Sembilan

765 129 46
                                    








     Rena turun dari mobil dengan bersungut - sungut, kesal pada mamanya yang lupa mengatakan padanya bahwa dialah yang harus menjemput Darrel. Padahal seingatnya, dengan sangat jelas, mamanya berkata bahwa dia yang akan menjemput sendiri si bungsu ke tempat les. Sementara Rena sedang berkutat di perpustakaan, tiba - tiba saja mamanya menelepon dan bertanya apakah dia sudah menjemput Darrel.

     Dia sempat menerima panggilan dari guru les yang bertanya apakah Darrel akan dijemput, setidaknya setengah jam yang lalu, membuatnya panik meninggalkan sekolah sore itu untuk bergegas ke tempat les.

     Bibirnya terkatup kesal, melangkah cepat menuju pintu masuk. Dia baru saja berniat menghampiri meja resepsionis ketika didengarnya suara Darrel memanggilnya.

     "Kak Rere!"

     Rena membelalak mendapati bahwa Darrel tidak sendiri melainkan bersama Pandhu duduk di kursi tunggu. Hah?? Ngapain dia di sini???

Memaksakan langkah segan, Rena pun menghampiri mereka, mendapatkan pelukan singkat di pinggangnya oleh Darrel.

"Tadi ada Kak Doni juga, Kak, di sini," ujar Darrel menengadah menatapnya.

"Oh ya?"

     Darrel mengangguk.

     "Tadi," Pandhu menyeletuk,"...gue sama Doni jemput Anjani. Trus gue lihat ada Darrel katanya belum dijemput, Ren... jadi ya gue temenin di sini. Doni sih udah pergi duluan karena Jani udah ditungguin adeknya dia buat ke tempat lain."

     Penjelasannya cukup masuk akal meski tetap saja terasa aneh baginya, tapi Rena menghargai niat baik itu.

     "O-oh..." gumamnya pelan. "Thanks, Dhu."

     Pemuda itu mengulas senyumnya. "Ya udah, kalo gitu... gue cabut."

     "Kak Pandhu mau kemana?" tanya Darrel, bergegas meraih tangannya.

     "Kak Pandhu pergi dulu ya, kan Darrel udah dijemput Kak Rena," jawab Pandhu sambil mengelus puncak kepala Darrel lembut.

     Melihat Darrel tampak keberatan berpisah dengan Pandhu, yang demi apapun Rena tak habis pikir, dia pun membujuk adik kecilnya itu.

     "Tapi nanti kita ketemu lagi kan, Kak?" tanya Darrel polos.

     "Pasti," Pandhu mengangkat telapak tangannya dan Darrel spontan menepukkan tangan kecilnya cepat.

Pemuda itu pun memandang padanya sekali lagi sebelum berlalu keluar dari tempat itu. Darrel bahkan sempat melambaikan tangannya saat sosok Pandhu melangkah melewati pintu.

Rena menatapnya berjengit. God please, jangan aja ini adek gue jadi kepincut sama dia, pikir Rena, mengelus pundak kecil Darrel sebelum mengajaknya berpamitan pada guru pengajar yang tadi meneleponnya untuk mengucapkan terima kasih.

Setelah itu, sambil memberitahu Darrel kemana mereka akan pergi kemudian, berdua melangkah menuju mobil yang telah menunggu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Serein Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang