Sean menggaruk tengkuknya, heran dengan Shane yang tak banyak celoteh seperti biasanya.
"Shane kenapa?" ucap Sean sambil mencoba meraih tangan Shane yang terlipat.
Mendengar suara lembut Sean membuat Shane lagi-lagi menyangkal dugaan buruknya. Dia diam saja karena tak berani menanyakan apa pun, takut Sean marah.
"Shane?"
"Kenapa gimana?" tanya Shane balik.
"Kenapa diem doang?"
Shane sedikit kaget dengan pertanyaan Sean, tumben banget nanya ginian. "Emang mau ngomong apaan?"
Sean menghela napasnya, "Ya enggak, biasanya kan kamu bawel." Dia memundurkan tubuhnya lalu ikut melipat tangan.
"Terus? Emang kamu suka aku bawel?"
"Suka."
Shane tidak tersenyum, hatinya sedang gundah. Kenapa Sean tak bilang apa pun tentang Jean? Rasanya ingin sekali Shane bertanya apa pun pada Sean dengan leluasa, tapi pacarnya ini bukanlah orang yang suka ditanyai banyak hal.
"Sean tadi ke mana?" tanya Shane dengan nada pelan.
Sean reflek memajukan badannya lagi, lalu tampak kedua alisnya terangkat, "Hah?" Mata Sean mengarah ke arah lain, "Ke mana apanya?"
Shane menghela napas, "Tadi dari mana? Shane cari ga ada."
"Disuruh Bu Nita nyamperin Jean." jawab Sean singkat.
Shane memasang raut tak yakin. Baru kali ini dia curiga pada Sean. "Beneran?"
Sean mengangguk singkat, tanpa raut mencurigakan di wajahnya. Shane diam saja, berusaha meyakinkan diri bahwa Sean tak selingkuh.
"Emang kenapa?" tanya Sean lagi.
Shane cuma melirik ke arah ponselnya yang sudah terletak di meja. "Udah ah, mau balik."
Shane berdiri sambil menggendong tasnya. Tadi, karena rapat guru diperpanjang, murid-murid sudah diperbolehkan pulang, tapi Sean dan Shane masih di dalam kelas, berduaan.
"Sekarang?" Shane mengangguk mendengar pertanyaan Sean. "Nanti ketauan malah berabe urusannya."
"Ga mau jalan dulu?"
"Ke mana?"
"Ke mana gitu, masa langsung pulang?"
"Ya udah," ucap Shane singkat. Malas berdebat dengan Sean.
Sean semringah, mendekatkan tubuhnya ke tubuh Shane tapi langsung didorong oleh perempuan itu.
"Ga muhrim."
•••
"Nih." Shane menyodorkan helmnya ke Sean. Matanya melihat sekeliling, sedikit takjub karena tumben-tumbenan Sean mengajaknya ke sini. "Ngapain ke sini?"
Sean mengerutkan alisnya, "Makan seblak lah!" Tatapannya mengarah ke spanduk yang terpampang di depan bangunan itu, Seblak Edan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everlasting
Teen FictionAndai saja Shane bisa memilih akan menjatuhkan hatinya pada siapa, dia akan menjatuhkan hatinya pada siapa pun selagi itu bukan Sean. ••• Didedikasikan kepada semua insan yang rela bertahan di rumah yang sudah hancur, kepada yang ingin pindah namun...