Part 2

19 2 0
                                    

“ 1, 2, 3 , 4, 5. “

Tring..... bel pulang sekolah.

“ yes. Jago kan gua bisa tepat gitu” girang dyaz. Sambil mengepalkan tangan ke udara. Rasya dan Zain yang melihat tingkah dyaz hanya geleng geleng kepala. Kelas pun mulai sepi karna murid yang mulai meninggalkan sekolah dengan rasa lelah yang ada. Dengan tujuan rumah sebagai tempat untuk melepas lelah.

“ ras telpon Dewa buruan, suruh dia langsung kerumah. Jangan lupa oleh olehnya.” Suruh Zain sambil menatap Rasya. “ gak usah” jawab Rasya.

“ kenapa?. Kata lu Dewa ikut kumpul ama kita?” tanya  Dyaz menatap rasya dengan wajah bingung.

“ dia udah dijalan kerumah gua. Mending sekarang kita langsung jalan kerumah gua juga.” Ujar Rasya. Mereke bertiga keluar dari kelas dan segera kearah parkiran sekolah. Rasya, Dyaz, dan Zain tak pernah luput dari pandangan para kaum hawa yang menatap mereka kagum.

Setelah ketiganya sudah menaiki motor masing-masing. Mereka keluar dari sekolah dengan tujuan kerumah rasya.

***
Raisya yang telah sampai di indonesia dengan selamat. Sekarang dirinya sedang ada di cafe yang tersedia di Banda Udara Internasional Soekarno – Hatta. Raisya duduk dengan se- cup coffe hitam miliknya. Dirinya yang sedang memperhatikan orang yang bepergian dan pulang di bandara.

Raisya juga melihat beberapa pasangan muda yang romantis, keluarga kecil yang bahagia, pasangan lansia yang masih romantis. Ah hal itu benar benar pemandangan indah serta menanamkan rasa iri pada dirinya.

Dirinya sengaja tidak langsung pulang kerumahnya, bukan karna benci pada orang rumah. Tapi, ingin bebas sementara sebelum di kekang oleh mereka.

Dari kejauhan lelaki yang pernah ditabrak raisya memperhatikannya dari tadi. Lelaki itu melihat arah pandang raisya kosong dan tak terbaca. Lelaki itu segera masuk kedalam mobil, tak mau ikut campur dengan perempuan yang tidak ia kenal.

***

Rasya, Dyaz, dan Zain telah sampai dirumah megah yang ditinggali rasya. Segera ketiganya masuk kedalam rumah dan disambut para pelayang yang sudah terbiasa dengan kedatangan teman rasya.

“ Bi, dewa udah sampai disini belom?”. Tanya Rasya pada salah satu pelayan.

“ sudah den, den Dewa sudah ada dikamar den Rasya.” Jawab pelayan dengan wajah menunduk. Rasya pun mengangguk, dan segera menuju kearah kamarnya diikuti oleh Dyaz dan Zain.

Saat masuk kedalam kamar Rasya melihat dewa yang tiduran diatas kasur miliknya, sambil memainkan handphonenya.
“ Dewa!!!”. Teriak Dyaz dengan kencang dan meniban badan Dewa. Dewa kaget dengan kedatangan Rasya dan lainnya.
“ berat gila!” omel Dewa pada dyaz. Dyaz ditatap tajam oleh dewa hanya memberikan senyumnya.

“ gimana paris Dewa?, nemu cewe cantik dan seksi nggak? “ tanya Zain dengan wajah mesumnya.

Rasya memukul wajah zain keras dengan bantal, Zain yang dipukul hanya bisa meringis. “ sakit woy, gila lu ya” teriak Zain pada Rasya.
Rasya yang diteriaki hanya memutar bola matanya dan duduk di sofa kamarnya.
“ urusan lu udah selesai di paris?” tanya Rasya pada Dewa. “ udah, kalo belum pasti gua gak akan pulang.” Ucap dewa

“ ck, maen PS ayo. Mumpung kita lagi kumpul gini.” Seru  Dyaz. Yang lain hanya mengangguk dan mulai bermain.

Waktu terus berjalan.  Sang surya telah  berganti dengan rembulan yang ditemani bintang gemerlap. Rasya, Dewa, Zain, dan Dyaz. Bahkan tidak sadar dengan waktu karna terlalu fokus dengan game.

Tok tok tok

“ den Rasya dan temannya, dipanggil tuan untuk makan malam bersama  den” ujar seorang pelayan.
Rasya pun hanya mengangguk. Segera turun bersama yang lainnya. Dibawa sudah ada Harris ayah rasya yang duduk di paling ujung tempat makan. Disampingnya  ada pria dewasa, yaitu Raditya kakak dari Rasya.

“ Dewa, Zain. Apa kabar dengan kalian dan juga ayah kalian?.” Tanya  Harris  sambil menatap Dewa dan Zain.

“ Biasa sibuk om sama kerjaan. Tapi tenang papa masih sering pulang kerumah buat main ama mamah” jawab Zain dengan nada jahilnya. Rasya menatap tajam ke arah zain. Benar benar Zain dengan segala otak kotornya.

“ Papa baik om, Cuma sekarang masih di paris.”  Ujar Dewa.

Harris pun hanya mengangguk. Mengiyakan.
“ Dyaz gak ditanya om” ucap Dyaz dengan wajah watados nya. “ kamu gak penting. ”

Seketika ruangan itu di isi dengan tawa, Dyaz hanya mendengus dengan jawaban dari kakak ayah nya ini. Dyaz dan Rasya adalah sepupu, dari pihak ayah. Saat sedang menertawakan Dyaz. Handphone milik Radit berbunyi. Segera dia menjauh untuk mengangkat.

Ruangan itu selanjutnya hanya di isi dengan dentingan sendok. Radit yang kembali dengan wajah tegang dan khawatirnya, mendekati Harris dan membisikan sesuatu.

Harris langsung menjatuhkan sendok dan garpu miliknya. Sehingga meninggalkan bunyi yang keras. Seluruh pusat perhatian sekarang mengarah Harris

“ cepat segera hubungi orang kita yang ada di paris. Dan segera kirim orang untuk mencarinya” perintah harris pada radit.

Rasya, Dewa, Zain, dan Dyaz hanya diam melihat Harris yang kelihatan marah dengan wajah kerasnya.

“ Mencari siapa?”.

Semua menoleh ke asal suara.

" Ica."

ETERNALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang