TUJUH

23 4 2
                                    


"Nad, kamu sudah punya pacar belum?". Tiba-tiba Rama menanyakan hal yang tidak terduga membuat Nadira sedikit kaget.

"Belum Ram, kenapa?".

"Gapapa Nad, oh iya boleh nanya sesuatu gak?".

"Tanya aja Ram, mau nanya apa emang?".

"Hmm... laki-laki idaman kamu seperti apa ya?", tanya Rama grogi.

"Laki-laki idaman ya? Yang tinggi mungkin".

"Ha... tinggi? Kamu mau cari pacar atau menara tower?".

"Hahaha".

Tawa mereka langsung pecah membuat orang-orang di dalam kantin yang tidak begitu ramai menoleh ke arah mereka.

"Udah Ram, semua mata tertuju kepada kita nih", ucap Nadira sambil meredakan tawa Rama diaat itu.

"Biar aja kali Nad, inikan tempat umum siapapun bebas ketawa Nad".

Rama meminum kopi susunya, sementara Nadira terpaku pada ponselnya. Ia kaget tiba-tiba Reyhan mengirimnya pesan dan minta bertemu dengan Nadira hari ini. Setelah mengakhiri chatnya dengan Reyhan tiba-tiba ia mendapati Leo sudah duduk dihadapannya. Sejak kapan Leo ada disini? Gumamnya dalam hati.

"Pak Leo?."

"Iya Nadira bolehkah aku ikut bergabung duduk disini?". Nadira segera menoleh ke Rama dan menatap Rama bingung.

"Ya boleh pak, silahkan saja", jawab Rama sambil tersenyum.

$$$$$

"Kamu tau gak Rey, Leo udah nikah", tutur Nadira kala itu pada Reyhan.

"Nikah? Kamu jangan mengada deh Nad".

"Benaran Rey".

"Kamu tau darimana?".

"Aku satu kantor dengan dia, dan dia adalah atasanku".

"Benaran Nad?".

Nadira mengiyakan pernyataan Reyhan sambil mengangguk.

"Kamu merestui pernikahan sahabat kamu itu kan Nad?".

"Lah, memang aku orangtua dia pakai ngasih restu segala".

Reyhan tertawa terbahak-bahak mendengarkan jawaban Nadira.

Tiba-tiba tawa Reyhan terhenti melihat seorang laki-laki melambaikan tangan dan berteriak memanggil nama Nadira. Nadira langsung menoleh dan membalas lambaian tangan lelaki itu. Laki-laki itu mendekati Nadira dan Reyhan.

"Hei Ram, kenalin ini teman satu waktu kuliah aku, Reyhan".

"Salam kenal, aku Reyhan". Sahut Reyhan.

"Iya, aku Rama".

"Rey, ini Rama teman satu kantor aku".

Mereka duduk dibangku panjang yang berhadapan dengan meja kayu yang sama panjangnya yang ada ditaman. Di meja lain juga banyak pengunjung yang sedang duduk. Reyhan kembali membuka cengkrama dikala itu.

"Besok aku ada tanding basket Nad, kamu ikut ya?", ujar Reyhan.

"Gimana ya?".

"Besok kan libur, please".

"Besok aku temanin deh Nad", ujar Rama.

"Kamu pacarnya Nadira?". Dengan spontan Reyhan bertanya kepada Rama.

"Kita hanya teman satu kantor kok Rey", bantah Nadira.

"Syukurlah", desah Reyhan lega.

Nadira mendelik kearahnya.

"Lagian buat apa sih pacaran, mending langsung nikah, ya gak Nad?", tanya Rama dengan nada merayu.

"Maksudnya kamu mau nikahin Nadira gitu?". Reyhan berdecak sebal.

Nadira hanya tertawa.

"Apasih Rey, jangan baper deh".

Reyhan hanya terdiam tanpa menanggapi lagi. Ia hanya memutar bola matanya dengan malas. Kemudian mereka bertiga menikmati suasana disekitar taman sambil menghirup udara segar yang ada di taman. Taman itu tak pernah sepi dari pengunjung apalagi jika sudah sore begini.

"Udah sore ni, pulang yuk", ajak Nadira.

"Yuk aku anter kamu ", ucap Rama dan Reyhan dengan kompaknya.

"Ah... kalian barengan aja, aku bisa pulang sendiri. Bye ".

Reyhan dan Rama hanya bisa menatap langkah Nadira dari belakang.

PELUKAN YANG SALAHWhere stories live. Discover now