I'm Yours, Your Mine ...

5.6K 200 22
                                    

Sangat intens inayah mencium telapak tanganku seraya mengucap kata maaf dari bibirnya.

"Iya aku maafkan dirimu. Maafkan aku juga, Semoga kau bahagia selalu."

Akhirnya suasana yang sempat tegang mencair kembali.

🌺🌺🌺

Sepulangnya dari rumah orangtua Inayah, aku pun bertolak kembali ke kosan yang kutempati saat ini.

Memang sengaja ponsel tak kubawa, bukan untuk menghindari Aini. Melainkan untuk lebih fokus menyelesaikan persoalan yang memang harus ku akhiri.

Dan benar saja, ada banyak rentetan chat masuk dari Aini. Aku hanya bisa tersenyum, karena kebawelan Aini sebab ia sangat mengkhawatirkanku.

"Bismillah ... selangkah lagi hubunganku dengan Aini akan bersatu. Ya Tuhan, kenapa aku sampai lupa minta nomer provider kedua orang tuaku? Besok sajalah."

☔☔☔

Hujan sejak semalam belum juga reda, seminggu telah berlalu sejak kedatanganku ke rumah mantan Mertua ... Ralat, maksudnya calon mertua. Hatiku begitu berbunga-bunga, senang tak terkira. Aini bercerita padaku, bahwa ia telah kembali pulang berkumpul lagi bersama kedua orangtua dan saudarinya.

Aini bilang bahwa ia sudah menceritakan semua, tentang kesalah fahaman di antara kami sebelas tahun yang lalu. Juga pertemuan kami  di Taman saat itu, hingga rencanaku untuk meminangnya.

Kedua orangtua Aini menyambutnya dengan penuh suka cita kabar gembira ini, begitu pun aku. Sehari Sebelum Aini bertolak ke rumahnya, aku kembali pulang ke kampung halaman untuk menemui kedua orangtuaku.

Suasana haru penuh dramatis menyambut kedatanganku, seluruh kerabat pun tak menyangka jika aku masih hidup dan sehat tak seperti kabar yang mereka dengar.

Meskipun pulang membawa kabar yang tak mengenakan, yakni perceraianku dengan Inayah. Tapi menjadi kabar bahagia pula bagi keluargaku, ketika kuutarakan niat baikku untuk tetap menjalin tali kekeluargaan dengan cara menikahi Aini.

Proses yang kilat dilakukan keluargaku dalam mengurus seluruh dokumen akan diriku yang sempat dinyatakan telah meninggal, lalu mengurus kembali data diri untuk keperluan menikah dengan Aini Nanti.
Sekaligus, mengurus perceraianku dengan Inayah secara resmi.

Meski tak lagi ada hubungan dengan Inayah, ia dan Habibi bersedia membantu menyiapkan berkas perceraianku dengan Inayah, supaya cepat diproses.

Menurut petugas di pengadilan agama tidak butuh waktu lama, karena memang status Inayah juga sudah menikah lagi, pasca kabar insiden yang kualami.

Tidak ada proses sidang, baik aku dan Inayah hanya perlu menunggu. Akan dihubungi apabila Akta Cerai kami sudah siap diambil.

🌺🌺🌺

Hari ini, tepat dua minggu sejak kepulanganku ke kampung. Selama 2 minggu itu pula kuhabiskan waktu untuk membantu Papa mengelola usahanya yaitu budidaya Lobster dan ikan kerapu.

Ketika sedang membantu Papa panen, Habibi mengabari bahwa akta ceraiku dengan Inayah telah mereka terima, kedua orangtua Aini pun menanyakan mau mengkhitbah Aini waktunya kapan? Aku hanya menjawab secepatnya.

Segera kukabari berita ini kepada kedua orangtua dan seluruh kerabat. Malam ini setelah berunding bersama kami sepakat untuk kembali ke Jakarta keesokan harinya, untuk segera mengkhitbah Aini.

Esoknya
Sepuluh orang kerabat dekat termasuk Mama dan Papa kuboyong serta ke Jakarta. Meski aku masih memiliki trauma akan pesawat, tapi itu tak menyurutkan niat dan tekad untuk melaksanakan janjiku. Yaitu, menjadikan Aini Istriku ... Satu-satunya!

Second Married (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang