11

21 3 0
                                    

Setiap malam sebelum makan malam, ia akan memainkan satu lagu untuk gadis itu. Setiap pagi, ia akan berjalan dan tersenyum pada secarik kertas di pagar kayu yang membeku. Pada siang hari, ia memperhatikan setiap sudut rumah tetangganya.

Gadis itu selalu membuka sedikit jendela kamarnya yang berada di samping rumah. Ronald terkadang melihatnya dari lantai dua, rambut pirang yang sama dari celah jendela itu. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengunjungi jendela tetangganya.

"Kau ada di dalam?"

Jendela dibuka, gadis itu bergidik kedinginan. Ronald memberikan jaketnya pada tubuh gadis yang melongok keluar untuk melihatnya.

"Kau bisa bicara denganku seperti ini, untuk apa menuliskan pesan di pagar? Kau bisa kedinginan".

Gadis itu mengembalikan jaket dan  mencoba menutup jendelanya kembali. Ronald menahannya dengan satu jari sambil berkata, "Setidaknya gunakan jaket itu untuk menyelimutimu ketika keluar rumah".

Ia meninggalkan jaket itu dan kembali ke rumah sewaannya.

###

Esoknya tidak ada kertas itu lagi. Keesokan harinya, dan keesokan harinya lagi. Tidak ada catatan apapun. Jendela itu juga tidak lagi terbuka.

Suhu semakin rendah dan salju menutupi jalanan. Ronald memutuskan untuk mengetuk jendela itu. Setelah tiga hari mencoba, gadis itu baru mau membukakan jendela. Ia mencoba berkomunikasi dengan bahasa isyarat.

"Ma-maaf, tapi aku tidak-maksudku, bisakah kau menuliskannya?"

Gadis itu kesal dan menuliskan maksudnya di atas kertas.

Jika kau tidak bisa memahamiku tanpa kertas ini, untuk apa kau menolaknya?

"Aku tidak tahu kau... "

Kaki kananku tidak bisa digerakkan, pita suaraku juga tidak bergetar. Aku tidak bisa menjadi temanmu, aku hanya akan membebanimu.

Ronald tersenyum, "Kau punya pendengaran yang sangat baik. Sepertiku yang dikaruniai suara yang luar biasa, pendengaranmu bahkan jauh lebih baik dari itu. Kau bisa mendengar laguku bahkan ketika aku menutup jendelaku".

Kau menyanyikannya dengan sangat baik. Terimakasih sudah memainkannya setiap hari.

"Aku tahu. Karena itu, aku juga ingin bertemu fansku, agar aku tahu semua yang kulihat di pagar bukan hal yang semu".

Maaf. Aku terlalu malu untuk bertemu siapapun. Terimakasih sudah memuji pendengaranku.

"Tentu. Aku tahu bagaimana rasanya ketika kau sangat ingin bersembunyi", kata Ronald. "Tapi, tenang. Aku tidak berbahaya", tambahnya.

Aku menemukanmu di internet. Kau terkenal sekali. Banyak hal tentangmu yang bisa kubaca di internet.

"Ya, saran saja, kau tidak perlu membaca terlalu banyak. Apalagi komentar mereka".

Seperti aku yang memiliki kelebihan pendengaran. Kurasa kau memiliki kelebihan dalam bertahan dari cacian orang-orang.

Ronald terdiam sejenak. Kedua matanya menatap mata biru gadis itu. Sedetik kemudian, tawa hangat terdengar dari bibirnya. Gadis itu tersenyum tipis, membiarkan Ronald menikmati waktunya untuk tertawa.

###

As The Song Goes By [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang