4

8 2 0
                                    


***

"nanti pulang sekolah langsung minta maaf ke mama" ucap Rangga memecah keheningan didalam mobil yang menuju kesekolahan Jane.

"mama yang salah" ucap Jane jutek.

"mama ngelakuin itu semua buat kita Jane, semalem mama nangis gara-gara kamu. Kakak ga mau tau sampai kamu gak minta maaf ke mama, semua fasilitas mu kakak sita" Rangga mencoba menegasi adeknya.

"emang kakak yang ngasi Jane fasilitas?"

"bukan kakak si,, tapi kakak akan bujuk papa buat mencabut semua fasilitas kamu"ucap rangga.

"ishh,,, iya-iya aku minta maaf" ucap Jane memalingkan wajahnya kejendela.

"nah gitu dong, meski maafnya nggak ikhlas setidaknya buat mama tenang" kata Rangga yang cukup peka dengan gerak-gerik Jane.

"tapi harusnya ikhlas sih"

***

Tepat pukul 12.30 wib Jane keluar dari perpustakaan. Gadis itu sempat datang keperpustakaan setelah mengerjakan soal-soal ujian.

"hallo kak, bisa jemput Jane?" tanya Jane setelah berhasil terhubung dengan nomor kakaknya yang sebelumnya sangat sulit dihubungi.

"Aduh Jane, maafin kakak ya, ini ada acara penting nih dari campus kakak" Jawab Rangga.

"kakak balik Jogja lagi?"

"nggak, ini dosenya lagi ada pertemuan dijakarta, udah-udah kakak jelasin juga kamu ga bakal ngerti"

"ya udah," Jane langsung mematikan telfon .
antara maklum sama kesel bercampur jadi satu.

"dosen yang ketemuan kenapa dia yang sok sibuk?" gerutu Jane.

Saat melewati lapangan tanpa sengaja mata indah itu melihat Jingga dan satu orang asing yang tengah menarik kerah seragam cowok tampan itu. Jingga hanya diam dan memasang wajah datarnya.

Jane mencoba sedikit mendekat agar bisa mendengar pembicaraan mereka.

"kenapa pakek pindah sekolah?" Tanya seorang cowok yang kini berada didepan Jingga.

"bukan urusan lo" Jawab Jingga kalem.

"Jingga-Jingga,, gue bisa habisin lo kapan aja, mau lo lari keujung dunia, lo tetep berurusan dengan gue" cetus orang asing itu sambil tersenyum sinis.
Jingga hanya membalas ucapan itu hanya dengan senyuman yang tak kalah sinisnya.

BUGGHH...

"Aaaa,,,,"
Itu bukan suara Jingga yang menjerit terkena pukulan, melainkan suara Jane yang ikut merasakan ngilu ditulang pipinya. Gadis itu buru-buru membekap mulutnya. tetapi sia-sia, Cowok dengan mata tajam itu melirik tajam kearah Jane tetapi tidak dengan Jingga.

"siapa dia?" tanya cowok itu kepada Jingga.

"bukan urusan lo" lagi-lagi kalimat itu yang muncul dari mulut Jingga.
Sebelum Jane menjerit pun Jingga sudah mengetauhi gadis itu sedang mengamatinya.

BUGHHH...

Darah mengalir segar dari ujung bibir Jingga yang robek akibat pukulan keras tadi.

BUGHHHH...

Kini Jingga sampai tersungkur. Cowok tampan bemata coklat itu tak membalas sama sekali atas apa yang sedang terjadi padanya.

Mata Jane mulai memanas, ia ingin menangis. Nafas gadis itu sudah naik turun sejak tadi, baru pertama ini ia meliahat orang digebuki seperti itu.

Jingga kembali berdiri karna tarikan kasar dari cowok tadi. Hebatnya, Jingga tetap memasang wajah andalanya, Datar. Jingga tak memperlihatkan ekspresi kesakitan sama sekali, meski darah masi mengalir dari bibirnya.

JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang