Hoffen.

38 3 0
                                    

Matahari pergi untuk rehat sejenak, dan akan kembali keesokkan harinya.

Banyak pasang mata menatap kucing lemah sedang terpapar di trotoar, terlihat sangat mengenaskan. Anjing yang memakannya memberi jilatan terakhir sebagai penutup. Lalu, pergi meninggalkan bangkai kucing yang terlihat menjijikkan.

Jeon Asha, atau yang mempunyai panggilan Matcha.

Matcha mendesis. Bagian sudut kiri bibir nya menampakkan luka sehingga merasakan asin oleh cairan yang berbau anyir.

Seragamnya sudah hancur robek tak beraturan. Banyak luka yang menempati beberapa bagian tubuhnya.

Rambutnya kusut sana sini. Tampilannya saat ini buruk. Sangat, sangat, sangat buruk.

Perlahan pandangannya kabur dan indra pendengarannya mengecil menjadi tuli. Yang ia dengar terakhir kali adalah seseorang lelaki meneriakki namanya, ia kenal dengan suara itu. Dan gelap gulita sudah menjemputnya yang sudah tak berdaya.

HOFFEN.

Lelaki berambut hitam dan masih menggunakan seragam sekolah, yang sedang menemani seorang perempuan yang tertidur lemah tak berdaya di ranjang rumah sakit. Lelaki itu terus menatap wajah perempuan itu dengan seksama. Betapa sedihnya melihat wajah yang dulu selalu tersenyum bahagia mengisi hari-hari kosong si lelaki.

"Cha cepat bangun ya, ada boneka yang ku beli tadi, kau pasti suka."

Lelaki itu menatap sendu boneka dan beralih ke perempuan yang sedari tadi masih terpejam. Ia berharap cepat membaik saja masalah ini.

HOFFEN.

Tidak bisakah semuanya menjadi boomerang?

Aku ingin berharap sekali lagi, pada bintang. Aku sangat membenci hidup. Apalagi mereka.

Ya, ini terjadi murni. Padahal aku berharap ini hanya mimpi.

Sekarang apa yang bisa ku lakukan? Mati? Atau tetap melanjutkan hidup yang penuh dengan kekejaman?

TBC...

IDS 1117 | ATEEZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang