Yoongi meminta dipindah ruangkan. Ia mengeluh kesepian di ruang biasa. Sehingga Seokjin menyetujuinya dan langsung memberi perintah pada para perawat untuk memindahkan Yoongi ke ruang lain, yang dekat dengan ruangan pribadi Seokjin. Anak itu meminta cukup aneh.
"Pindahkan aku ke kamar berjendela besar, Hyung. Aku ingin melihat keluar agar tidak terasa sepi."
Awalnya Seokjin menolak, sebab tidak semudah itu untuk memindahkan pasien satu ke ruangan lain. Dan Seokjin juga bukan orang yang biasa mengurus soal ruangan-ruangan rawat. Hei, dia hanya dokter. Akan tetapi, Yoongi tak pernah meminta apapun. Jadi Seokjin sedikit simpati. Apalagi ketika pasien merangkap adiknya itu memasang wajah yang tanpa sadar memelas.
Ditempatkanlah Yoongi ke ruang rawat dekat ruang pribadi Seokjin, yang untungnya terdapat jendela besar seperti permintaan anak itu.
"Ssh!"
Yoongi kala ini meringis perih. Ia tengah mencoba menggerakkan tubuh. Di hadapannya senampan bubur, pil, dan minuman telah tersaji. Perawat membawakannya ke kamar baru Yoongi.
Tetapi, karena terluka, tubuhnya terasa sakit bahkan hanya untuk gerakan kecil. Baru saja Yoongi berhasil bangun dan rasa nyeri disertai kedutan pada kepala seketika mengganggunya.
"Hmph..." dicengkeramnya helai rambut hitam tersebut.
Sungguh, ini benar-benar menyakitkan.
Beberapa menit Yoongi cuma memejamkan mata, menyandarkan tubuh pada kepala ranjang. Padahal, di sana luka-luka bekas cambuk kemarin masih bersarang. Namun rasa sakit di kepalanya terasa mendominasi.
Yoongi membuka mata perlahan. Menghembuskan napas lelah. Tubuhnya sungguh lemas. Semangkuk bubur sudah tidak lagi menarik minatnya.
Ceklek.
Tahu-tahu pintu terbuka dari arah luar.
"Selamat berpindah kamar, Min Yoongi~"
Yoongi menoleh. Seruan berisik dari arah pintu menampakkan bocah seumurannya. Ah, untung jantung Yoongi sehat.
Tunggu sebentar, Yoongi mengingat-ingat kembali siapa nama manusia ini.
"Adik sepupunya Jin Hyung, Hoseok."
Belum juga bertanya, bocah yang baru saja masuk itu langsung menyambar. Memperkenalkan diri pada Yoongi tanpa malu-malu.
"Hoseok-ssi." Yoongi memanggil. Hanya reaksi spontan yang ia berikan karena Hoseok tadi telah menyebutkan nama.
Tidak menunggu suruhan apapun, Hoseok tiba-tiba mengangkat nampan yang ada di hadapan Yoongi. Diletakkannya nampan tersebut pada nakas.
"Kau belum memakannya sama sekali ya? Masih utuh, nih."
Yoongi sontak mengedipkan mata dua kali.
"Hei, sudah makan atau belum?" ulang Hoseok sambil melambaikan tangan ke depan wajah Yoongi.
Gelengan kepala Yoongi berikan, "Belum."
Lalu Hoseok manggut-manggut. Sejak masuk tadi, Hoseok memang membawa dua kantung plastik entah berisi apa.
"Hari ini aku malas masuk sekolah. Lalu pagi-pagi aku mengidam tteok. Kau suka?" tanya Hoseok pada Yoongi yang masih dalam mode linglung.
"Ne." Yoongi menjawab singkat.
Nyut.
Samar-samar Yoongi menggeleng pelan, diusirnya pening yang terus menghujam.
"Aku duduk di sini ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
REACH • [MYG]
FanficTatapan sendu yang semakin meredup oleh waktu. "Dasar tidak berguna." Begitu perih lubuk hatinya diacuhkan oleh keberadaan semu. "Kau bukan bagian dari keluarga ini." Segala usaha dilakukan hingga titik hembusan napas terakhir. "E-Eommoni, boleh aku...