Kim Jaejoong terbangun, ia mengerjap pelan sambil melihat sekeliling. Rupanya ia tertidur di ruang tamu dengan kepala yg berada di atas lipatan tangan. Ia menoleh ke arah sofa begitu teringat dengan seseorang. Pria itu masih berbaring berbalut selimut tebal.
Jaejoong mengerutkan keningnya mendengar suara yg keluar dari bibir pria itu. Mata Yunho masih terpejam, namun bibirnya bergerak mengucapkan sesuatu. Ia mengigau.
Pria itu kembali mengucapkan kata, Jaejoong langsung mendekat berusaha mendengarkan apa yg diucapkan Yunho.
"Ma-maaf.".
Deg.
Jantungnya berdebar kencang, ia tidak bisa berkata-kata. Ia juga tak mengerti apa yg ia rasakan saat ini. Ia hanya ingin menangis melihat Yunho. Ada sedikit rasa kasihan yg ia rasakan dan ia tidak mengerti selebihnya. Perlahan tangan Jaejoong terulur menyentuh kening Yunho. Ia begitu terkejut merasakan panas kening pria itu. Jaejoong menjadi panik, ia berdiri dan langsung berlari mengambil baskom dan handuk.
***
Beberapa jam telah berlalu, Yunho belum juga membuka mata. Jaejoong menjadi gelisah, pria itu bahkan tidak makan sejak kemarin. Ia mengambil handuk di atas kening Yunho lalu mencelupkannya di air dingin. Jaejoong kemudian menaruh lagi telapak tangannya di kening Yunho, sudah tidak panas seperti tadi. Jaejoong bernafas lega, saat ia menjauhkan tangannya. Mata Yunho terbuka, pria itu melirik sekitar seperti orang linglung. Pandangannya berhenti ketika melihat Jaejoong.
"Jae." Suara parau setengah berbisik.
Jaejoong tersenyum kecil.
"Istirahatlah." Ucapnya. Ia kembali mengambil handuk, meremasnya lalu menaruh lagi di kening Yunho.
"Tunggu sebentar disini." Ucap pria cantik itu kemudian berdiri dan berjalan menjauh.Yunho hanya bisa pasrah saat melihat Jajeoong berjalan menjauh. Ia merasa lega melihat senyum kecil dari bibir pria cantik itu. Ia merindukan senyuman itu, pancaran mata penuh perhatian yg sudah lama tidak ia lihat.
Tak lama kemudian Jaejoong datang lagi. Pria itu membawa nampan yg berisi bubur, air dan obat. Jaejoong duduk di samping sofa tempat Yunho berbaring, ia menaruh nampan diatas meja depan sofa lalu mengambil bubur dan sendok.
"Kau harus makan dulu, kau belum makan sejak kemarin." Ujarnya.
Yunho hanya mengangguk pelan, mencoba membuka bibirnya yg kaku. Jaejoong memandang pria itu, ia mengerjap cepat merasakan airmatanya akan keluar. Yunho akhirnya bisa membuka bibirnya dan Jaejoong menyuapkan satu sendok kecil bubur. Pria tampan itu mengunyah dengan agak susah, walau akhirnya bisa dan sukses menelan buburnya. Jaejoong membantu Yunho meminum air yg ia bawa.
Jaejoong kembali menyuapi Yunho. Pria itu tak bicara dan hanya patuh memakan bubur sambil memandang Jaejoong lekat. Sedangkan Jaejoong hanya bisa menatap ke arah lain, pria cantik itu tiba-tiba merasa gugup dipandangi seperti itu.
Setelah bubur itu habis, Jaejoong membantu Yunho meminum obatnya.
"Kenapa kau seperti ini?" Tanya pria cantik itu. Yunho menelan obatnya, memandang Jaejoong lagi."Maaf." Kembali Yunho mengucapkan kata maaf membuat Jaejoong tidak bisa menahan air matanya. Ia menangis, entah apa yg ia rasakan sekarang. Ia merasa benci, sedih, muak, rindu dan cinta. Ia merasa cinta itu masih ada, perasaannya terhadap pria ini masih seperti dulu. Sekeras apapun ia berusaha untuk menghindar, hatinya tak bisa berbohong.
Yunho sendiri tidak tau harus bagaimana, bagaimana caranya ia menenangkan Jaejoong. Pria itu menangis keras sampai sesegukan. Tangis yg begitu pilu membuat dada Yunho sakit. Luka itu pasti terlalu dalam, luka yg telah ia buat hanya karena keegoisannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not gay, but I LOVE YOU
Fiksi Penggemar"Jung Yunho, aku menyukaimu." "Maaf, aku bukan gay." "Dasar, gay menjijikkan." "Aku mencintainya."