"Kita harus bertemu Pak Daffa satu jam lagi, Pak," lapor Rossa pada Rendy sembari mengecek kertas skejul yang ia bawa bersama dokumen lain.
Rendy mengiyakan, pria itu melepas kancing jas dan sedikit melonggarkan dasi, berjalan di sebelah Rossa diikuti jajaran direksi lainnya.
Mereka baru saja berkunjung ke perusahaan tandem Rendy untuk merapatkan sesuatu.
Kaki Rendy hampir terhenti ketika melihat seseorang yang ia pikirkan belakangan ini, Rendy memperlambat langkahnya, memperhatikan gadis yang sedang bercakap-cakap sopan dengan beberapa orang sambil berjalan tegap, sedikit angkuh. Gadis itu sepertinya tidak melihat ke arah Rendy, otaknya berputar cepat, ia menyeringai seperti merencanakan sesuatu.
Dan kini Rendy benar-benar menghentikan langkah, diikuti para karyawannya yang memandang pria itu bertanya-tanya.
"Kalian pergi makan siang duluan saja," ucap Rendy sembari mengeluarkan uang cash dari dompetnya. "Apakah ini cukup?" tanya Rendy lagi, menyerahkan uang itu pada Rossa, matanya berkeliling menghitung jumlah anak buah yang ia bawa.
Belum mendapat jawaban, Rendy kembali mengeluarkan uang tambahan dari dalam dompetnya. "Aku masih ada perlu, kalian pergilah bersenang-senang," suruh Rendy matanya masih tak lepas dari gadis yang menarik perhatiannya tadi.
"Tapi, jadwal kita bertemu dengan pak Daffa, untuk membicarakan hasil rapat--"
"Itu urusan yang sangat mudah, dia sahabatku," potong Rendy cepat mendengar ucapan Rossa.
"Baiklah pak, kami duluan."
Rossa akhirnya mengajak yang lain pergi, sedangkan Rendy buru-buru melangkah mengejar keberadaan Liora yang sudah menghilang.
Rendy celingukan mencari, bahkan ia melihat pria-pria yang tadi mengobrol dengan gadis itu, tetapi Liora tidak ada disana. Rendy terus berkeliling melihat sekitar. Ia dapat tersenyum dan menarik napas lega ketika dilihatnya gadis berjas hitam dan bercelana dasar hitam panjang itu berjalan di lorong ke arah elevator. Rendy memutuskan untuk membuntutinya, seperti penguntit.
Ketika sang gadis berdiri tepat di depan elevator, menunggu pintu elevator terbuka. Rendy tak kuasa menahan untuk tidak menyapanya. Ia ikut berdiri disamping Liora yang belum menyadari kehadiran Rendy, bahkan ia terlihat tak tertarik sama sekali dengan pria disebelahnya itu.
Pintu elevator terbuka, Liora dengan cepat masuk, membalikan tubuhnya, dan disitulah mata mereka bertemu.
"Kau?"
Ekspresi Liora kaget melihat Rendy yang juga ikut masuk ke dalam elevator.
Rendy mencoba tersenyum manis. "Halo, kita bertemu lagi ya," ucapnya santai.
Liora tak menanggapi.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Rendy membuka pembicaraan.
"Bukan urusanmu," jawab Liora ketus.
"Hei, ada apa denganmu? terakhir kita bertemu kau memintaku mengantarmu dengan ramah, kenapa sekarang kau menjadi galak sekali?"
Gadis itu terlihat menghela napas. "Aku hanya sedikit kelelahan, lalu apa yang kau lakukan disini, Ren?"
"Mengikutimu."
Liora menoleh, menatap Rendy dengan tatapan tajam.
Yang ditatap hanya tertawa-tawa. "Bercanda, bercanda, kau serius sekali," ujarnya berhasil mendapatkan perhatian gadis itu.
Liora diam tak menggubris candaan Rendy, ia sibuk mengecek arloji di tangannya. Sepertinya gadis itu mencemaskan sesuatu.
"Apakah kau ada janji dengan seseorang?" Rendy masih berusaha untuk mencairkan suasana dalam elevator yang hanya ada mereka berdua saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Driving Me Insane √ (COMPLETED)
RomanceWARNING 21++ This is story about Rendy and his girls.. Entah suatu kesialan atau keberuntungan, seorang Rendy Leonard Sandjaya, pria yang paling diinginkan di muka bumi ini, tidak sengaja meniduri Cherry, gadis cantik delapan belas tahun yang baru s...