14

2.4K 222 18
                                    

Pagi harinya, Jihan yang masih sarapan dikejutkan dengan kedatangan Angkasa dirumahnya.

Bunda Jihan mengajak Angkasa untuk sarapan bersama.
Angkasa duduk disebrang Jihan.
Jihan masih diam tak bergeming, pikirannya hilang entah kemana karena memikirkan apa benar pria dihadapannya ini adalah Angkasa.

"Jihan, lanjutin sarapannya. Jangan ngeliatin Angkasa terus." Tegur bunda Jihan

"Eh ? Si- Siapa juga yang liatin Angkasa ? Jihan cuma liat lemari yang ada dibelakang Angkasa kok." Ucap Jihan

"Yaudah terserah kamu. Sekarang cepet sarapan. Angkasa, ayo dilanjut sarapannya."

"Iya bunda, makasih." Ucap Angkasa

Jihan langsung menatap Angkasa dan bundanya bergantian saat mendengar Angkasa menyebut kata "bunda".

"Kok manggil bunda ?" Tanya Jihan kepo

"Emangnya kenapa ?" Tanya bunda

"Ya-ya gapapa. Pasti bunda yang maksa kan ?"

"Bunda nggak maksa Angkasa, tapi memang bunda yang nyuruh manggil dengan sebutan itu."

Sedari tadi Angkasa hanya diam saja melihat Jihan.
Ia merasa jika Jihan memang benar belum memaafkannya.
Coba saja Jihan tidak marah pasti dia akan merecoki Angkasa habis habisan.

***

Setelah pamit dengan bunda minus ayah dan abangnya yang sudah berangkat lebih awal, Angkasa dan Jihan langsung tancap gas menuju sekolahnya.

Selama di perjalanan, tak ada yang buka suara.
Jihan yang biasanya cerewet saat bersama Angkasa, kini memilih untuk diam.
Begitu pula Angkasa yang memang dasarnya pendiam.

"Lo masih marah ?" Tanya Angkasa pada akhirnya

Jihan diam tak merespon.

"Jihan." Panggil Angkasa dengan nada suara yang lebih tinggi

"Apa ?" Tanya Jihan sambil mendekatkan kepalanya kesamping kepala Angkasa

"Lo masih marah, karena kemaren ?" Ulangnya

"Pikir aja sendiri." Jawab Jihan ketus, kemudian kembali menjauhkan kepalanya dari kepala Angkasa

Angkasa menghela napas sebelum berkata
"Sekali lagi gw minta maaf."

Jihan mendengarnya, hanya saja pura pura tak mendengar.

Serius, mereka seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar.

10 menit kemudian, mereka telah sampai diparkiran sekolah. Banyak pasang mata yang menatap kearah Angkasa dan Jihan.

Setelah motor terparkir dan mesin dimatikan,
Jihan langsung turun dari motor Angkasa, begitupun si pemilik motor.

Angkasa langsung menghadap Jihan dan meraih pengait helm Jihan.
Angkasa melepaskan helm Jihan, membuatnya jadi menatap Angkasa heran sekaligus terkejut.

Murid murid yang melihat mereka berdua pun sama terkejutnya.

Angkasa meletakkan helm miliknya dan milik Jihan di atas motornya.

"Kenapa melamun ?" Tanya Angkasa pada Jihan

Jihan menggeleng, kemudian berniat beranjak menuju kelasnya.
Namun sebelum niat itu terjadi, Angkasa sudah menahannya.

Ia menahan lengan Jihan, membuat si pemilik lengan itu berbalik dan menatap Angkasa.

"Apa?" Tanya Jihan

"Gw ngajak lo berangkat bareng, karena gw mau minta maaf sama lo. Bukan cuma jadi tukang ojek lo doang." Ucap Angkasa

Jihan masih diam, dan Angkasa kembali melanjutkan
"Lo maafin gw kan ?"

ANGKASA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang