Kai tersenyum menatap Kevin yang sedang memakan pancake kesukaannya. Anak tampan itu begitu menikmati makanan di hadapannya hingga tidak menyadari jika Uncle tampan-nya tengah menatapnya. Kevin memang lupa sekitar jika asik dengan dunianya. Entah apapun yang dia lakukan jika terlalu asik, maka akan lupa pada apapun dan pada siapapun.
Mendengar deheman dari Kai, barulah Kevin menyadari jika Kai menatapnya. Hanya cengiran imut yang Kevin tampilkan memperlihatkan gigi susunya. Kai selalu terkekeh saat melihat Kevin tersenyum, tertawa bahkan menyengir sekalipun. Kai ibarat tengah berkaca, karena ekspresi yang ditunjukkan Kevin sama seperti yang dimiliki Kai jika melakukan hal tersebut.
Mungkin karena terlalu sering bertemu Kevinsehingga Kai baru menyadarinya. Namun saat pertama kali bertemu, dia juga melihat Kevin dengan ekspresi yang sama. Mungkin Kai baru menyadari hal tersebut. Dia berfikir bahwa ekspresi setiap orang memang berbeda, namun tak banyak yang juga sama. Seperti saat ini, dia dan Kevin.
"Kevin" Panggil paman Chris membuat Kevin mengalihkan pandangannya. Paman Chris mengecak rambut Kevin gemas. "Ini bayaran untuk lukisan Kevin. Terima kasih sudah melukisnya." Kevin menelan pancake di mulutnya lalu mengambil amplop warna coklat yang diberikan paman Chris. Gitar melebarkan matanya saat melihat beberapa lembar dollar di dalam amplop tersebut.
"Ini tidak kebanyakkan, paman?" Tanya Kevin tanpa menghilangkan nada terkejutnya. Paman Chris tersenyum dan mencubit pipi gembul Kevin.
"Tidak, boy. Lukisannya bagus dan paman akan pesan nanti jika Kevin tidak sibuk." Paman Chris mengelap sisa coklat di sudut bibir Kevin.
"Terima kasih, paman Chris." Kevin berucap dengan nada bahagia.
"Baiklah. Habiskan makannya, sebentar lagi Mama akan datang menjemputmu." Kevin mengangguk seraya paman Chris beranjak.
Kai tidak tahu jika Kevin datang ke cafe untuk mengantarkan lukisan. Dia juga tidak tahu jika Kevin pandai melukis. Melihat usia Kevin yang masih kecil meskipun tubuhnya melebihi rata-rata anak seusianya.
"Kevin bisa melukis?" tanya Kevin membuat Kevin menghentikan suapannya.
"Sedikit bisa." Jawab Kevin lalu menyeruput ice chocolate-nya.
"Uncle pesan satu lukisan untuk di kantor. Eemm... pamandangan kota London, mungkin. London Bridge Town atau London Eye." Kevin nampak berfikir sejenak. Dia tidak pernah menerima pesanan sebelumnya, bahkan paman Chris tidak sengaja membeli lukisannya. Karena niat Kevin hanya menunjukkan saja kepada paman Chris.
"Akan Kevin coba. Beri aku waktu empat hari, Uncle." Kevin mengangguk bersama dengan ponselnya yang berdering.
"Sebentar."
Kai langsung mengangkat saat melihat id caller yang ternyata dari Loey. Kevin kembali memakan pancake-nya karena sebentar lagi sudah pukul lima sore dan Mamanya akan segera datang untuk menjemputnya.
"Aku tidak bisa, Loey. Kamu saja yang datang ke pesta membosankan itu." Kai memutuskan panggilannya membuat Kevin mengernyit heran.
"Uncle tidak suka pesta?" tanya Kevin penasaran.
"Tidak terlalu suka. Pesta itu membosankan." Jawaban Kai ternyata membuat Kevin melemaskan bahunya. Melihat wajah Kevinyang berubah murung membuat Kai terheran. "Memangnya kenapa?" Tanya Kai lembut.
"Dua minggu lagi, Kevin ulang tahun. Kevin ingin Uncle datang ke ulang tahun Kevin. Pestanya tidak meriah, hanya beberapa teman dan paman Chris. Jika Uncle tampan tidak menyukai pesta, pasti Uncle tidak akan datang." Oceh Kevin murung membuat Kai tersenyum.
"Uncle akan datang jika Kevin yang mengundang." Mata Kevin berbinar mendengar jawaban dari Kai. Wajahnya yang tadi murung berubah cerah seketika. Mungkin nanti Kevin akan memperkenalkan Uncle tampan-nya kepada Mamanya supaya akrab.
![](https://img.wattpad.com/cover/219240388-288-k103212.jpg)