Delapan

857 138 42
                                    








     "...lo suka sama gue?"

Detak dalam dadanya menghantam lebih keras mendengar pertanyaan itu, yang dilontarkan dengan tatapan pasti menentang netranya.

"M-mungkin."

5 detik berikutnya Renata masih menatapnya lekat seolah mencoba menguak sesuatu dari dalam matanya. Pandhu sudah tidak bisa merasakan wajahnya sendiri.

"...mungkin? Dan kemungkinan lainnya?"

"Hm?"

"Lo cuma penasaran sama gue kan? Lo cuma penasaran karena mungkin gue satu - satunya orang yang nggak peduli sama lo di sini. Lo penasaran sampai lo bahkan minta ijin buat follow Instagram gue. Lo cuma penasaran, Dhu, makanya lo sendiri nggak bisa jawab sesederhana iya ato enggak buat pertanyaan ini, iya kan?"

"Ren... gue..."

"Lo cuma penasaran." Rena menyimpulkan, menarik bibirnya membentuk senyum kaku dan beranjak melanjutkan langkahnya.

"Gimana kalo penasaran itu emang cuma sebagian dari yang gue rasain?" Pandhu berkata, membuat gadis itu berhenti dan kembali memandang padanya.

"Jadi lo mau bilang sebagian yang lainnya itu emang lo suka sama gue?" timpal Renata kemudian. "Lo suka sama gue apa lo cuma ngerasa lo suka sama gue? Jangan ketipu rasa penasaran yang lo rasain, Dhu."

Dalam sekejap tegang yang tadi menyergap dirinya berubah menjadi sesak yang menghimpit sakit di antara tarikan napasnya. "Lo kenapa kayak gini ke gue sih, Ren? Apa yang udah gue lakuin sampai bikin gue pantes nerima sikap lo yang beda dari gimana lo ke anak - anak lain kayak gini?"

Lagi - lagi Rena terdiam menatapnya untuk beberapa detik dan perlahan samar menggelengkan kepalanya. "Sorry, Dhu, sesimpel lo ngerti kalo nggak semua orang mesti jadi temen lo, lo juga nggak perlu temenan sama semua orang. Termasuk gue."

Dia terpaku di tempatnya memandang Rena yang akhirnya melangkah menjauh, cepat, sebelum menghilang di ujung koridor. Bibirnya tergigit erat dengan pikiran yang seolah terhambur kacau dalam kepalanya, kemudian perlahan kembali mereda dan satu - satunya yang tersisa adalah rasa berat itu. Di sana. Di dalam dadanya.



Jadi gini ya, rasanya patah hati?


***



     Lo jahat nggak sih, Ren?

     Percakapannya dengan Pandhu tadi masih terus terngiang dalam benaknya. Dia sendiri seperti diluar akal saat melontarkan pertanyaan itu, dan dia hanya tidak mengerti cara lain untuk menghindari orang - orang yang tidak ingin dia hadapi, atau dalam masalah ini, Pandhu.

Ada sekelebat rasa bersalah melihat bagaimana raut Pandhu seketika berubah setelah dia mengatakan semuanya dan berbalik pergi begitu saja. Tapi dia memang tidak bisa dan tidak akan berpura - pura tentang apapun termasuk ketidaksukaannya kepada pemuda itu.

"Ren, yang kemaren Doni sempet jelasin ke kita soal materi ini lo masih inget nggak??"

Renata tidak sadar Lintang berbicara dengannya hingga gadis itu memanggilnya setengah menyentak, pelan, "Rena!"

"Hng?"

"Lo... tumben sih spaces out?"

Serein Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang