Sekolah pagi itu berisik dengan kasak - kusuk soal siapa gadis yang dimaksud Pandhu di story Instagram-nya semalam. Dari sejak Rena melangkahkan kakinya memasuki gerbang sekolah sampai di kelas, yang didengarnya adalah bisik - bisik penasaran,
"Eh, eh, kalian lihat story-nya Kak Pandhu nggak??"
"Yang semalem kan?"
"Diem deh lo, diem!! Duh, hati gue cenut - cenut bacanya."
"Mau nangis, njing! Cewek mana yang bikin Kak Pandhu jadi ambyar dangdut nulis gitu di story coba??"
"Pake nge-story quote dari film pulak, my God asfgjkls..."
Dia sendiri tidak tahu dan tidak peduli story apa yang dimaksud karena dia tidak bahkan mengikuti akun jejaring si Tuan Sempurna itu. Rena mempercepat langkahnya di sepanjang koridor yang ternyata mendengungkan obrolan serupa.
"Najis banget, gimana ya rasanya bikin Kak Pandhu jadi nggak karuan gitu hah?"
"Pasti cantik banget kayak bidadari."
"Ngilu gue bayanginnya. Bayangin... bayangin aja udah, karena kita nggak mungkin bisa."
"Sialan, bener juga!"
"Kalo sekali aja Kak Pandhu nge-reveal siapa cewek ini, gue mau bolos, mau nangis seharian di rumah."
"Nggak sih, kalo gue jelas masuk rumah sakit."
"Hah?"
"Soalnya yang ngalir di darah gue udah bukan hemoglobin lagi, tapi iri campur dengki campur amarah, kkkkk!"
Sinting! Logika semacam itu jelas membuat Rena yang berpedoman bahwa bersekolah adalah waktu yang sepenuhnya untuk belajar dan meluangkan waktu untuk mengagumi siswa - siswa berwajah tampan adalah bentuk kesia - siaan, bergidik ngeri.
Memasuki kelas dan duduk di kursinya, dia melihat bentuk lain dari menyia - nyiakan waktu, kali ini, oleh Lintang: tersenyum - senyum sendiri sambil menonton lelaki - lelaki tampan Korean Pop dalam iPad yang tersandar di mejanya.
Dia sudah hafal tingkah Lintang dan teman - teman lain di kelasnya jika sudah berbicara tentang idola Korea mereka.
"Ini tuh hiburan batin, Ren. Nggak ada bedanya sama cowok - cowok yang bela - belain melek sampe subuh buat nonton bola, ato cowok - cowok yang koleksi robot Gundam, ato bela - belain terbang ke luar negeri buat nonton Grand Prix, ya kan?" jelas Lintang ketika Rena pernah memandangnya heran karena antusias mengelu - elukan idolanya yang dia sebut tampak lebih tampan dalam satu kesempatan. Catat, Rena hanya memandangnya, dan Lintang langsung melontarkan pembelaan panjang atas kegilaannya menggemari K-pop.
"Eh, Tang, Tang!"
"Apaan?" tanya Lintang, tampak setengah hati melepas AirPod yang terpasang di satu telinganya, menoleh pada Sinta.
"Eh, sepupu lo Pandhu napa tuh?"
"Hah?"
"Doi lagi curhatin siapa tuh, semalem gue ngakak baca story-nya, hahahah..."
"Eh? Ah... ih, gue juga nggak tau tuh," jawab Lintang.
"Hahaha, padahal seumur - umur seangkatan sama Pandhu dan tau IG-nya, nggak pernah tuh dia curhat - curhat nggak jelas di story."
KAMU SEDANG MEMBACA
Serein
Short StorySerein (n.) the fine, light rain that falls from clear sky at sunset or in the early hours of night; evening serenity "Semua orang bisa jadi temen. Gue suka cari temen. Gue suka dapet temen. Dan kayaknya nggak ada yang nggak suka jadi temen gue. Kec...