Endless Feeling

Prolog

"Jam berapa sih keluarnya lama banget "

Valen menghembuskan nafas kasar sambil mengayunkan kakinya dari atas ranjang.

"Hufft belum keluar juga" Valen kembali menundukkan kepalanya ketika melihat balkon di samping kamarnya seperti tak ada penghuni.

Valen memutuskan untuk melangkah turun ke arah dapur, aroma nasi goreng ibunya terasa lebih menggoda saat ini.

"Morning mamaa"

Ibunda Valen hanya tersenyum lalu mengusak pelan kepala anaknya.

"Papa engga?"

"Eh iya, good morning papaa"

Valen terkikik geli, sebab ayahnya jarang berada dirumah, makanya ia sampai lupa bahwa ayahnya pulang semalam.

"Ngapain aja baru turun?" Tanya ayahnya.

"Biasaa" Balas Valen sembari mengedipkan matanya.

Ayah Valen hanya menggelengkan kepalanya, hal seperti ini bukanlah sesuatu yang tak asing bagi nya.

Valen memang biasanya turun setelah seorang pria disamping rumahnya ingin berangkat.

"Vian berangkat bun!"

Valen hampir saja tersedak susu yang sedang di minumnya ketika mendengar teriakan seseorang yang ia nantikan daritadi.

Valen dengan bergegas meminum susunya, berpamitan dengan kedua orangtua nya, lalu berlari keluar rumah.

"Morning kak!" Ucap Valen menampilkan senyum manis miliknya.

Pria di depannya hanya mendengus kasar, wanita ini tidak bisa ya pagi-pagi tidak usah muncul lalu mengacaukan mood paginya.

"Ih males banget aku nya dicuekin" Sambung Valen mengerucutkan bibirnya.

"Apa?"

Valen tersenyum senang, walaupun hanya satu kata tidak apa-apa, setidaknya ucapannya dibalas.

"Jauh-jauh dari gue!"

Pria yang bernama lengkap Savian Alterio tersebut menjauhkan lengannya dari genggaman Valen.

Valen kembali mengerucutkan bibirnya, "Yahh kan aku cuma mau buktiin kalau kakak itu manusia bukan malaikat"

"Soalnya ganteng banget" Sambung nya.

Vian menatap Valen datar, ia bergidik geli. Daripada berlama-lama berdua dengan gadis gila ini lebih baik ia pergi, pikir Vian.

"Ehh kak vian kok ninggalin?!!"