"Selamat wisuda ya Nad."
Ucapan itu sontak membuat Nadira kaget karena tiba-tiba ia melihat sosok laki-laki yang ada didepannya. Nadira tersenyum lebar, ia merasa ada yang beda dengan hatinya saat ini.
"Selamat wisuda juga ya Captain." Nadira membalas ucapan selamatnya kepada Leo.
"Semoga ilmunya berkah ya Nad dan kamu cepat dapat pekerjaan dan yang pastinya gaji pertama buat traktir aku sepuasnya."
Nadira hanya tersenyum lebar mendengar ucapan dari Leo.
"Lah kok gitu aku doain yang baik-baik lo buat kamu."
"Yayayya thanks buat ucapannya, kalau gitu aku pulang dulu."
"Ok, ditunggu gaji pertamanya ya, daaaahh..... ."
Nadira langsung meninggalkan Leo begitu saja. Namun ucapan-ucapan Leo tadi tak bisa hilang dari pikirannya. Ia merasa hari ini terasa spesial, dan hari ini merupakan kejutan yang ia nanti-nanti, semua terasa istimewa.
$$$$$
Lapangan basket mulai hening sejak hujan mulai turun dengan derasnya. Meski sudah lulus kuliah, Nadira dan Leo tetap saja melanjutkan hobby mereka yaitu basket. Karena dulu saat masih menjadi mahasiswa mereka satu organisasi basket.
Hampir dua jam mereka menunggu hujan reda, akhirnya mereka memutuskan untuk tidak latihan hari ini. Tampak raut wajah kecewa dari mereka. Tampang lelah menunggupun juga tampak dari raut wajah keduanya.
"Cari makan dulu yuk Nad, aku laper nih."
"Boleh."
Mereka segera berjalan menuju sebuah cafe dekat lapangan.
"Gimana Nad, masih gak dibolehin sama mama kamu masukin lamaran di perusahaan tempat aku?," tanya Leo ketika mereka sudah duduk di dalam cafe.
"Belum Le, kamu kan tau mama aku gak bakal lepas kalau keluar kota."
"Jadi gimana dengan janji kita, bakal sama-sama nyari pekerjaan ditempat yang sama."
"Aku rasa kita ganti planning aja deh, kan seru kalau beda kantor, bisa berbagi cerita dan pengalaman di kantor masing-masing."
"Hmm... yakin ni gak mau sama-sama?," rayu Leo.
"Apasih Le, yaudah sana pesan makanan, laper kan?."
Leo menuliskan pesanannya di selembar kertas yang ada diatas meja. Ini adalah tahun ketiga Nadira dan Leo bersahabat. Semenjak mereka sama-sama ikut bergabung dalam organisasi olahraga basket yang membuat mereka selalu berdua bahkan sepulang latihan Leo selalu saja mengantar Nadira pulang ke rumah.
"Ooo ya Nad, rencana minggu depan aku udah mau otw, udah mulai masuk kerja."
"Minggu depan?," sahut Nadira kaget.
"Iya, kenapa? Takut jauh-jauh dari aku?."
"Gak kok, kasihan aja sama pacar kamu si Rani yang bakal LDR-an sama kamu."
"Gak usah bahas pacar," bentak Leo.
Nadira hanya mengangguk-angguk sambil menyunggingkan senyuman kecil dari bibirnya.
"Yayayayayaya."
$$$$$
Beberapa hari berselang, Leo menghampiri Nadira yang lagi santai duduk di taman kota. Tapi hari itu Nadira hanya pasang muka masam.
"Nih buat kamu." Sambil menyerahkan boneka beruang bewarna coklat.
"Boneka? Kamu pikir aku anak-anak dikasih boneka," jawab Nadira ketus.
Leo memandang wajah Nadira heran.
"Terserah deh, yang penting bonekanya dibawa tidur."
Setelah menyerahkan bonekanya Leo langsung berdiri dan meninggalkan Nadira yang duduk di bangku pinggir taman bersama dengan boneka beruang yang baru saja ia berikan. Nadira menatap boneka beruang itu dengan bingung. Apa maksud Leo memberinya boneka buat dijadiin teman tidur, pacarnya kan Rani bukan dia.
"Nadira."
Mendengar ada yang memanggilnya, Nadira menoleh dan melihat Leo yang berada diatas motornya tepat di jalan tepi taman.
"Yuk balik, aku anter pulang," kata Leo.
Nadira mengangguk dan mulai meninggalkan taman.
"kenapa sih Nad, ada masalah ?," tanya Leo yang heran akan sikap Nadira hari ini.
"Gak kok biasa aja, yaudah cepatan pulang."
"Ok, Let's go."