Jalanan tampak rame sore itu. Leo dan Nadira berjalan menuju pasar kuliner. Mereka terhenti pada gerobak bakso dan langsung duduk di tempat yang sudah disediakan dan segera memesan makanan. Hari ini mereka emang sudah janjian buat jalan-jalan sambil melepas kejenuhan dengan skripsi masing-masing.
"Kalau udah makan bakso, pasti fokus ke baksonya, akunya di cuekin," ucap Leo saat melihat Nadira dengan lahapnya menyantap bakso yang ada didalam mangkuk.
Nadira hanya nyengir.
"Gimana lagi coba, my favorite food."
"Skripsinya gimana Nad?."
"Bentar lagi kelar kok, Acc, wisuda, kerja, nikah, kelar hidup, hehe."
keduanya tertawa terbahak ketika mendengar celotehan Nadira. Pembicaraan mereka terhenti, tiba-tiba Nadira teringat tentang Rani.
"Le katanya kamu udah jadian ya sama Rani, kok gak bilang?."
"Gak niat sih."
"Lah ... gak niat gimana? jangan mainin anak orang."
"Pusing aku Nad, aku ngerasa terpaksa gitu jadian sama dia."
"Ya nggak begitu juga Le, yang benar aja."
"Iya habis gimana," sahut Leo lemas.
Leo lalu mengalihkan pembicaraan karena dia tidak mau lagi Nadira membahas tentang Rani.
"Gimana hubungan kamu sama pacar baru kamu, siapa namanya?."
"Adam, aku tu ya biasa aja seperti orang pacaran pada umumnya."
"Biasa gimana?."
"Ya biasa, namanya juga baru jadian ya belum akrab-akrab banget, masih banyak diam kalau ketemu."
"Iya juga sih, kita aja yang udah kenal bertahun-tahun kadang masih ada dinginnya ya."
"Ya gitu deh."
Sore itu mereka habiskan dengan kebersamaan, makan, jalan, ngobrol, dan curhat. Terlintas dipikiran Leo tentang Nadira dan pacar barunya, kayanya dia gak bisa berharap banyak buat jadi pacar Nadira. Hati Leo mulai berkecambuk, sakit dengar Nadira udah punya pacar, tapi walau begitu dia berusaha memendam semuanya. Dia tak ingin ada satupun yang tau dengan perasaannya terhadap Nadira.
$$$$$
Hari ini turnamen terakhir yang bakal diikuti Leo dan Nadira dikampusnya. Dimana disana sudah berada beberapa pemain dari Universitas lain dan pinggir lapangan sudah dipenuhi oleh para pendukung dari Universitas masing-masing. Turnamen bakal diadain beberapa hari ini, karena banyaknya Universitas yang bakal ikut tanding. Terik matahari sangat menyengat kulit waktu itu. Untung saja waktu itu tim Leo dan Nadira main pada sore hari sehingga mereka tidak merasakan lelah karena terik matahari yang menyengat.
"Good job," ucap Bang Jack memberikan pujian kepada tim mereka yang masuk ke babak semi final.
"Adam datang gak hari ini?."
"Datang dong, itu dia yang pakai kaos putih." Sambil menunjuk ke arah kerumunan penonton.
Leo hanya mengangguk-angguk, pandangannya tak lepas dari sosok Adam.
"Eh foto dulu yuk," ajak Dani.
"Boleh-boleh."
Nadira meminta Adam untuk memotret mereka. Mereka mulai mengatur posisi. Setelah itu Nadira memperkenalkan Adam pada Leo.
"Oya Dam, kenalin sahabat aku Leo. Le ini Adam pacar aku."
"Adam." Adam mengulurkan tangannya sambil tersenyum.
"Leo." sementara Leo hanya membalasnya dingin.
"Oya Nad, aku gabung sama yang lain dulu."
Leo mulai menyingkir dari mereka berdua dan memilih bergabung dengan anggota tim yang lain. Akhirnya Nadira menghabiskan waktunya bersama Adam di sore itu. Leo berharap hari ini cepat berlalu.
Setelah acara selesai, tiba-tiba Rani datang menghampiri Leo.
"Kak penampilan kamu tadi keren banget."
Teman-teman satu tim Leo hanya tertawa melihat tingkah Rani kala itu. Leo segera merangkul tangan Rani dan mengajaknya keluar dari lapangan.
"Terus kasih semangat sampai aku memenangkan pertandingan ini, ok," ucap Leo.
Rani mengangguk semangat. kemudian mereka mencari tempat untuk duduk. Di saat bersamaan Leo melihat Nadira dan Adam yang duduk di pojok lapangan. Ia berusaha mengalihkan pandangannya agar tidak melihat kemesraan antara Adam dan Nadira. Meski sekarang dia bersama dengan Rani, tetapi hati dan pikirannya masih tertuju pada Nadira.
$$$$$
Suasana lapangan basket saat itu ramai sekali. Karena hari itu adalah final pertandingan. Lapangan basket sudah dipenuhi oleh beberapa mahasiswa dari Universitas lain. Dan juga terlihat sosok Rani dengan semangatnya memberikan dukungan untuk Leo. Meski sebenarnya Leo tidak mempunyai perasaan apa-apa terhadapnya tapi Leo sangat bangga dengan Rani. Andai saja Rani tau yang sebenarnya mungkin dia bakal ngerasain patah hati yang bertubi-tubi. Jarang diperhatiin, kadang sering dicuekin, mungkin untuk jalanpun bisa dihitung dengan jari. Leo selalu punya 1001 alasan menolak ajakan Rani terhadapnya, sampai-sampai temannya Rani meminta Rani untuk putusin Leo. Tapi Rani tetap dengan pendiriannya, tetap bertahan dengan Leo.
Nadira menepuk bahu Leo.
"Ciee yang disemangatin pacar, pasti bakalan semangat 45 nanti mainnya."
"Apa sih Nad, aku tu semangat karena ada kamu."
"Kok aku? Becanda, malu ya buat ngaku?."
"Benar, karena kamu."
Tiba-tiba Rani datang menghampiri mereka.
"Kak Leo, aku mau ngomong sebentar."
Leo kaget karena tiba-tiba Rani menghampirinya.
"Ada apa Ran, bentar lagi mau mulai nih."
"Bentar kok."
Mereka mulai beranjak ke pinggir lapangan dan meninggalkan Nadira.
"Mau ngomong apa?," tanya Leo.
"Kakak yang semangat ya mainnya, aku pengen kakak semangat karena aku juga semangat dukung kakak disini. Meski selama kita pacaran kakak selalu cuek dengan hubungan kita, ya bisa dibilang sedingin kulkas tapi aku yakin kakak sebenarnya bukan kaya gitu orangnya."
Leo hanya terdiam, dia benar-benar tidak tau apa yang bakal ia jawab. Tanpa mengatakan apa-apa Rani beranjak meninggalkannya. Leo hanya mengusap wajahnya. Kemudian bergabung dengan timnya yang sudah menunggunya. Ia menyadari jika ia tidak bisa menjadi pacar yang baik untuk Rani. Karena setiap pikirannya hanya tertuju kepada Nadira.
Leo merasa apa yang ia perbuat sekarang bukanlah hal yang baik dan ini sangat kejam. Bisa-bisanya dia mengajak Rani berpacaran tapi hatinya tak pernah tertuju pada Rani.
$$$$$
"Jadi Rani bener-bener ngucapin itu ke kamu?," tanya Nadira.
"Iya aku tu jadi bingung, ngerasa bersalah."
"Sebenarnya kamu cinta gak sih sama Rani atau cuma ngasih harapan?."
"Udahlah Nad, aku mau fokus konsentrasi sama skripsi biar cepat wisuda."
"Aneh." Nadira ngeledek Leo.
Mereka terdiam sambil menikmati sepoi-sepoi angin yang ada di taman. Leo kembali membahas kemenangan tim basket mereka. Tim mereka berhasil merebut juara turnamen untuk ke sekian kalinya. Ini benar-benar merupakan momen yang sangat berkesan bagi mereka. Turnamen terakhir yang membuahkan hasil yang terbaik. Karena tahun depan mereka tidak bisa lagi mengikuti turnamen itu setelah lulus kuliah nanti. Dan pastinya mereka bakal sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
