Prolog

18.6K 834 108
                                    

Seorang pria nampak berjalan terburu-buru dengan menenteng jas abu, sembari melonggarkan dasi yang terlihat mencekik lehernya.

"Shit," umpat pria itu kesal ketika sepatu mahalnya tidak sengaja menginjak sesuatu, putung rokok yang dibuang asal.

Walaupun rambutnya terlihat berantakan, juga kemejanya yang nampak ia gulung ala kadarnya, tetapi sama sekali tidak mengurangi sedikitpun pancaran wajah tampan yang ia miliki.

Buktinya, sejak ia berjalan, gadis-gadis tak bisa melepaskan pandangan dari sosok pria berbadan tegap yang kini mulai memasuki ruangan penuh pengunjung dengan musik yang memekakkan telinga itu.

"Tuan Rendy? Anda baru sampai? Tuan Mario sudah menunggu sejak tadi."

Ya, Dia Rendy Leonard Sandjaya. Seorang taipan tampan yang mungkin diimpikan hampir seluruh wanita di muka bumi ini.

Bagaimana tidak? Wajah yang rupawan dengan kehidupan yang sangat menjanjikan diusianya yang baru menginjak tiga puluh dua tahun.

Seorang Rendy tidak akan kekurangan apapun, ia memiliki segalanya. Apa yang ia inginkan bisa ia dapatkan dalam sekejap, termasuk wanita.

Tetapi ntah kenapa Rendy masih melajang hingga saat ini, ketika seluruh wanita berlomba-lomba mendapatkan pria itu. Padahal kedua sahabatnya, Daffa dan Darren sudah berbahagia dengan kehidupan pernikahan mereka.

Omong-omong, mengingat Darren, Rendy tidak tahu pria itu menganggapnya apa.

Sejak cinta pertama Rendy menikah dengan Darren, Rendy sama sekali tidak berminat pada wanita manapun yang mendekatinya. Rendy juga tidak tahu kenapa ia merasa tak berselera dengan wanita-wanita itu, kecuali tentang seks, ketika Rendy merasa bosan ia akan mencari wanita cantik dan seksi untuk bersenang-senang, untuk memuaskan hasrat lelakinya. Ia akan merasa sangat puas ketika ia pergi ke suatu tempat dan melihat banyak wanita-wanita bodoh yang rela merangkak ke arahnya, dan menggodanya untuk tidur bersama. Rendy suka mempermainkan wanita-wanita itu, karena biar bagaimanapun ia adalah pria normal yang kebutuhan biologisnya harus terpenuhi ketika ia ingin. Akan sangat menyedihkan jika Rendy bermain dengan dirinya sendiri.

Dan lelaki yang menyapanya tadi adalah kaki tangan Mario, seorang artis, juga teman Rendy yang sedang mengadakan pesta ulang tahun di sebuah bar mewah. Ia sengaja menyewa bar itu untuk merayakannya.

Pria itu mengawal Rendy masuk ke dalam, disana suara musik terdengar lebih menggema dengan gemerlap lampu dan dua orang DJ yang sibuk memainkan peralatan musik mereka di tengah kerumunan orang-orang yang sedang menggoyangkan tubuhnya tidak karuan. Rendy yakin sebagian besar dari mereka sudah lupa akan dirinya sendiri alias mabuk. Sedangkan di beberapa sisi terdapat bartender yang memainkan gelasnya sembari ikut berjoget.

Mario nampak terlarut dalam suasana. Ia terlihat menggerakkan tubuhnya kesana kemari dengan beberapa wanita sambil memegang gelas kaca berisi sampanye.

Rendy hanya berdecak, memperhatikan banyak wanita yang bergelayutan manja di sekitar tubuh Mario, hingga akhirnya pandangan Mereke bertemu.

Dengan melambaikan tangan, Mario mendekati Rendy yang kini duduk di salah satu pantri di depan seorang bartender yang telah Rendy kenal cukup lama karena bar itu juga langganannya.

"Kau baru datang?" Tanya Mario menarik kursi untuk duduk di sebelah Rendy.

"Ya, maaf, aku sangat sibuk hari ini, bertemu dengan klien."

Mario mendekatkan wajahnya ke tubuh Rendy, dan mengendus di sana. "Apa kau berbohong? Kau tidak terlihat lusuh, dan tubuhmu sangat wangi," tukas pria itu.

Rendy hanya bergeming, memandang Mario yang terlihat mabuk sembari menyunggingkan senyumnya.

"Kenapa kau tersenyum? Kau meledekku, huh? Sebenarnya tidak apa-apa jika kau tidak datang, asalkan hadiahmu yang datang." Mario terkekeh.

Driving Me Insane √ (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang