Bagian 3

44 5 12
                                    

Kisah yang sempat terhenti kini dimulai kembali. Semoga kali aku tak sendiri; kau tetaplah disini.

***

Galuh menatap cermin, wajahnya terlihat muram. Kantung matanya menghitam, akhir-akhir ini ia tidak bisa tidur. Dibasuhnya wajah itu dengan air lalu surainya disibak ke atas.

Setelah keluar dari kamar mandi ia kembali ke kelas untuk mengambil buku dan alat tulis. Materi yang diajarkan tadi ada beberapa bagian yang membuatnya bingung.

Buku dan alat tulis pun sudah ada dalam dekapannya, kini ia merasa haus. Waktu istirahat tidak lama, Galuh harus melakukannya dengan cepat.

Sayangnya dewi keberuntungan sedang tidak berpihak pada cowok itu. Ketika Galuh sampai di mulut kantin, ia langsung memutar kembali langkahnya.

Mendingan gue kehausan daripada masuk ke replika neraka.

Ya, suasana kantin yang terlalu ramai membuatnya kehilangan niat. Galuh tidak ingin berada dalam kerumunan itu, membayangkannya saja sudah membuat pengap.

Perpustakaan adalah tujuan selanjutnya, di sana Galuh akan mempelajari bagian yang tidak dimengerti.

***

Kalo ketauan nggak bakal dipukulin, kan?

Cewek itu menggelengkan kepala, membuang pikirannya jauh-jauh. Berusaha meyakinkan hal yang dilakukannya benar, padahal ia sendiri tidak yakin akan hal itu.

Setelah meninggalkan teman-temannya tanpa alasan, di sinilah Luna berada. Saat ini ia tengah membuntuti seorang cowok.

Luna melangkahkan kakinya perlahan, berusaha sebisa mungkin agar kehadirannya tidak disadari. Sesekali ia berhenti lalu kembali mendekat.

Galuh menghentikan langkahnya kemudian menengok ke belakang. Luna langsung menarik tubuhnya untuk bersembunyi di balik tembok. Detak jantungnya memburu, apakah cowok itu melihatnya?

Gini doang udah gemeteran, gue emang nggak pantes jadi detektif.

Murid-murid yang berlalu-lalang menatapnya aneh, bukan Luna jika ia hanya diam saja.

"Apa lo liat-liat?! Cari ribut?" lirihnya dengan tatapan mengintimidasi. Ia harus harus tetap tenang agar tidak ketahuan.

Luna kemudian terdiam selama beberapa saat, menimbang-nimbang apakah sudah saatnya ia untuk kembali mengintip. Cewek itu menelan saliva lalu sedikit demi sedikit memunculkan kepalanya.

Shit!

Luna langsung bersembunyi kembali lalu membenturkan kepalanya ke tebok. Galuh menatapnya! Ia tertangkap basah.

Mulutnya kemudian komat-kamit, Luna merutuki diri sendiri. Apakah Galuh akan menghakiminya?

Nasi sudah menjadi bubur, apapun yang terjadi Luna tak akan mundur. Takut-takut ia mengintip kembali, ternyata Galuh masuk ke perpustakaan.

Helaan napas terdengar, Luna mengelus dadanya. Ia tersenyum kecil lalu kembali mengekori cowok itu.

Setelah mengisi daftar hadir, Galuh mencari buku yang selaras dengan materi yang dibahas.

Saat cowok itu tidak menyadari, Luna kembali mendekat. Diambilnya buku asal untuk menutupi wajah. Kini ia berdiri berhadapan dengan Galuh dan hanya terhalang rak buku.

 Kini ia berdiri berhadapan dengan Galuh dan hanya terhalang rak buku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RESAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang