Part || 2

22 5 0
                                    

#Claudia pov's

.

Aku membuka mataku perlahan saat sinar matahari merembes masuk melalui celah gorden yang terbuka setengahnya. Setelah mengedipkan mata beberapa saat, aku akhirnya bisa melihat sekeliling dengan jelas. Hanya saja, rasa malas entah bagaimana menggerogoti diriku, membuatku tak ingin beranjak dari tempat tidur dan memilih untuk bersembunyi di balik selimut tebal.

Yah, siapa yang rela meninggalkan tempat tidur yang empuk dan selimut hangat, tebal, dan lembut? Belum lagi udara fresh nan segar dan suhu yang lumayan dingin menambah rasa malasku hingga dua kali lipat.

Aish, cuaca seperti ini memang menyenangkan tiada taranya!!

Tapi, tunggu. Apa aku melupakan sesuatu?

Butuh waktu lama bagi otakku untuk merespon berbagai informasi hingga akhirnya aku mengingat sesuatu.

Bukankah terakhir kali aku mengalami kecelakaan maut?

Bagaimana bisa aku berakhir di kamar mewah seperti ini?!

Mewah?

Iya, mewah!

Tempat tidur empuk berukuran king size dengan ranjang beratap dan berwarna putih yang dihiasi dengan kain beludru berwarna maroon dan emas. Kelambu kasa berwarna maroon menutupi sekeliling ranjang—oh, kecuali bagian kepala ranjang. Ada juga kain beludru maroon yang masih terikat di keempat sisi tiang ranjang.

Nah, mungkin kain maroon yang cukup tebal itu lupa diturunkan. Jadi hanya kelambu kasanya saja yang menutupi sekeliling tempat tidur.

Dari balik kelambu tipis, aku bisa melihat garis besar ruangan samar-samar. Merasakan situasi yang aneh, aku akhirnya memaksakan diri untuk bangun dari pelukan selimut hangat dan tempat tidur lembut. Setelah ragu-ragu selama lima detik, aku mengulurkan tanganku dan mengangkat kelambu tipis itu.

Segera, pemandangan sekeliling kamar terungkap. Kamar ini sangat besar dan luas, dengan dekorasi mewah dan glamor namun tidak berlebihan. Ada jendela besar di sisi kiri tempat tidur yang setengahnya ditutupi oleh gorden sementara ada pintu di sisi kanan tempat tidur.

Di tengah ruangan, ada satu set meja dan sofa. Selanjutnya ada perapian yang saat ini sudah padam, sebuah lemari empat pintu, juga rak buku yang lebih dari setengahnya sudah dipenuhi oleh buku-buku. Kemudian ada meja rias besar, cermin seukuran tubuh, dan dua pintu yang saat ini belum diketahui mengarah ke mana.

Lantainya terbuat dari marmer yang notabenenya berwarna putih, namun memiliki sedikit corak hitam. Karpet tebal juga terbentang di tengah ruangan. Bahkan ada hiasan antik seperti vas bunga besar dan lukisan di dinding. Segera aku mencapai satu kesimpulan. Ruangan mewah yang didominasi oleh warna putih, maroon, dan emas dengan dekorasi antik. Uhm, bukan ruangan biasa.

Aku akhirnya beranjak turun dari tempat tidur. Melihat sandal berbulu berwarna putih di samping tempat tidur, aku tanpa pikir panjang memakainya. Belum diketahui kenapa aku tiba-tiba terbangun di tempat ini. Namun, tidak ada salahnya melihat pemandangan terlebih dahulu.

Dengan begitu, aku berjalan ke arah jendela besar, menarik gorden agar terbuka lebar, lalu membuka jendela lebar-lebar agar sirkulasi udara berjalan di dalam ruangan.

Namun, pemandangan yang menyambutku begitu membuka jendela sukses membuatku tertegun. Bukan gedung tinggi atau barisan pepohonan yang indah, melainkan hamparan halaman rumput luas dengan taman bunga dan pepohonan yang lebat.

Hanya pepohonan yang lebat sejauh mata memandang.

"..."

Aku speechless.

Apa-apaan tempat ini? Negara atau kota mana yang memiliki pemandangan semacam ini? Juga, aku menemukan hal ini agak aneh, namun aku tidak terlalu memikirkannya. Tapi sekarang, dipikir-pikir lagi, bukankah gaya kamar ini terlihat seperti gaya ruangan Eropa?

Yah walaupun aku tidak terlalu tahu tentang sejarah mereka, namun aku paling tidak pernah membaca beberapa novel yang menyajikan latar Kerajaan Eropa. Aku juga pernah searching beberapa hal terkait abad pertengahan Eropa dan kerajaan Eropa.

Jadi, sekarang....

Teringat sesuatu, aku berlari ke arah cermin besar. Melihat pantulan diriku di cermin, aku terkesiap kaget.

Aku mengerjapkan mata tanpa sadar.

Itu..., aku?

Gadis dengan rambut hitam kelam berkilauan dan mata biru sapphire itu aku?

Gadis dengan kulit putih, bibir pink cherry, dan penampilan cantik itu aku?

Gadis dalam balutan piyama selutut berwarna putih itu aku?!!

Tidak percaya, aku mengangkat tangan untuk mencubit diriku sendiri dan pantulan di cermin juga melakukan hal yang sama. Bahkan rasa sakitnya terasa nyata tak peduli berapa kali pun aku mencoba.

Kelopak mata kiriku berkedut. Oh tidak, biasanya itu pertanda buruk, bukan?

Detik berikutnya, pecahan-pecahan memori berputar di kepalaku. Dalam sekejap, otakku kewalahan untuk memproses semua memori yang tiba-tiba muncul. Saat aku sadar, aku sudah terduduk di lantai marmer yang dingin ini. Untunglah ada karpet berbulu tebal sehingga dingin di lantai tidak sampai terasa menusuk tulang bagiku.

"Claudia la Everhart, Claudia," gumamku sambil berdiri lalu merapikan pakaianku.

Benar. Nama gadis ini juga Claudia. Dia berusia tujuh belas tahun. Segala hal tentang kami cukup sama, bahkan sifat dan pengalaman hidup kami hampir mirip walau tidak terlalu serupa. Yang memiliki perbedaan besar hanyalah bagian nama belakang dan penampilan.

Tapi tunggu, Claudia la Everhart?

Tidakkah nama itu terdengar cukup akrab?

Sambil berjalan ke arah sofa, aku mengorek-ngorek ingatanku, berharap mendapatkan jejak tentang nama 'Claudia la Everhart'. Setelah berpikir lama, aku akhirnya ingat siapa Claudia la Everhart ini. Namun, aku ditakdirkan tidak bisa bahagia karenanya.

Claudia la Everhart adalah salah satu tokoh dalam novel 'Please Accept my Wishes, Grand Duke'. Novel bergenre drama, romansa, dan kerajaan terkenal yang pernah aku baca. Plot mengejutkan dan karakter tokoh yang menarik dengan teka-teki dan intrik politik sukses membuatku menyukai novel yang memiliki lima seri itu.

Lalu, siapa Claudia la Everhart?

Apakah dia pemeran utama protagonis wanita?

Apakah dia karakter terdekat protagonis wanita?

Apakah ia hanya tokoh sampingan biasa?

Atau apakah dia hanya tokoh catur yang ada semata-mata hanya untuk memungkinkan cerita berjalan?

Tidak, dia bukan mereka. Dia bukan protagonis wanita, bukan juga orang yang dekat dengan sang protagonis. Dia bukan tokoh sampingan apalagi bidak catur semata.

Sebaliknya, Claudia la Everhart memiliki peran penting. Dia adalah tokoh penjahat wanita utama di cerita ini. Kehadirannya dimaksudkan untuk mempererat hubungan antara protagonis pria dan protagonis wanita.

Claudia la Everhart, tokoh penjahat utama novel, keponakan tersayang kaisar, sepupu pangeran mahkota, bunga kerajaan, dan yang terpenting adalah tunangan sang protagonis pria!

#kecelakaan maut membawamu pergi ke dunia lain. Apa yang harus dilakukan? Seseorang berikan beberapa solusi!!






***





Kalo author sih pasti milih melanjutkan hidup dengan tenang ya :)

Let's Break This Engagement!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang