0.7 : Chu

2.2K 339 59
                                    

Jennie sudah melajukan motornya ke perkarangan rumah jisoo. Ia duduk di atas motornya, pastinya mesin motor itu sudah dimatikan. Kepalanya menunduk ke bawah, matanya masih berair, menahan sesak yang sedari tadi ditahannya. Jujur saja jennie membutuhkan jisoo sekarang. Membutuhkan pelukan jisoo.
Ia rogoh saku celananya, ambil ponsel dan melihat kontak jisoo. Tangannya hendak menekan tombol 'call' disana. Namun, ia masih ragu. Takut mengusik tidur kekasihnya itu.

Jennie mengalihkan kesedihannya, ia membuka galeri yang penuh dengan foto jisoo dan beberapa video singkat dari kekasihnya. Bibirnya sedikit naik ke atas lihat video yang diambil beberapa waktu yang lalu.

Flashback.
Jennie masih fokus menjepret model yang sudah menggunakan pakaian branded di tubuhhya. Sesekali model itu dengan sengaja memamerkan kemolekkan tubuhnya, hanya untuk menggoda si fotographer tampan tersebut. Namun, jennie alias si photographer itu sama sekali tidak tertarik. Ia hanya fokus memoto dengan profesional. Dibalik layar ada juga gadis bertubuh mungil yang sedari tadi mengamati kegiatan jennie. Bibirnya sesekali mengerucut cemburu lihat kecantikkan model yang tengah bergaya-gaya di depan jennie.

" Aku iri. " gumamnya, ia tak lagi berselera meminum millshake favoritenya.

Lima belas menit sudah berlalu, jennie telah menyelesaikan sesi pemotretannya bersama model cantik itu. Jennie tampak sibuk melihat hasil karyanya di komputer, dan memastikan bahwa hasilnya dapat memuaskan customer pastinya. Kemudian ia mulai membersihkan perlengkapan kerjanya dan memasukkannya ke dalam tas. Ia hendak berpamitan dengan kru disana, dan mengajak gadisnya untuk berjalan-jalan.

" Hei. "

Panggilan ringan membuat jennie menoleh, alisnya menyatu bingung lihat model itu.

" Heum ? " dehamnya menyahut seadanya.

" Apa hasilnya bagus ? " tanya model itu coba berbasa-basi.

" Cukup memuaskan. " sahut jennie masih bernada datar.

" Apa aku boleh melihatnya ? " tanya model itu lagi mulai berantusias.

" Tentu. " jawab jennie tak kalah cepat.

" Kalau begitu, mari kita bertukar nomor agar kamu dapat mengirimkan hasilnya kepadaku. " model itu menyerahkan ponsel mewahnya kepada jennie.

" Kau bisa memintanya pada kru disini, Im Nayeon-ssi. Kau tak membutuhkan nomorku. " jawab jennie tak suka, dan kali ini ia benar-benar pergi meninggalkan model yang tadi coba menggodanya.

Jennie berjalan ke arah jisoo, menampilkan senyuman menawan, yang sangat jarang ditunjukkan kepada orang lain.
" Ayo, sayang. Jennie lapar sekali. " ia mengulurkan tangannya, mengajak jisoo untuk mengisi perut.

" Dia cantik, jennie. " jisoo bilangnya dengan nada lirih.

Jennie menunduk untuk menyamakan posisi, ia menangkup pipi jisoo.
" Kenapa jichu ngomongnya gitu ? " tanyanya mulai khawatir.

" Unnie itu cantik sekali, jennie. Jennie pasti suka kepadanya. Unnie-nya ber-makeup-an dan memakai pakaian yang bagus. Tidak seperti jichu jelek. "

Jennie jadi paham, ia tarik tangan jisoo ke ruang make up. Menemukan rekan kerjanya yang lagi sibuk merapikan peralatan make-up miliknya.

" Tzuyu, tolong makeup-in jisoo. " pintanya tanpa basa-basi.
Flashback end.

Jennie terkekeh pelan, sudah banyak momen yang ia lalui bersama jisoo. Sekali lagi, ia melihat video jisoo.

 Sekali lagi, ia melihat video jisoo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kim, I L UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang