Yoongi tampak tidur menyamping. Kedua bola matanya memandang kosong ke arah depan.
Kala denyut itu muncul di kepala, maka telapak Yoongi akan naik memijit pelipisnya. Remaja berparas manis tersebut kehilangan berbagai macam raut ekspresi. Sudah terlalu banyak yang Yoongi hadapi dan menimbulkan luka. Sehingga hanya raut tanpa binar cerah yang kini tersisa di sana.
"Yoon?"
Bahkan Yoongi tidak sadar akan keberadaan Seokjin. Setelah panggilan terlontar, baru lamunannya terpecah.
"Ne Hyung?" sahutnya pelan, menoleh sebentar lalu lanjut tidur menyamping.
"Kau masih tak menginginkan kemoterapi bersama Hyung?"
Tangan Seokjin mengusap rambutnya. Yoongi bertahan di posisi tidur, memunggungi Seokjin.
"Bisa sembuh, Yoon. Jika kita mengobatinya dari sekarang. Asal kau mau." Seokjin menatap nanar punggung kecil Yoongi yang setia tidur membelakanginya.
Srak.
Yoongi membalik tubuh. Duduk menghadap Seokjin sekarang.
"Hyung," panggilnya.
"Ya, Yoon?"
"Izinkan aku bekerja, Seokjin Hyung."
Tentu saja. Sebulan penuh ia tinggal di flat milik Seokjin bersama dengan Hoseok, dan yang ia lakukan hanya mengurusi pekerjaan rumah. Yoongi mendapat makan dan tidur gratis di sini. Bagaimana ia tidak merasa malu?
"Bekerja? Tubuhmu... Yoon... tolong sekali saja pikirkan keadaanmu. Kau sudah menolak untuk terapi dan mengundurnya hingga selama ini. Sekarang kau meminta bekerja?" desah Seokjin gemas.
Yoongi menunduk, meremat pula telapak tangannya. "Tapi aku sudah tidak bersekolah. Lalu tinggal cuma-cuma di sini."
Raut pucat Yoongi berubah sedih dan lelah. "Hyung, aku tidak ingin pergi dengan perasaan berhutang."
Pergi?
"Apa maksudmu? Hei, Yoongi, mau jalan-jalan keluar? Sepertinya terlalu banyak di dalam membuatmu jadi berpikir yang tidak-tidak," ajak Seokjin mencoba berpikir positif.
Dapat dilihatnya Yoongi menggeleng pelan. "Aku ingin bekerja. Sudah diberi izin tinggal di sini saja aku sangat berterima kasih. Kumohon, Hyung," pintanya memelas, "biarkan aku bekerja untuk memenuhi kebutuhanku sendiri..."
"Hah..." baiklah, Seokjin menghela napas, "tapi dengan satu syarat."
"Apa?"
"Kita terapi ya?"
-o0o-
Sekolah yang kini baginya kehilangan satu sosok. Kursi itu kosong.
"Namjoon-ssi."
"Ye, Saem."
"Kamu tahu di mana Min Yoongi? Saem perhatikan sudah sebulan penuh Yoongi tidak masuk ke sekolah. Kau kan teman sekelasnya, apa ada kabar dari Yoongi?"
Namjoon yang baru selesai dari kantin hanya menunduk sopan dan menggeleng sebagai jawaban.
"Tidak tahu, Saem. Jeosonghamnida."
KAMU SEDANG MEMBACA
REACH • [MYG]
FanfictionTatapan sendu yang semakin meredup oleh waktu. "Dasar tidak berguna." Begitu perih lubuk hatinya diacuhkan oleh keberadaan semu. "Kau bukan bagian dari keluarga ini." Segala usaha dilakukan hingga titik hembusan napas terakhir. "E-Eommoni, boleh aku...