TATU

6 1 0
                                    

By: Indah Wulandari


Rintikan hujan begitu deras. Aku melihat whatsapp dari Riyan bahwa Dia tidak jadi pulang bareng gara- gara mengantar pesenan.

Dengan terpaksa Aku berlari dari Gerbang sekolah sampai Halte bus. Baru sampai di perempatan jalan ada sebuah motor mengebut hingga aku terjatuh di Pinggir jalan.

Semua nampak gelap tidak ada cahaya. Saat Aku terbangun aku sudah ada di Rumah Sakit.

Aku melihat kanan dan kiri tidak ada siapapun disana. Nampak. Ada dokter yang membawa makanan.

Aku bertanya padanya mengapa aku sampai di rumah sakit. Dokter itu menjelaskan bahwa ada seorang Laki-laki yang menolongku. Aku mencoba mengulas informasi tentangnya.

Namun hanya ada bukti dia sekolah di SMA Tunas Bangsa. Waktu aku keluar dari rumah sakit. Mama dan Kak Evan datang untuk menjemput. Ketika hendak pulang aku melihat Jasket SMA Tunas Bangsa yang dikenakan oleh cowok yang tengah duduk di Depan Kamar Melati.

Aku berlari menghampirinya. Dia nampak kaget melihat kehadiranku.

" Kamu..." ucapnya gugup

" Iya. Terimakasih ya telah menolongku. Mungkin kalau tidak ada kamu aku pasti sudah tidak karuhan"
Anehnya Laki- laki itu seolah-olah tidak tau apa- apa.

" Kenalin namaku Ben"


Alis Ben naik turun. Lesung pipitnya membuatku meleleh ketika dia tersenyum.

Aku berjabat tangan dengannya.


" Kenalin namaku Viela "


Tanganku susah untuk melepas tangannya.

Ben memandangku dengan senyuman. Dih.. Virusnya nyebar ke rongga hati, hehehe. Kataku dalam hati.

Kami pun saling bertukar nomer hp. Setelah banyak mengobrol Aku pulang bareng Mama dan kak Evan.

Di tengah jalan Ben memulai percakapan. Aku melihat ponselku sambil senyum-senyum kasmaran.

" Hay Viela "

" iya?"

" Kamu tau enggak? Kenapa aku panggil nama kamu?"

" enggak. Kenapa? "

" buat nanti aku tulis di batu nisan. Hehehe "

Aku tertawa membaca pesannya. Belum sempat membalasnya. Kak Evan menyindir dan menasehatiku.

" Dek. Kamu jangan bahagia dia itu cuman bales chat bukan bales perasaan"

" hmm biarin aja Van. Yang penting adek kamu ini bahagia"


Mama mengelus- elus rambutku hingga aku pules tidur dimobil.

Keesokan harinya aku melihat Ben sedang makan di taman sekolah. Aku menghampirinya dan memberikan sekotak nasi goreng. Ben melihatku sambil tersenyum. Tangan kanannya menerima kotak bekalku.

Alisnya naik turun seolah memberi isyarat manis. Aku duduk tepat di sampingnya.

Ben membuka bekal dan menyendok satu sendok nasi goreng.

Jejak Kita-vol 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang