💤 t h r e e 💤

855 140 21
                                    

Tiga pasang mata itu saling melirik satu sama lain ketika telinga mereka mendengar gumaman [Name] dengan sangat jelas.

"Mimpi? Mimpi apa?" tanya Izumi serius.

[Name] sedikit tersentak, lalu dengan kikuk gadis itu menjawab, "Etto... Semalam aku bermimpi bertemu dengan orang ini. Tapi lupakan saja. Itu kan hanya mimpi. Ahahaha."

[Name] tertawa canggung, sementara Izumi, Arashi dan Tsukasa kembali bertukar pandang. Ada secercah harapan yang terpantul di mata tiga ksatria itu. Ketiganya mengangguk sebelum kembali memfokuskan pandangannya pada [Name] yang kini tengah memandangi pangeran Ritsu dengan perasaan tak menentu.

Dalam hati, gadis itu terus bertanya-tanya. Kenapa orang ini begitu mirip dengan laki-laki yang ada di mimpinya? Apakah hanya kebetulan? Atau mungkin ini ... Takdir?

"Tunggu apa lagi? Lakukan sekarang."

Suara Izumi yang menyebalkan menyadarkan [Name] dari lamunannya. Ia lantas menatap laki-laki itu tidak mengerti.

"Lakukan apa?" tanyanya bingung.

"Cium pangeran sekarang."

Perkataan Izumi sontak membuat mata gadis berhelai [hair color] itu membola seketika,

"APA?!"

"Apanya yang apa?!" Izumi menggosok telinganya yang pengang karena teriakan gadis itu. "Aku bilang, cium pangeran sekarang."

[Name] menatap ksatria itu tidak percaya, "B-bagaimana .... bagaimana mungkin kau menyuruh seorang gadis mencium laki-laki yang tidak dikenalnya?"

"Kau bilang, kau bertemu pangeran dalam mimpi kan?"

Gadis itu terdiam. Memang benar dia bertemu dengan Pangeran dalam mimpi, tapi kan .....

"Cepat lakukan, atau aku akan melemparmu ke penjara."

"Kau mengancamku?!"

"Chou uzai! Cepat lakukan saja! Yang rugi sebenarnya bukan kau, tapi pangeran!"

"Heh! Cangkemmu bang! Aku juga dirugikan disini."

Sebenarnya tidak juga sih.

"Apaan bang bang?! Kau kira aku abangmu?!"

"Bang cyat!"

"Kau!"

"STOOOOPPPPP!1!1!"

Tiba-tiba Tsukasa berdiri di antara [Name] dan Izumi yang malah sibuk adu mulut, "Kok malah ribut?! Ini bagaimana dengan Pangeran?! Waktu kita tidak banyak!"

"Tsukasa-chan benar." Arashi mengangguk. Laki-laki itu lalu menoleh pada [Name] yang kini membuang wajahnya kesal, "Nona, kami mohon. Hanya kau lah satu-satunya harapan kami untuk menyelamatkan Pangeran. Semua gadis di negeri ini sudah mencobanya, tapi tidak ada yang berhasil. Jangankan mencium, menyentuh Pangeran saja mereka tidak bisa." Ucapnya putus asa.

Kadang Arashi menyayangkan, kenapa masyarakat HepiEle lebih banyak laki-laki? Perempuan disini bahkan bisa dihitung dengan jari.

[Name] tercenung. Ada sedikit rasa simpati dalam hati gadis itu begitu mendengar kalimat Arashi. Meskipun Pangeran adalah orang asing baginya, tapi dia tetap putra penguasa negeri ini kan? Lagipula, jauh di lubuk hatinya, [Name] juga ingin menyelamatkan Pangeran.

"Baiklah."

Para ksatria itu -kecuali Izumi- berbinar begitu mendengar jawaban tersebut.

[Name] lantas berlutut dan mendekatkan wajahnya ke arah sang pangeran—semakin dekat, semakin dekat—hingga akhirnya kedua bibir itu bersatu.

Switch Roles: Sleeping Beauty [Sakuma Ritsu x Reader] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang