By: Ristian Agustiani
Aku tidak tau, sejak kapan rasa ini muncul, rasa sayang yang lebih dari sebelumnya.
Rasa ingin memilikinya sebagai seorang kekasih, bukan sekedar teman apalagi seorang sahabat.
Ada rasa yang tidak seharusnya muncul, rasa yang tak bisa aku jelaskan tiap kali kita bertemu.Ada sedikit rasa canggung dalam diriku yang ingin kuhapus, karena aku tau, kamu tidak memiliki rasa yang sama.
"Ayolah Vo, bantuin aku deket sama Muntaz, kamu kan temannya, nanti kita makan martabak istimewa deh di Mang Ujang. Ih, Revo kok malah nglamun sih!"
Aku baru kembali ke dunia saat Lusi menggoyang-goyangkan tanganku. Rasanya, aku tidak melamun, namun entahlah sepertinya aku memang tidak sadar kalau sedari tadi Lusi curhat mengenai gebetan yang kebetulan teman SMP ku.
Rasanya lumayan sakit saat orang yang kita sukai malah minta dicomblangin dengan teman sendiri.
"Oh, Muntaz! Nanti deh Si, aku coba chat dia dulu, keknya sih dia jomblo." Mata Lusi langsung berbinar saat aku mengatakan itu.
"Uhhh, sayang deh sama Revo, kuy kita cari martabak" Lusi menarik tanganku agar cepat mengikutinya.
Kami sudah terbiasa dengan jalan kaki sejak kecil. Meski transportasi sudah maju, kami sangat jarang menggunakan mobil ataupun motor. Jika akan pergi sedikit jauh, aku dan Lusi akan menaiki sepeda gandeng, itu lhoo sepeda yang panjang itu.
Selama di jalan menuju Mang Ujan, Lusi terus membicarakan tentang Muntaz, sepertinya dia sangat menyukainya.
"Mang Ujang, martabat istimewa kaya biasa ya, dua!" ucap Lusi pada Mang Ujang setelah kami sampai.
Sambil menunggu martabak siap, sudah kuputuskan untuk mulai menghubungi Muntaz, perkara bagaimana perasaanku sepertinya aku memang tidak boleh egois, aku tidak mungkin memaksakan kehendakku sendiri.
Saat ini aku hanya ingin Lusi bahagia, meski itu bukan karena aku yang ada di sisinya.
Taz, lo jomblo kan? Mau gak pdkt sama Lusi?
Setelah pesan itu terkirim, Muntaz tidak langsung menjawab, mungkin dia sedang sibuk, mengingat dia adalah anak unggulan dari jurusan IPA, dan saat ini tengah mengikuti bimbingan olimpiade fisika.
Kumatikan sambungan internetku agar tidak boros, lalu kuperhatikan Lusi yang sedang asik dengan handphone nya.
"Lagi chatan sama siapa Si? Asik bener sampe cowok ganteng di sebelah kamu ini dilupain" ujarku menggoda, tapi dia malah tertawa.
"Ish! apaan sih Revo nih, aku itu lagi pdkt sama Muntaz, aku gak lupain kamu kok," aku sedikit kaget, ternyata Muntaz lumayan gercep juga, padahal chat dariku belum dibalas, eh taunya malah sudah pdkt duluan.
"Revo, ini martabaknya udah!" Mang Ujang menyodorkan martabak kesukaanku dan juga Lusi.
Setelah dibayar, kami pulang, bukan pulang kerumah masing-masing, tapi pulang ke rumahku. Kami akan memakannya di rooftop rumahku, itu sudah menjadi kebiasaan kami sejak kecil. Karena rooftop rumah Lusi tidak seteduh rumahku, katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Kita-vol 1
General FictionHanya sekumpulan kisah mengenai rasa yang tak terbalas, sepihak, terpendam, atau dalam kurung persahabatan. So? Kalo kalian rasa cerita ini sesuai sama kalian, langsung aja cek! -Kumpulan Antologi Cerpen dari anggota level 1 grup literasi Omah Karya...