Waktu petang menuju cahaya yang akan mengungu dan kemudian menghitam.
Kamu menunjukan foto berisi curahan pilumu pada seorang pria di sebuah aplikasi yang tidak aku kenali."Aku sakit." Katamu kala itu.
Aku terdiam, menerka-nerka seperti seperti apa lukisan wajahmu yang biasanya terhias riang disaat mengirimkan pesan padaku.
Masih ku terdiam, belum sempat membalaskan pesan, getaran terasa lagi di tiap-tiap dinding jari-jemariku.
"Aku hancur. Kamu gak akan ngerti gimana rasanya."
Lagi, aku hanya bisa terdiam.
Layar sudah menunjukan pukul 18.35 dan tampilan keyboard yang siap menerima ketik demi ketik kata tidak tersentuh sama sekali.
Kamu tau? Pikiranku melayang. Mencoba merasakan tiap tetesan sendu yang kamu tuangkan lewat pesan dan lucunya, setelah itu, jemariku bergerak secara refleks.
*Gak akan ada orang yang ngerti selain dirimu sendiri, karena itu kamu, karena itu dirimu, dan kamu cuma satu.*
Tanda centang dua biru menghentikan nafasku sejenak. Apa yang aku katakan akan baik-baik saja?
Paham, aku paham, kamu sedang berada di titik terendah dan aku paham hatimu dalam keadaan paling sensitif saat ini.
Aku paham, karena aku pernah dan masih berada dititik itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/216459396-288-k904987.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Senggama Kinerja Jiwa
RandomSkala 1-10 kira-kira berada di point berapakah manusia merasa bahwa dirinya adalah manusia?