Tsk! Boleh juga belagunya si Tuan Dinata ini, gerutu Renata dalam hati, setelah membaca pesan balasan dari Pandhu lewat Instagram. Sebuah keputusan yang membuatnya dengan segenap hormat menyingkirkan batas untuk tidak berurusan dengan pemuda itu.Baru saja meletakkan ponselnya di meja, suara ketukan pintu terdengar diikuti sapaan lembut Bi Nunu.
"Non, ini seragam yang Non pesen buat dicuci kemaren, udah bersih," kata Bi Nunu, beranjak masuk dan memperlihatkan seragam olahraga milik Pandhu yang telah terlipat rapi di tangannya.
"Oh, iya. Makasih ya, Bi," ujarnya, mengambil alih seragam itu.
"Iya, Non."
Bi Nunu pun lalu keluar dan pelan menutup pintunya lagi. Memandang sesaat seragam itu, dia kemudian membuka laci terbawah di sisi meja belajarnya dan mengeluarkan sebuah tas karton polos baru. Membuka lipatan tas, dia lalu memasukkan seragamnya rapi ke dalamnya, siap untuk dibawa dan dikembalikan kepada si pemilik.
Perlu gue kasih sesuatu nggak sih sebagai ucapan terima kasih? pikir Rena sesaat. Ah tapi kan dia udah numpahin minuman di baju gue, makanya dia minjemin seragamnya. Jadi? Kita impas.
Keesokan paginya, pagi - pagi sekali, Rena telah turun ke meja makan, menyapa mamanya yang baru menyiapkan roti bersama Bi Nunu.
"Tumben pagi banget, Kak?" tanya Mama heran.
"Iya, Ma, Rena ada janji sama temen."
"Sarapan dulu kan?"
"Enggak, Ma, Rena bawa rotinya aja."
Dia menangkup bagel yang terisi cokelat dengan tisu seraya bergegas keluar mencari Pak Sardi yang telah bersiap dengan mobilnya seperti yang diminta Rena semalam.
"Berangkat ya, Pak."
Perjalanan lebih lancar di pagi hari itu, yang membuat mood terasa baik sambil memanfaatkan waktu untuk mempelajari kembali materi ulangan jam keempat nanti. Kurang dari setengah jam saja, Pak Sardi telah menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang sekolah yang bahkan baru dibuka.
Tepat waktu, pikir Rena sambil melihat ke dalam jam tangannya. Dia pun turun, dengan membawa seragam milik Pandhu yang disiapkannya dalam tas karton semalam, dan beranjak untuk menunggu kedatangan pemuda itu.
Pandhu bukannya bangun kesiangan. Dia bahkan tidak tidur dengan nyenyak semalam dan terbangun sejak pukul 4, tapi dia hanya sengaja sampai di sekolah pukul 7. Lebih 4 menit.Enggak, dia tuh sebenernya bisa kan balikin seragamnya di kelas? Kenapa juga kurang kerjaan nungguin jam 6 pagi di gerbang sekolah. Kenapa? Gengsi dilihat anak - anak lain?
Pertanyaan- pertanyaan itu menggelitiknya sejak semalam, hingga berhasil membuat sisi jahilnya memutuskan untuk sengaja datang sedikit terlambat. Siapa tau Rena kesel dan akhirnya nyamperin gue ke kelas, heheh...
Tepat menit ketujuh, Pandhu terkesiap mendapati sosok Rena berdiri di dalam gerbang, tampak tak sabar melihat arloji yang melingkar di pergelangannya.
Shit.
Dia seriusan nungguin gue?
Gadis itu mengangkat pandangannya, seketika membuat sisi konyol dalam dirinya salah tingkah memaksa langkahnya mendekat dengan lebih cepat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Serein
Storie breviSerein (n.) the fine, light rain that falls from clear sky at sunset or in the early hours of night; evening serenity "Semua orang bisa jadi temen. Gue suka cari temen. Gue suka dapet temen. Dan kayaknya nggak ada yang nggak suka jadi temen gue. Kec...