Papanya adalah seorang kebanggaan dan selalu Renata banggakan. Bagi Renata, tidak ada gambaran sosok lelaki sempurna selain papanya. Dia pria yang penuh kasih, dihormati, berwibawa, dan menjadi kebanggaan setiap kali Renata kecil menggandeng tangannya datang ke sekolah.Jika ada laki - laki pertama yang dia cintai di dunia ini, orang itu adalah papanya.
Tapi papanya, juga adalah laki - laki pertama yang mematahkan hatinya.
Usia 12 tahun, Renata mendapatinya berkhianat, pada mamanya, padanya, pada Darrel yang belum lama terlahir, dengan wanita lain. Menyimpan rahasia itu sendiri seperti menggenggam mata pisau di tangannya. Dia menyimpannya demi mamanya, demi Darrel, yang dia hanya tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya seandainya mamanya tahu.
Rahasia itu merubahnya menjadi pribadi yang berbeda. Dan semakin berbeda saat dua tahun setelahnya, Renata kemudian tahu bahwa papanya memiliki anak dari hubungannya dengan wanita lain itu: anak perempuan seusia Darrel yang berparas mirip papanya.
Ketika dia sudah tidak sanggup dengan semua kenyataan itu dan menangis tak karuan di kamarnya, mamanya datang dan memeluknya erat, bertanya apa yang telah membuatnya menangis seperti itu.
Dengan rasa takut dan tergagap, Renata akhirnya mengungkapkan apa yang selama ini disimpannya sendiri. Mamanya menatapnya dengan mata tergenang dan kembali memeluknya lebih erat, berkata bahwa dia sudah tahu tentang hal itu sejak lama.
Hatinya semakin hancur sejak saat itu.
Tidak ada lagi manusia sempurna di mata Renata dan dia membenci kata itu disematkan pada siapa pun.
***
Pandhu menarik dan menyimpan kembali perasaannya pada Renata setelah sore itu. Dia tahu tidak akan mudah untuk gadis itu membuka hatinya percaya pada siapa pun setelah dipatahkan begitu saja oleh orang yang pertama kali dia cintai.
Pandhu mengerti dia tidak bisa memaksakan perasaannya, meski sekarang Renata dan dirinya bisa disebut teman. Meski rasanya pun tidak adil baginya karena sedikit banyak alasan kenapa Renata sempat tidak menyukainya adalah bahwa dirinya mengingatkan gadis itu pada luka hati akan papanya. Sama sekali bukan karena Haidar.
Renata telah meminta maaf untuk kesalahpahaman itu.
Semua gurau dan celetukan yang didengarnya tentang dirinya dan Renata, Pandhu menanggapinya dengan senyum. Karena iya, bagaimana pun juga, Pandhu masih menyukainya.
"Tuh, Dhu, Renata tuh!"
Pandhu baru akan membeli makanan di kantin ketika temannya menyinggung lengannya pelan dan mengedikkan kepalanya ke arah Renata yang tampak berjalan cepat menuju perpustakaan.
Mengurungkan niatnya untuk mengisi perut, Pandhu pun bergegas menyusul langkah gadis itu.
"Rena!"
Renata menoleh dan seketika mengulas senyumnya. "Kemana?"
"Tadinya mau ke kantin."
"Trus?"
"Nggak jadi," cengirnya sambil mengimbangi langkah Renata yang tidak secepat tadi.
"Mau?" Renata mengulurkan dua bungkus permen karamel padanya.
"Oh, thanks," gumamnya, meraih satu dan merobek bungkusnya. Dia mengerling pada buku dalam dekapan Renata. "Udah mau ujian masih sempet baca novel?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Serein
NouvellesSerein (n.) the fine, light rain that falls from clear sky at sunset or in the early hours of night; evening serenity "Semua orang bisa jadi temen. Gue suka cari temen. Gue suka dapet temen. Dan kayaknya nggak ada yang nggak suka jadi temen gue. Kec...