~1

30 3 2
                                    

"Hafiz..."panggil Akbar,bapak dari Hafiz.

"Iya pak,ada apa?"sahut Hafiz sopan.

"Bapak dan juga ibu sangat bersyukur mempunyai anak seperti kamu,kamu sudah membanggakan kami berdua,ya bu."

"Iya pak,ibu sangat bersyukur kepada Allah kita punya anak seperti Hafiz pak."tambah Dyah,ibu dari Hafiz.

"Malahan Hafiz yang sangat bersyukur kepada Allah Swt yang sudah memberikan orang tua seperti bapak dan juga ibu,yang sangat sayang kepada Hafiz."Balas Hafiz dengan melihat kedua orang tuanya.

Meraka bertiga tersenyum bahagia di ruang keluarga.

Sesekali mereka hening dan memakan cemilan yang ada di  meja.Tak lama bapak Hafiz memulai pembicaraan dengan melihat ke arah Hafiz.

"Hafiz,kamu kan sudah menyelesaikan pendidikanmu di pesantren sejak lama dan sudah menyelesaikan kuliah juga,hemm jadi...."ucap Akbar terpotong.

Kedua orang tua Hafiz saling memandang karena ingin mengutarakan sesuatu hal yang penting kepada anaknya itu.

"Jadi apa pak?"tanya Hafiz ingin tahu.

"Jadi apakah kamu tidak bermaksud untuk segera menikah?"saran Akbar.

Hafiz tidak terkejut jika bapaknya membicarakan tentang pernikahan.Karena ia sadar,jika ia sudah cukup umur untuk menikah dan berhak membahagiakan kedua orang tuanya itu.

"Jika Allah sudah memberikan jodoh dan jalan yang baik untuk Hafiz,Insyaallah Hafiz akan menjalankan ibadah yang halal dalam berumah tangga dengan atas seizin-Nya pak,buk."

"Alhamdulillah kalau begitu Fiz,bapak dan ibuk sangat senang mendengarnya,ya kan buk?"terpancar raut bahagia di mata kedua orang tua Hafiz.

"Iyaa pak"sahut Dyah ikut senang.

"Fiz,jika bapak menjodohkan kamu dengan Syafa anak dari pak Abdullah,apakah kamu setuju?"tawar Akbar bimbang,karena ia takut jika Hafiz menolak.

"Pak Abdullah?"Tanya Hafiz bingung.

"Iya,Pak Abdullah Pendiri pondok pesantren kamu dulu."Akbar menjelaskan kembali.

"Astagfirullah..Hafiz lupa pak,iya-iya Hafiz ingat sekarang pak."Hafiz baru ingat.

"Kamu ini,masih muda sudah pelupa."ledek ibunya Hafiz.

"Nah ini jadi tanda buat kamu,harus cepat-cepat menikah Fiz"tambah Dyah dengan wajah yang meledek.

Mereka tertawa bersama saat mendengar ledekan yang di ucapkan oleh Dyah.

"Jadi gimana Fiz?"tanya Akbar kembali.

Hafiz berfikir sejenak dan memandang kedua orang tuanya yang sedang menunggu jawaban dari dirinya.Sebelum Hafiz menjawab,hati kecilnya berkata"jika ini jalan yang terbaik  darimu ya Allah,hamba akan menjalankannya,hamba pun bahagia jika kedua orang tua hamba bahagia dengan keputusan yang mereka ambil ya Rabb."

Kemudian Hafiz menjawab.

"Hemm...Jika Bapak dan juga Ibuk menginnginkannya.Hafiz setuju atas ridho dari bapak dan ibuk."seketika suasana terpecahkan karena penuturan Hafiz yang setuju jika di jodohkan dengan anak dari Pak Abdullah.

"Alhamdulillah."ucap kedua orang tua Hafiz bersamaan.

"Terima kasih ya Fiz,lagi-lagi kamu sudah membahagiakan kedua orang tuamu ini"ucap Akbar sangat bahagia.

"Iya pak,sama-sama."balas Hafiz dengan senyumnya.

"Yasudah bapak ingin menelphone dan memberitahukan berita ini kepada pihak perempuan dulu buk,agar kita nanti malam bertamu di rumah Pak Abdullah dan membicarakan ini lebih jelasnya."

"Harus secepat ini pak?"tanya Dyah.

"Iya buk...kabar bahagia tidak bagus jika di tunda-tunda."jelas Akbar.

"Apakah tidak ditanyakan dulu kepada anaknya?."Sambung Dyah yang melihat ke Hafiz.

"Hafiz setuju buk."sahut Hafiz langsung.

"Nah liat anakmu buk,setuju bukan?"ucap Akbar kembali.

"Yaudah biar bapak menelphone mereka dulu."

Ketika Akbar pergi menelpon,Dyah mendekat ke arah Hafiz dan berkata sesuatu.

"Nak kamu yakin akan keputusan yang kamu ambil ini?,Ibu khawatir jika hati kecil kamu tidak sesuai dengan keputusan Bapakmu itu."tanya Dyah tiba-tiba.

Sebelum Hafiz menjawab,ia memandang ibunya dan berkata dengan tersenyum.

"Insyaallah buk,Hafiz yakin.Dan ibuk nggak perlu khawatir."Jawabnya yakin.

"Kalau kamu bahagia,ibuk akan ikut bahagia untuk kamu."

"Iya buk,terima kasih ya buk.Udah sangat sayang dan perhatian."ucap Hafiz denagn mencium punggung tangan ibunya.

Begitulah Hafiz orangnya.

"Barakallah fiz,kamu jangan terima kasih sama ibuk.Karena seorang IBU kodratnya itu memang menyayangi anaknya dengan setulus hati."balas Dyah dengan mengelus rambut Hafiz.

Tak lama Akbar datang.

"Gimana pak,sudah ditelphone?" tanya Dyah melihat ke arah suaminya.

"Sudah buk,jadi nanti malam kita ke rumah pihak perempuan setelah sholat isya."

Mereka bertiga saling tersenyum dan memandang satu sama lain dengan apa yang di ucapkan Bapaknya Hafiz barusan.

"Alhamdulillah,semoga niat baik ini di ridhoi Allah Swt pak."ucap Dyah.

"Iya bu,Aamiiiin....."sambung Akbar.

Masyaallah ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang