Hari yang ditentukan telah tiba, Aini begitu cantik dengan balutan hijab di pakaian pengantin untuk prosesi Ijab Qabulnya.Setelah terucap kata "Sah" dari para saksi yang hadir, aku dan Aini menghampiri kedua orangtua masing-masing, tak lupa kami menghampiri Inayah juga Habibi. Mereka memberikan doa terbaik untukku juga Aini.
Kedua anakku juga tak luput mendoakan aku dan Ummi baru nya ini, yang sejatinya adalah Tante mereka juga. Atas permintaan Aini, anak-anak memanggilnya dengan sebutan Ummi.
Acara pernikahan berlangsung meriah dan lancar. Ketika malam Habibi berpamitan hendak mengajak Inayah juga Istri pertamanya untuk pulang, sebelum mereka pulang kami telah bermusyawarah bersama, di akhir perbincangan tercetus sebuah kesepakatan yang terbaik untuk kami semua, yaitu Inayah akan diboyong untuk tinggal seatap dengan Habibi juga Kakak madunya. Beserta anak-anakku pastinya.
Sedangkan Rumah yang kutempati kemarin, akan diberikan untuk tinggalku bersama Aini setelah menikah. Awalnya aku menolak, tapi mereka meyakiniku. Bahwa rumah itu kelak akan menjadi tempat berpulang anak-anakku ketika ingin bersama Abinya. Berhubung aku dan Aini sama-sama memiliki kegiatan baru yakni membuka usaha di bidang kuliner, maka anak-anak memiliki hak bersamaku di akhir pekan. Aini pun sangat menyayangi kedua anakku juga anak Habibi dan Istri pertamanya (Rani).
Saat Musyawarah, Awalnya Bapak dan Ibu meminta kami untuk tinggal di rumah beliau, tapi Aini menolak secara halus dengan alasan ingin hidup mandiri bersamaku. Akhirnya Bapak dan Ibu setuju kalau kami tinggal di rumah yang kutinggali dulu bersama Inayah.
Alasannya sederhana, yaitu agar anak-anakku hanya pulang di dua tempat saja seperti awal Inayah dan Istri Habibi terpisah. Hanya bedanya, dulu kedua anakku pulang antara ke rumah Ibu kandungnya, lalu bergantian keesokan harinya pulang ke rumah Ibu Tirinya.
****
Lengkap sudah kebahagiaanku, Aini kini telah menjadi milikku seutuhnya, telah Halal untuk kupeluk dan kucumbu.
"Ya Allah, lindungi keluarga kami dari segala macam kejahatan, yang dihadirkan oleh manusia mau pun syaithan. Jadikanlah keluarga kami, menjadi keluarga yang Sakinah Mawwadah Warrahmah, langgeng dan bahagia dunia akhirat. Serta segera dipercayakan Amanah putera-puteri yang soleh dan soleha di rahim istriku, Aamiin"
🌺🌺🌺
Tiga bulan Pasca pernikahan
"Bang, bangun!" ucapnya seraya mencubit pipiku mesra.
"Ada apa cinta? Kamu mau lagi hemm? Kita baru berhenti menyelesaikannya jam 2 dini hari, apa kamu tak lelah, sayang?"
"Apaan sih?! Sudah pagi Abangku sayaang... Bangun dong!"
"Hai ini bahkan hari libur, tak bisakah kita menikmati kebersamaan kita berdua saja. Shalat subuh sudah kita tunaikan. Alasan apalagi sampai kamu memintaku bangun, kalau bukan karena mau minta nambah?"
Aini tertawa mendengar penuturanku, seperti inilah hari-hari yang kami lalui. Bila dahulu dengan Inayah, aku jarang menyentuhnya, malah lebih sering Inayah yang memulai. Tapi... Entah kenapa tiap bersama Aini, aku tak bisa menahan diri, percintaan yang lembut dan menuntut menjadi kebiasaan kami di setiap harinya.
"Bang, sebentar lagi anak-anak kita akan datang. Abang ga ada niatan mandi gitu?"
"Aku akan mandi, tapi berikan aku satu kali lagi sebagai sarapan pagi!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Married (Complete)
AdventureKesalahfahaman antara kami di masa lalu, membuatku menanam dendam di hati. Berniat membalas dendam karena pengkhianatannya, kunikahi kakak kandung kekasihku hanya untuk membalas sakit hatiku padanya. Tapi ternyata niat hanyalah niat, semua yang terj...