah.
"Tante dokter kemari?" dokter Luna tersenyum lalu mengelus kepala Kevin dengan sayang.
"Tante bawakan sesuatu untuk Kevin." Dokter Luna memberikan bungkusan yang dia bawa. Kevin menerimanya dengan senang hati lalu membukanya.
"Baju?" dokter Luna menganggukkan kepala saat Kevin bertanya.
"Untuk dipakai saat ulang tahun nanti."
"Terima kasih, tante dokter." Dokter Luna mengangguk sambil tersenyum kepada Kevin.
"Ya sudah, Kevin lanjutkan melukisnya. Tante harus segera pulang, nanti malam tante ada acara. Jangan lupa istirahatnya!" peringat dokter Luna kepada Kevin.
Setelah berpamitan, dokter Luna meninggalkan kamar Kevin diantar oleh Krystal. Sedangkan Kevin, dia masuk ke dalam kamar untuk segera mandi. Sebentar lagi akan tiba waktunya makan malam. Kevin tidak ingin Mamanya menunggu lama, jadilah dia dengan sadar diri langsung masuk ke dalam kamar mandi.
***
Tanpa menghiraukan tatapan memuja dari para hawa padanya, Kai melangkahkan kakinya menyusuri Westfield London Shopping Centre. Siapapun tahu tempat para shopaholic ini. Mall terkenal yang menyediakan berbagai macam merk terkenal di dunia dengan harga yang fantatis, tapi tidak bagi Kai.
Tanpa memperdulikan dengusan kesal dari Loey yang membawa beberapa belanjaan miliknya, Kai kembali masuk ke dalam area Toys station. Penjaga yang kebetulan seorang wanita, tertegun melihat Kai masuk dengan gagahnya dan panampilan sempurnanya. Namun, Kai tidak peduli akan hal tersebut dan mulai memilih mainan yang menurutnya layak dijadikan sebuah hadiah.
"Ini sepertinya bagus." Loey menunjukkan sebuah mainan kepada Kai. Kai menoleh sejenak lalu membuang muka.
"Dia bukan anak TK, kalau ponakanmu mungkin suka bermain pistol air." Loey mendesah lelah. Dia memang tidak tahu bagaimana Kevin, namun Loey tahu untuk siapa semua hadiah yangKai beli. "Sepertinya disini bukan tempatnya." Kai langsung melenggang pergi meninggalkan area Toys station
Loey yang mengekorinya hanya bisa menghembuskan nafas kasar. Kai melihat toko alat musik sambil tersenyum tipis. Tanpa pikir panjang, dia langsung masuk ke dalam toko tersebut. Kai meniliki satu per satu alat musik dan matanya tertuju pada sebuah mini gitar berwarna abu-abu.
"Tolong bungkus gitar itu!" Perintah Kai kepada pelayan laki-laki yang berada di dekatnya. Tanpa menjawab, pelayan tersebut naik ke atas kursi dan mengambil gitar yang diminta oleh Kai.