Hoffen 1.5

18 1 0
                                    

"Stay with me cause you're all i need."

Gelap. Hanya ada cahaya yang redup disisi ruangan itu. Dengan langkah melelahkan kaki itu menapaki lantai berkayu. Perempuan yang sejak tadi terdiam diri di rumah yang bernuansa klasik itu merasakan hawa yang masih sama.

Matcha masih merasa perkumpulan dirinya dan kedua orang tuanya. Tepatnya di sofa ter-favoritnya. Sofa yang berwarna turquoise dan masih terlapisi selimut hijau tua yang masih terawat bersih. Padahal ia sangat yakin, selimut itu sudah ada pada umurnya yang menginjak lima tahun.

"Dek Asha?" panggil seseorang wanita paruh baya.

Matcha tersenyum melihat bi Rana yang kini sudah makin tua. Bi Rana terlihat masih sangat kuat untuk merawat rumah setua ini. Bahkan rumah yang tak ada penghuninya sama sekali, hanya bi Rana.

"Bi Rana apakabar?" Tanya Matcha dengan sangat lembut.

"Sangat baik, dek Asha sendiri?" Tanya balik dari bi Rana.

"Hmm, baik."

bi Rana pun tersenyum lega mendengarnya.

Matcha mengedarkan pandangannya kesekeliling ruangan.

Hingga pandangannya berhenti pada sebuah bingkai foto. Pandangannya memburam karena sebuah butir cairan mengumpul dikelopak matanya.

HOFFEN 1.5

"Babe," panggil seorang gadis yang memakai dress diatas lutu dengan rambut pirangnya.

Hanya deheman dari si empunya. Tak ada kata-kata membuat gadis disebelahnya sempat mengumpat.

"Kamu kenapa sih? Udah bosen sama aku?"

Setiap mereka berdua seperti ini, kecanggungan melanda suasana. Sora benci ini, sangat benci.

"Mending kamu pergi aja deh."

Akhirnya...

Akhirnya lelaki itu bersuara. Namun, ia mengusir gadisnya. Sora tidak terima dengan pernyataan pacarnya ini, baru kali ini. Dan Sora rasa ia tidak pernah melakukan kesalahan apapun itu yang dibenci lelaki ini.

"H-hwa,"

"PERGI!" Tegasnya membuat Sora terdiam.

Melihat Sora tak kunjung pergi dari hadapannya. Seonghwa akhirnya bangkit dan meninggalkan Sora yang mulai menangis. Ia benci gadis itu, gadis jalang.

Sora menyeka butiran cair bening yang mengalir dipipinya. Ia hancur untuk yang kesekian kalinya. Sangat hancur. Sora pun pergi dari tempat itu, mungkin club salah satu yang tempat untuk melampiaskan kehancuran hatinya.

HOFFEN 1.5

"Asha," panggil lelaki berambut coklat dan badan yang cukup tinggi darinya.

Matcha yang merasa terpanggil menoleh kearah sumber suara.

"Gimana tawarannya? Kamu mau kan?" Tanya lelaki itu lagi.

Matcha cukup menimbang-nimbang kembali tawaran abangnya ini. Bukan. Abang sepupunya.

"Hmm mungkin aku bakal bicara hal ini terlebih dahulu ke Yiren," ujar Matcha memutuskan pendapatnya.

Sebenarnya terlihat wujud kecewa dari wajah abangnya ini. Namun, sedetik kemudian abangnya tersenyum dan mengangguk menyetujui pendapatnya.

"Baiklah Asha, bang Yunho tunggu pilihan pastinya," ujar nya lalu menyeruput teh hangat yang dibuatkan oleh bi Rana.

Matcha mengangguk, ia dan abangnya duduk sofa ruang tamu. Mereka berdua menikmati foto keluarga besar Jong, keluarga dari ayahnya. Dengan suasana alam yang ada pepohonan hijau di halaman sebelah kanan dan sebelah kirinya Matcha.

"Sekarang kamu sekolah dimana?" Tanya bang Yunho.

"Malg-eun Gang High School," jawab Matcha.

Yunho yang mendapatkan jawabannya mengangguk-ngangguk tahu sekolah itu. Dimana sekolah bergengsi yang ia tahu ada siswi bermasalah didalamnya. Yunho mengetahuinya dari sahabatnya.

HOFFEN 1.5

"PUTUS?!" Teriakkan dengan nada kaget dari Siyeon membuat Sora ingin mengutuk adiknya saja.

"HAHAHAHA."

Siyeon tertawa mendengar curhatan kakak perempuannya itu tadi. Tidak menyangka akhirnya kakaknya ini mengakhiri hubungannya dengan kak Seonghwa. Lebih tepatnya, kak Seonghwa terlebih dahulu yang mengakhirinya.

"Diam kamu," perintah Sora dengan nada juteknya.

"Ya jelas lah ya, kak Seonghwa itu dingin banget dan cuek sama cewek siapa pun itu, jadi ga heran," ujarnya menanggapi curhatan kakaknya tadi.

"Yaa istilahnya bagaikan lebah yang mendapatkan nektar lebih manis dari pada sebelumnya."

Sora mencerna perkataan Siyeon tadi. Ia mencari maksud dari perkataan adiknya. Apakah sudah ada gadis lain di hati Seonghwa?

HOFFEN 1.5

Di pagi hari yang cerah, semua murid berlarian untuk bisa sampai di gerbang sekolah. Yiren dengan masih setia membantu Matcha berjalan hingga sampai ke gerbang sekolah.

"Haiii!" Sapaan Jongho dari belakang membuat mereka berdua hampir saja jantungan.

"Ya! Bisa kah untuk ngga ngagetin orang lain?!" Dengan tatapan tajam yang diberikan yiren untuk Jongho.

"Pagi-pagi udah bikin jantungan," lanjutnya sambil elus dada.

Mereka bertiga berjalan menuju kelasnya. Kecuali Jongho, saat dipertigaan ia malah tetap jalan lurus. Tentu Yiren dan Matcha sudah tau, bocah satu itu akan bertemu temannya di kantin sebelum bel berbunyi.

"Ck apa faedahnya datang ke kantin terus tiap pagi hari," ocehannya di pagi hari.

"Ketemu temennya," jawab singkat dari Matcha.

"Itu tujuannya cha,"

"Sama aja,"

"Beda"

"Sama"

"Be--"

Sora dan temannya. Menghampiri mereka berdua. Suara Sora memecahkan pertengkaran kecil diantara mereka tadi.

"Hai jalang," sapaan Sora membuat Matcha tidak betah ada di sekolah itu.

Sora menarik rambut Matcha kebelakang. Sontak membuat Yiren kaget atas perlakuan tiba-tibanya dari  Sora.

"Sora lu punya hati ga?!" Ucap Yiren yang mulai tersulut emosinya.

"Kenapa?"

"Terlalu tiba-tiba ya?" Tanya-nya dengan seringaian jahat.

"Temen lo ini jalang ren," tambah Sora.

Tarikkan dirambutnya menambah semakin kencang membuat kepala Matcha semakin pening. Sora tertawa kecil, merasa puas bisa menjambak gadis lemah dihadapannya.





"SORA!" Suara berat datang dari arah belakang.

Tbc....

IDS 1117 | ATEEZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang