TIGA

42 5 1
                                    

Saat ini mereka sudah menjadi mahasiswa tingkat akhir. Mereka pun sudah sibuk dengan skripsi masing-masing. Di semester ini mereka juga harus mundur di organisasi karena akan berkonsentrasi dengan tugas akhir. Walaupun begitu mereka masih sering bermain di luar kampus.

"Nad, kalau udah lulus mau masukin lamaran kemana?."

Saat ini mereka sedang menghabiskan jam mereka di dalam perpustakaan. Disana juga ada Raka dan Dani yang sedang ribut mencari referensi untuk tugas akhir mereka.

"Belum kepikiran Le, yang penting skripsi kelar dulu, kamu gimana?."

"Yang ada kamu di dalamnya," jawab Leo.

"Dih gak bosan sama-sama terus."

"Emangnya kamu gak mau? Nanti kalau pisah kamu bakal kangen terus, mau?," ejek Leo dengan senyum lebar.

"Mau sih."

"Yaudah kalau gitu nanti kita sama-sama masukin lamaran."

Nadira mengangguk-anggukan kepalanya tanda setuju.

Walaupun wisuda belum di depan mata tetapi mereka sudah mempersiapkan mencari perusahaan-perusahaan terbaik untuk melanjutkan perjuangan mereka.

"Janji ya, nanti bakal sama-sama masukin lamaran ditempat yang sama." Nadira menatap Leo dengan serius.

"Iya janji," jawab Leo mantap.

$$$$$

Sebagai mahasiswa tingkat akhir dikampus, banyak dari mereka yang mengincar maba alias mahasiswa baru untuk melakukan pendekatan terhadap junior atau sebaliknya. Hal itu terjadi pada Leo, ia sering mendapat salam dari beberapa mahasiswi baru dan juga ada yang berani mendekatinya untuk berkenalan.

Bukan hanya mahasiswi baru, ternyata diam-diam ada mahasiswi semester 6 yang satu jurusan dengan Leo, namanya Rani. Wanita berkulit putih, tinggi dan cantik. Rani mencoba mendekati Nadira supaya Nadira bisa membantunya dekat dengan Leo. Ia mengajak Nadira berkenalan dan curhat tentang Leo kepada Nadira.

Hubungan Leo dan Rani mulai dekat, mereka sering ngobrol bareng, jalan bareng bahkan Rani juga ikut ke lapangan basket melihat Leo latihan.

"Kak, akhir-akhir ini kak Leo tuh perhatian banget sama aku, tapi masih juga gak nembak-nembak, gimana ya kak, apa kak Leo punya perasaan yang sama dengan aku?," keluh Rani kepada Nadira yang lagi duduk di gazebo taman kampus.

"kalau kamu pengen jawaban aku gak bisa memberikan jawaban yang pasti. Kamu pengen jadian sama Leo?," tanya Nadira spontan.

"Ya maunya sih gitu kak."

"Kalau iya, kamu aja yang nyatain cinta sama Leo."

"Masak aku yang nembak duluan," ucap Rani.

"Yaudah nanti kita cari cara yang lain ya, aku duluan ya Rani, bye."

"Makasih ya kak Nadira," serunya sambil melambaikan tangan.

$$$$$

Leo masih mengerjakan skripsinya yang tak kunjung selesai. Masih banyak revisi-revisi yang harus iya kerjakan. Sambil memandangi coretan-coretan dosen yang ada dalam skripsinya, ingatannya tertuju pada Nadira. Karena semalam Nadira memberi tau kalau ada yang nembak dia.

"Baru tamat kemarin. SH juga tapi dari kampus lain," ujar Nadira kala itu ketika mereka sedang telponan.

"Kok bisa kenal?."

"Dikenalin saudara aku yang kuliah disana."

"Semoga langgeng deh," ujar Leo yang langsung di Amini Nadira.

Walaupun sebenarnya Leo tak sungguh-sungguh berkata seperti itu.

"Leo."

Teriakan dari belakang membuat Leo sontak kaget dan langsung melihat kebelakang. Ia melihat Nadira yang sudah berdiri tepat dibelakangnya.

"Gimana skripsi kamu? Kelar? Waw banyak kali coretannya. Pasti kamu laperkan? Yuk cafe," celotehan Nadira membuat Leo tak bisa berkata apa-apa.

Leo menutup lembar skripsinya dan memasukkan ke dalam tas.

"Yuk."

Sambil berjalan menuju cafe, Nadira mencubit tangan Leo.

"Aw... sakit tau, kenapa sih?," ucapnya merintih kesakitan.

"Kamu PHP-in Rani ya?."

"PHP? Maksud kamu apa?."

"Iya, kamu kasih dia perhatian dan pengharapan-pengharapan tapi kamu gantung tanpa status. Kalau kamu suka yaudah langsung jadian aja, dia curhat ke aku sambil berlinang air mata kasihan anak orang."

"Yaudah, nanti aku jelasin ke dia," ucap Leo datar.

$$$$$

Leo langsung pamit ke Nadira tanpa menunggu Nadira menghabiskan makanannya. Ia segera beranjak meninggalkan Nadira dan menuju kelas Rani. Ia harus segera menemui Rani. Kenapa si Rani harus curhat ke Nadira tentang perasaannya.

Leo mencari Rani sampai ke lantai 3, tapi ia tidak menjumpai Rani disana, mungkin Rani sudah pulang. Ketika berjalan menuju taman, Leo melihat beberapa cewek yang sedang berkumpul disana, dan ternyata disana dia melihat Rani. Segera ia berjalan mendekati Rani.

"Ran, aku mau ngomong sama kamu."

Rani langsung menoleh dan lalu mengangguk.

"Iya kak."

Keduanya berjalan menuju gazebo paling pinggir.

"Ada apa kak," tanya Rani penasaran.

"Curhat apa saja sama Nadira? Ngapain sih curhat-curhat."

"Aku gak curhat apa-apa kok kak."

"Lalu?."

"Ya aku Cuma pengen berteman aja sama kak Nadira, salah ya kak?."

"Gak sih, tapi salahnya aku ada dalam curhatan kamu."

"Trus gimana kak. Jujur aja aku sebenarnya suka sama kakak. Apa aku salah punya perasaan sama kakak?," jawab Rani.

Leo menghela nafas panjang.

"Yaudah, kamu mau jadi pacar aku?."

"Serius kak?."

Leo mengangguk. Tampak wajah girang Rani disaat itu. Leo seperti orang yang tak sadar diri. Kenapa dia harus ngomong seperti itu ke Rani. Padahal hatinya Cuma inginkan Nadira.

PELUKAN YANG SALAHWhere stories live. Discover now