[Cerita ini dilindungi undang-undang akhirat. Jika melakukan plagiat, akan dicatat oleh malaikat]
"Di balik kesulitan, masih ada kesulitan. Jadi pandailah menahan keluhan.
Sebab setiap kesulitan ada kemudahan yang pasti Allah berikan.
Perbanyak husnuzan, dan berhenti suuzan."***
Mampus, tugas gue ketinggalan di kos!
Rifly menepuk keras jidatnya seraya berlari keluar dari dalam kelas. Dengan begitu cepatnya, ia terbirit-biri turun dari lantai tiga tanpa menghiraukan orang-orang yang sedang menaiki anak tangga. Semua mata dikejutkan oleh laki-laki berambut gundul itu. Untung saja, Rifly begitu lihai mengelabui sekerumun orang yang berlalu lalang.
Lima menit lagi waktu kuliah akan dimulai. Sementara Rifly harus menempuh waktu selama sepuluh menit dari kampus menuju indekos dengan mengendarai motor. Raut wajahnya begitu penuh dengan kecemasan, laju motor dengan kecepatan tinggi membuat kemeja navy blue yang ia kenakan terlihat kusut setelah subuh tadi disetrika rapih.
Ia harus tiba tepat waktu di kelas dengan kondisi tugasnya sudah harus ada di atas meja dosen sebelum dosen bersangkutan memulai perkuliahan. Tapi nahasnya, Rifly kehilangan kesempatan itu. Setelah mengambil selembar kertas folio yang memuat tulisan tangan tugas mata kuliah Hukum Pidana, pintu kelas sudah tertutup rapat.
Rifly memutar badannya sambil ngos-ngosan. Embusan napas pasrah keluar ketika ia melihat waktu pada arloji yang melekat di pergelangan tangan kiri. Alama, telat lima belas menit. Masuk nggak, yaaa. Lirihnya bimbang.
Minggu kedua perkuliahan Rifly sudah harus mendapatkan kesialan. Di dalam kelas, dosen sudah hadir sebelum dirinya dan konsekuensi harus Rifly terima. Mau tidak mau, ia kembali memutar badannya, dan mengumpulkan keberanian membuka pintu kelas yang sudah tertutup rapat itu.
Selang beberapa detik, Rifly mengucapkan salam dengan kondisi pintu kelas yang sekarang setengah terbuka. Sontak semua mata tertuju padanya. Dari dosen hingga mahasiswa semester dua yang masih tergolong MABA (Mahasiswa Baru) hingga Bu Maya selaku dosen pengajar. Kelas Hukum Pidana A yang dipenuhi mahasiswa dari berbagai daerah itu tak memberi senyum sapa sedikitpun padanya oleh karena belum saling mengenal satu sama lain. Namun, di pojok kiri kursi paling depan, satu laki-laki berbadan gemuk tersenyum menyeringai menatap ke arah Rifly, seperti sedang menertawai temannya yang sebentar lagi akan dapat semprotan dari dosen.
Seketika kelas hening. Rifly menatap dosen dan berkata, "Maaf, Bu. Saya tadi pulang ambil tugas yang ketinggalan di rumah." Ia berjalan tersenyum ke arah meja dosen dan meletakkan langsung kertas tugasnya di atas meja.
"Telat berapa menit?" tanya dosen pengajar terdengar sangar.
Rifly berpura-pura kembali melihat waktu, padahal ia sudah tahu. "Lima belas menit, Bu."
"Oke, silakan. Kamu mahasiswa pertama di minggu kedua semester dua ini yang melakukan pelanggaran kontrak kuliah di kelas saya," tegasnya.
"Huft," Rifly mendengkus. "Siap, Bu."
"Keluar sekarang juga, atau kamu mau nyanyi? Silakan kamu pilih."
Rifly melempar tatapan ke arah temannya yang sedari tadi cengegesan, wajahnya penuh dengan kepuasan melihat temannya akan mendapatkan hukuman. Ilham memainkan alisnya, tapi tetap saja matanya menyipit karena tersenyum naif.
Sudah pasti Rifly akan memilih bernyanyi di depan kelas, di depan semua MABA yang sekiranya wajah laki-lakinya terlihat sama semua oleh karena kepala yang cukurnya seukuran, dua senti dan hampir menyerupai botak. Daripada harus keluar dari kelas dan ketinggalan mata kuliah, bernyanyi adalah pilihan terakhir.

KAMU SEDANG MEMBACA
Single Karena Dia
SpiritualTELAH TERBIT VERSI TERBARU DI BUKUNE! TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA ⚠️ HATI-HATI BAPER!!! Blurb: Begitu indah Allah memainkan takdir antara Rifly dan Inayah; pertemuan, perpisahan, dan kembali dipertemukan. Mereka adalah teman masa lalu yang kini sa...