SATU

2.1K 166 3
                                    

Musim semi di kota London sangat di tunggu-tunggu oleh semua orang. Bahkan mereka rela absen dari kegiatan biasanya demi menikmati hangatnya mentari pagi yang menyapa kota impian itu. Hiruk pikuk kendaraan, orang-orang yang berlalu lalang hingga sebagian orang yang menikmati hangatnya sinar sang surya yang menghangatkan kulit mereka. Sinar matahari yang hanya mereka rasakan sebentar sudah pasti akan mereka manfaatkan dengan baik.

Hyde Park tidak akan sepi pengunjung apalagi saat musim semi. Terlalu sayang untuk di lewatkan jika hanya berdiam diri di dalam rumah dan masih bergelung selimut hangat. Karena pagi ini, sangat hangat bahkan lebih hangat dari selimut di dalam kamar. Bahkan dengan sengaja, beberapa orang tidur di bawah sinar matahari.

Dari arah utara, terlihat seorang wanita muda dengan memegang keranjang di tangan kanannya yang bisa di yakini isinya adalah makanan, tangannya kirinya menggandeng tangan mungil anak laki-laki yang memakai kaos merah dengan celana pendek sebatas lutut dan topi beani berwarna hitam yang tidak terlalu sempurna hingga memperlihatkan rambut hitamnya.

"Kita duduk sini saja sayang." Ucap Krystal kepada anaknya.

"Oke Mama." Jawab Kevin dengan semangat di wajah cerianya.

Krystal melepaskan genggaman tangan Kevin dan meletakkan keranjang yang dia bawa di bawah pohon. Krystal membuka keranjang tersebut dan mengeluarkan sebuah kain persegi dengan motif kotak-kotak.

"Ma, aku ingin membeli balon air." Pinta Kevin melihat penjual yang tak jauh dari tempat mereka berada.

Krystal tersenyum sambil melihat anaknya yang menatap anak-anak sebayanya sedang bermain. Tak tega dengan tatapan sang anak, Krystal mengeluarkan recehan dollar untuk membali balon air. Melihat hal itu, Kevin berjengit bahagia. Dia langsung mengambil uang tersebut dari tangan Mamanya dan berlari ke arah penjual balon air itu.

Krystal duduk di atas kain yang sudah dia gelar. Sambil mengeluarkan sebuah buku kesehatan, Krystal menatap anaknya yang sedang asik bermain dengan teman sebayanya. Melihat senyum bahagia dan riang tawanya, membuat hati Krystal terasa damai.

Dia membuka buku yang dia pegang, membaca setiap kata yang menyajikan informasi yang dibutuhkan. Krystal membaca dengan detail isi tersebut, selain belajar untuk memahami, Krystalbelajar untuk mengerti mungkin menerapkan. Bekerja di sebuah tempat kesehatan, membuat Krystal juga belajar hal tersebut. Jauh dari keahliannya memang, namun Krystal memilih untuk belajar.

Tidak ada salahnya juga jika memang ingin belajar? Bukankah belajar tidak mengenal waktu, usia dan tempat? Buktinya, Krystal belajar di Hyde Park dengan musim semi dan umurnya yang sudah matang, tidak ada yang salah akan hal tersebut. Terlebih lagi untuk menambah informasi dan manfaat yang nanti dia peroleh dari membaca.

"Mamaaaaaa." Krystal berjengit kaget mendengar suara teriakkan Kevin yang berlari ke arahnya sambil membawa balon air yang dia beli. "Ma aku punya teman baru. Namanya Angel. Bagus tidak namanya?" Tanya Kevin antusias sambil melepaskan alas kakinya dan duduk di hadapan Krystal.

"Teman baru? Perempuan?" Krystal menggoda Kevin membuat anak tampan itu merona.

Jangan salah, bahkan di usia yang masih tujuh tahun, Kevin mampu menjadi layaknya laki-laki dewasa yang melindungi teman perempuannya. Kevin bahkan sering mendapatkan hadiah-hadiah dari teman perempuan di sekolahnya. Bukan karena Kevin yang tampan, tapi karena kebaikkan Kevin yang tidak suka perempuan disakiti.

"Iya hanya teman. Mungkin nanti, Tuhan menjadikan kami sahabat."

Bagai di sambar petir, Krystal merasa de javu dengan ucapan Kevin. Krystal merasa pernah berkata hal seperti itu, namun entah kapan, dia sendiri tidak ingin mengingatnya atau mungkin sudah lupa akan kalimat sederhana yang sebenarnya begitu mengguncang hatinya sekarang.

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang