Andini sedang menghafal rumus kimia saat Shane datang lalu mengganggu Andini dengan segala kalimatnya. Ini sudah kesekian kali Andini memutar bola matanya karena mual mendengar omongan Shane.
Hari ini temannya itu entah kenapa datang lebih awal. Namun yang pasti, kali ini Andini tak terlalu senang dengan kedatangan Shane yang lebih cepat. Karena Shane jadi punya banyak waktu untuk cerita tentang hubungannya dengan Sean.
"Huft...." helaan napas Andini membuat Shane membungkam mulutnya. "Gue suka bingung deh Shane."
"Kenapa?" tanya Shane takut-takut Andini akan menyemprotnya lagi dengan kalimat ini itu.
"Gue ini dateng ke dunia cuma buat denger keuwuan orang doang apa gimana sih? Kok kayaknya dari dulu gue ga pernah cerita uwu-uwu ke lo? Kok lo mulu yang pamer ke gue? Guenya kapannnn?" keluh Andini dengan raut yang tak bisa didefinisikan lagi.
Shane menahan tawanya susah payah. Andini lucu banget woi! Atau mungkin Shane saja yang receh.
Shane terbahak beberapa detik kemudian, receh.
"Dih, malah ngakak. Ga ada kasihan-kasihannya ya lo sama gue?"
"Bukan gitu Din," Shane membela diri, "lo tuh lucu banget!"
"Idih, dasar receh!"
"Yeee, memang lucu tauk!"
"Udah ah, gue mau ngehafal kimia nih!" Ucapan Andini membuat Shane melotot, "Ujian ya?" tanyanya panik.
"Tuh kan, efek samping ngebucin mulu nih," tangan Andini menoyor Shane, "ya iya lah ujian! Lo kira gue rajin banget ya belajar padahal ga ujian? PR aja nyontek."
Shane langsung panik, untung dia datang lebih awal hari ini. "Bab berapa?"
"Bab lima, buruan gih!"
Setelah mendengar kalimat Andini, Shane, sibucin yang super bodoh ini, membuka bukunya buru-buru. Bab lima itu materinya apaan sih?
Dasar Shane!
Kalau lagi panik dan butuh waktu lebih banyak, biasanya waktu justru terasa berputar lebih cepat. Rasanya baru lima menit Shane membaca buku kimianya tetapi Bu Rosa sudah masuk kelas dengan membawa setumpuk kertas ulangan.
"Ayo ketua kelas buruan kasih salam biar langsung ujian!" Suara Bu Rosa yang berat sontak membangunkan jiwa-jiwa malas para siswa kelas 11 IPA 2 ini.
Naufal, selaku ketua kelas pun memberi aba-aba, "Berdiri!" Matanya melihat situasi kelas, "Sebelum kita mulai pelajaran, ada baiknya kita berdoa terlebih dahulu, doa dimulai."
Kelas hening sejenak, lalu Naufal kembali bersuara, "Beri salam kepada Ibu Guru kita!"
"Selamat pagi Buuuuuu!"
Tentu saja yang mendominasi kelas adalah pelafalan 'u' yang sengaja dipanjangkan. Kalau kata Gani sih, biar asik aja.
Gak lama setelah itu, kertas ulangan langsung dibagikan. Namun, tanda-tanda Sean datang ke kelas masih belum ada. Shane jadi celingak-celinguk, risau.
"Nih, bagi ke belakang." Setumpuk kertas sampai di meja Shane. Namun Shane begitu risau sampai-sampai tak mendengar arahan Naufal.
Jadinya, anak cowok yang duduk di bangku paling belakang otomatis teriak, "Woi, Shane! Buruan dong ah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Everlasting
Teen FictionAndai saja Shane bisa memilih akan menjatuhkan hatinya pada siapa, dia akan menjatuhkan hatinya pada siapa pun selagi itu bukan Sean. ••• Didedikasikan kepada semua insan yang rela bertahan di rumah yang sudah hancur, kepada yang ingin pindah namun...