chapter 4: Janji

13 4 1
                                    

Hujan mengguyur kota jakarta dengan derasnya. Deyza berjalan seorang diri dijalanan. wajahnya pucat pasi. Dia terus saja berjalan tak peduli dinginnya air hujan yang menusuk hinga ketulang. Matanya menatap penuh kehampaan.

Deyza baru saja mengunjungi makam orangtuanya ketika hujan itu tiba dia bergegas pulang. Omanya pasti akan merasa khawatir.

kepala Deyza terasa berat. Matanya berkunang kunang. Sayup sayup dia mendengar suara deru motor.  Motor besar itu semakin mendekat melaju dengan kencang membelah lebatnya hujan.

Deyza berteriak saat kaki itu menghantam telak perutnya.
q Dengan sisa tenaga gadis itu menoleh melihat plat motor itu. Namun derasnya hujan ditambah dengan kepalanya yang pusing, plat motornya terlihat buram dipenglihatannya.

setelah itu gadis itu tak sadarkan diri.
*****

orang orang berlarian ketengah jalanan. para pengendara berhenti.  orang orang dari kejauhan menatap sekumpulan orang itu dengan penasaran. Juga terkejut tentunya.

lalu ditengah keramaian itu seorang gadis berbalut seragam anak SMP terbaring lemas dijalanan. Darah menutupi setengah wajahnya. Hidungnya terlihat patah. kedua lengan dan betisnya mengeluarkan banyak darah.  Beberapa orang mengucapkan doa untuk keselamatan anak malang itu.

"A..lan" Lirih anak itu.

"DEYZA!!!!!!!!!!!" 

Alan terlonjak bangun dengan deru napas yang tak beraturan.keringat mengucur deras dari tubuhnya.  Dengan jiwa yang masih tercecer dimana mana Alan bergegas kekamar mandi.

Hanya butuh 20 menit untuk cowok itu bersiap siap. Alan menyambar jaket dan kunci mobilnya lalu segera pergi. perasaannya tidak enak. Dia harus menemui gadis itu.

Alan mempercepat laju mobilnya. Jalanan sedang sepi.  cowok itu sedikit meminggirkan rute jalannya saat melihat dari kejauhan sebuah motor melaju dengan kecepatan yang tak kira kira.

Alan menoleh melihat si pengendara saat melintas disampingnya yang juga balas menatapnya.

Dengan kecepatan yang masih sama, Alan merem mobilnya secara spontan. Membuatnya hampir membentur stir kemudi. Dia segera melepas sabuk pengamannya menghampiri seorang gadis yang terkulai lemas dipinggir jalan. Dan betapa terkejutnya dia saat mengetahui orang itu adalah Deyza.
******

"Bibi" panggil Leysa mengetuk ngetuk pintu rumahnya. Payung yang sudah tak layak pake itu masih terus digenggamannya. Dia menatap lantai yang menjadi basah karena dirinya yang basah kuyup.

Sesaat dia teringat kejadian beberapa menit yang lalu. waktu itu Leysa baru saja keluar dari minimarket ketika hujan lebat turun.   karena uangnya yang tinggal beberapa dia membeli payung yang murah.  Alhasil saat angin kencang berhembus payungnya yang tadinya melengkung kebawah menjadi melengkung keatas. Dan totolnya, Dia menjatuhkan barang belanjaannya kemudian dengan sekuat tenaga mencoba mempertahankan payungnya yang sudah tak berbentuk.

"Bibi" Leysa kembali mengetuk pintu rumahnya dengan sedikit kasar. Tak lama terdengar sahutan dari dalam. Tapi sepertinya orang itu menangis.

"Bi, ada apa?"

ceklet

"Non, ini teh kenapa basah kuyup begini?" Ujar Bi' surti dengan mata sembab. Menarik lengan Deyza kedalam rumah.

"Bibi habis nangis?"

Bi' surti tak menjawab. Dia hendak menangis kembali.

"Eh bibi ada apa?" Ujar Leysa menuntun Bi' Surti keruang tamu.

"hiks...hiks.. Meninggal_"

"Siapa yang meninggal Bibi?"

"Suami_"

"SUAMI BIBI?"

Bi' surti kembali mengencangkan tangisannya. Leysa memeluk Bibi surti guna menenangkannya.

"Kalau gitu bibi pulang aja yah, nanti aku pesan tiket buat Bibi"

Bukannya berhenti menangis Bibi surti semakin menjadi jadi.

"Non..hiks..hiks..bukan..hiks..suami...hiks..saya.."

"Hah! trus siapa yang meninggal?"

"Saya..hiks..tadi nonton...hiks..Drama korea...trus..hiks..suaminya meninggal" Ujar Bi' surti lalu mengambil bantal sofa dan memeluknya.

Leysa menepuk jidatnya. Lalu mengambil ponselnya menelpon dokter Andi seorang dokter jiwa.

"Halo kak, tolong kerumah saya, ada pasien gawat disini, tolong segera ini sudah tak tertolong" Ucapnya lalu menoleh kearah Bi' surti yang kini menatapnya datar.

"-_-"

*****

"Papa meninggal 3 tahun yang lalu, 2 bulan kemudian Mama meninggal"

Tangan Alan berhenti diudara yang hendak membuka pintu. Dia berbalik menatap Deyza yang menatap keluar jendela.

"Dey, lo nggak bercanda kan?"

"Kematian bukan hal yang bisa di jadikan bahan lelucon" Kata Deyza tanpa mau repot repot menoleh.

"Sekarang gue Yatim piatu"

"..."

"lo mau pulang kan? pulang aja, Lo juga ngehindar dari gue, semua orang bakal pergi ninggalin gue termasuk lo" Ujar Deyza beralih menatap manik mata pemuda itu. Hati Alan terasa tercubit kala melihat pancaran kesedihan dari tatapan gadis itu.

"Siapa bilang gue bakal ninggalin lo, gue bakal selalu ada disisi lo" Ucap Alan lalu mengacungkan jari kelingkingnya.

"Gue Janji"

Deyza tersenyum tipis lalu menautkan kelingkingnya.

"Janji adalah hutang" Kata Deyza. Alan mengaggukkan kepalanya. Ada sedikit keraguan padanya.
*****
Tbc

Setelah sekian abad nggak muncul akhirnya aku balik lagi. Sebenarnya aku nggak ingin buat part ini. But kalau aku satuin sama part berikutnya kepanjangan jadinya. oke para readers jangan lupa tinggalkan jejak. papay

Jenius Vs StrongerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang